Kadmium Cd Pencemaran Logam Berat

Logam berat seperti timbal Pb, kadmium Cd dan tembaga Cu merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat -COOH dan amina -NH2 dapat bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transformasi melalui dinding sel. Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat terhadap hewan air dapat diurutkan dari tinggi ke rendah sebagai berikut merkuri Hg, arsen As, kadmium Cd, timah hitam Pb, tembaga Cu, dan seng Zn Siregar Murtini 2008.

2.1.1 Kadmium Cd

Limbah yang mengandung banyak unsur kadmium umumnya berasal dari limbah industri electro-platiing, kendaraan, pigmen, peleburan logam, baterai, dan pestisida Mukhtasor 2006. Pada perairan tercemar mencapai 10 mgL Bishop 1983 dalam Mukhtasor 2006. Kadmium Cd adalah logam berwarna putih keperakan menyerupai alumunium dan memiliki berat atom 112,41 gmol dengan titik cair 321 o C dan titik didih 765 o C. Kadmium merupakan hasil sampingan dari pengolahan bijih logam seng Zn, yang digunakan sebagai pengganti seng. Unsur ini bersifat lentur, tahan terhadap tekanan, memiliki titik lebur rendah serta dapat dimanfaatkan untuk pencampur logam lain seperti nikel, perak, tembaga, dan besi. Senyawa kadmium juga digunakan bahan kimia, bahan fotografi, pembuatan tabung TV, cat, karet, sabun, kembang api, percetakan tekstil dan pigmen untuk gelas dan email gigi Sarjono 2009. Kadmium tergolong logam berat dan memiliki afinitas yang tinggi terhadap grup sulfhidrid daripada enzim dan meningkat kelarutannya dalam lemak. Pada perairan alami yang bersifat basa, kadmium mengalami hidrolisis, terabsorpsi oleh padatan tersuspensi dan membentuk ikatan kompleks dengan bahan organik. Kadmium pada perairan alami membentuk ikatan kompleks dengan ligan baik organik maupun inorganik, yaitu: Cd 2+ , CdOH + , CdCl + , CdSO 4 , CdCO 3 dan Cd-organik. Ikatan kompleks tersebut memiliki tingkat kelarutan yang berbeda: Cd 2+ CdSO 4 CdCl + CdCO 3 CdOH + Sanusi 2006. Keracunan kadmium dapat bersifat akut dan kronis. Efek keracunan yang dapat ditimbulkannya berupa penyakit paru-paru, hati, tekanan darah tinggi, gangguan pada sistem ginjal dan kelenjar pencernaan serta mengakibatkan kerapuhan pada tulang Efendi 2003. Nielsen dkk. 1977 dalam Sarjono 2009 membuktikan bahwa Cd menghambat enzim Na, K-ATPase dan menurunkan transport ion Na lewat insang gill ephithelium pada ikan Sanusi 1985. Laws 1981 dalam Sarjono 2009 mengatakan bahwa sifat racun Cd terhadap hewan air berhubungan dengan tingkat kesadahan air. Sifat racun Cd terhadap ikan yang hidup dalam air laut berkisar antara 10-100 kali lebih rendah dari pada dalam air tawar yang memiliki tingkat kesadahan lebih rendah Sanusi 1985. Kadmium hingga saat ini belum diketahui peranannya bagi tumbuhan dan makhluk hidup lainnya Effendi 2003. Menurut Mukhtasor 2007 kandungan kadmium di laut terbuka dilaporkan berkisar 10-50 µgL sementara di pantai berkisar 5-1000 µgL. Sedangkan menurut Waldichuk 1974 dalam Darmono 2001 menyatakan konsentrasi logam berat Cd di dalam air laut secara almiah sebesar 0,11 µgL dan di tanah umumnya 0,001-7000 µgL. Sedangkan menurut McNeely dkk. 1979 dalam Effendi 2003 kadar kadmium pada perairan tawar alami sekitar 0,1 – 10 µgL. Menurut Heinrichs dkk.1980 dalam Darmono 2001 konsentrasi logam di dalam kerak bumi secara alamiah ialah 98 µgKg. Toksisitas Cd meningkat dengan menurunnya kadar oksigen dan kesadahan, dan meningkatnya pH dan suhu. Sedangkan toksisitas Cd turun pada salinitas dengan kondisi isotonis dengan cairan tubuh hewan bersangkutan. Hasil penelitian Engel, Sunda dan Fowler 1981 dalam Sanusi 1985 menjelaskan bahwa peningkatan salinitas mengurangi sifat racun Cd terhadap kehidupan hewan air.

2.1.2 Timbal Pb