Timbal Pb Logam Berat .1 Kadmium Cd

4.3.3 Timbal Pb

Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui nilai logam berat jenis Pb pada masing-masing stasiun pengamatan. Gambar 9. Grafik kandungan logam Pb µgL di perairan lokasi penelitian Dari kedelapan stasiun pengamatan tambak D memiliki kadar logam berat timbal Pb paling tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya. Kedelapan stasiun pengamatan tersebut memiliki kadar 8 µgL. Hal ini mengindikasikan bahwa masing-masing perairan tersebut belum tercemar oleh logam Pb sesuai dengan baku mutu KepMen LH No. 51 Tahun 2004. Berdasarkan data, Muara Blanakan dan Ciasem merupakan perairan dengan nilai logam berat Pb yang rendah. Hal ini sesuai dengan pustaka yang dikemukakan oleh Sudarmaji dkk. 2006 bahwa di dalam air laut kadar Pb lebih rendah dari pada air tawar. Walaupun di lapangan diketahui bahwa terdapat sebuah pabrik kilang minyak bumi di lepas pantai dimana minyak bumi ini merupakan salah satu sumber dari logam berat Pb. Menurut Millero Sohn 1992 dalam Anggraeny 2010 timbal Pb merupakan jenis logam yang masuk ke perairan laut melalui atmosfer dan cepat menghilang dari perairan laut karena residence time-nya singkat dimana Pb memiliki residence time selama 14 hari di perairan. Selain itu, Pb memiliki berat atom yang besar sehingga memiliki kemungkinan untuk mengendap ke sedimen lebih cepat. Tambak C dan tambak D memiliki nilai Pb yang lebih tinggi. Jika dilihat dari kondisi lingkungannya tambak C dan D ditumbuhi oleh sedikit mangrove dibandingkan dengan tambak A dan B. Tambak yang memiliki sedikit mangrove, 2,32 1,47 1,05 4,63 4,84 0,63 0,42 1,26 Hulu Blanakan Tambak A Tambak B Tambak C Tambak D Muara Ciasem Muara Blankan Muara Gangga batuan maupun batuan pasir akan lebih mudah tergerus oleh air laut dan darat dan terbawa oleh air tambak baik saat pasang maupun surut dimana kadar Pb secara alami di dalam tanah sekitar 5.000-25.000 µgkg Sudarmaji dkk. 2006. Hal tersebut juga diperjelas oleh Gunawan dkk. 2007 yang mengatakan adanya fakta bahwa tambak empang parit yang masih mempertahankan mangrovenya mengandung bahan pencemar lebih rendah daripada tambak yang sudah tidak ada mangrovenya merupakan indikasi bahwa mangrove memiliki peranan yang penting dalam menjaga kualitas habitat perairan. Selain itu juga dengan adanya mangrove pada tambak akan berdampak pada meningkatnya keragaman makhluk hidup, yang mana makhluk hidup tersebut dapat menyerap logam berat bioakumulasi, seperti pada tambak A B. Unsur Pb cenderung mengalami bioakumulatif dalam tanaman dan tubuh hewan air. Senyawa ini dalam bentuk organik lebih beracun dibandingkan dalam bentuk anorganik. Berdasarkan hasil penelitian Lampiran 6 yang dilakukan oleh Widigdo Pariwono 2000 menunjukan bahwa nilai logam berat Pb yang diperoleh jauh lebih tinggi dibanding dengan hasil data logam berat Pb yang diperoleh pada penelitian ini, dimana logam Pb memiliki rentang nilai dari 27-80 µgL dengan nilai tertinggi terdapat pada daerah muara. Nilai logam berat tersebut berbeda dapat disebabkan karena selang tahun pengambilan sampel yang dilakukan yang memiliki rentang 10 tahun. Selain itu juga karena perairan Blanakan khususnya daerah tambak sudah banyak digalakkan dan disosialisasikan tentang pentingnya menanam mangrove pada tambak yang memiliki peran dalam mengasimilasi logam berat pada air Gunawan Anwar 2008. Selain itu juga penelitian terdahulu dilakukan di daerah laut dimana logam berat lebih cepat mengendap ke dasar perairan dan pengambilan logam berat Pb dilakukan hanya sekali sampling spasial. Berdasarkan penelitian Lampiran 8 yang dilakukan oleh Gunawan Anwar 2008 di daerah tambak Ciasem didapat nilai logam berat Pb sebesar 562 µgL, nilai Pb ini lebih besar ukurannya bila dibandingkan dengan parameter yang diamati lainnya. Hal ini diduga karena daerah tambak Ciasem lebih dekat dengan jalan raya pantura dan rumah penduduk, dimana jalan raya dan transportasi merupakan penyumbang Pb ke dalam perairan termasuk tambak. Dari segi kebutuhan untuk budidaya udangikan, kandungan logam berat Pb yang diperbolehkan berada dalam perairan adalah sebesar 0-30 µgL Prihatman 2000. Berdasarkan penelitian Ghalib dkk. 2002 menyatakan bahwa keberadaan logam berat timbal sebanyak 50 µgL terjadi laju penurunan konsumsi oksigen sebesar 0,0959 µl O 2 mg berat basah jam pada perlakuan juvenil bandeng Chanos chanos sehingga akan mempengaruhi proses respirasi pada ikan yang dapat menyebabkan ikan lemas dan mati. Timbal dapat mempengaruhi kerja enzim-enzim atau fungsi protein, bahkan dapat menyebabkan kematian pada ikan dan organisme perairan lainya yaitu pada konsentrasi 50 µgL Hutagalung Razak 1981 dalam Syahminan 1996. Pb bersifat toksis terhadap biota laut, kadar Pb sebesar 100 – 200 µgL dapat menyebabkan keracunan pada jenis ikan tertentu dan pada kadar 188000 µgL dapat membunuh ikan-ikan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan diketahui bahwa biota-biota perairan seperti krustakea akan mengalami kematian setelah 245 jam, bila pada badan perairan dimana biota itu berada terlarut Pb pada konsentrasi 2750-49000 µgL Lestari Edward 2004.

4.4 Implikasi Pengelolaan