Oksigen terlarut Parameter Lingkungan .1 Suhu

dan aliran sungai yang ada di sekitarnya Effendi 2003. Sebaran salinitas di perairan Indonesia sangat dipengaruhi angin muson, baik secara vertikal maupun horizontal. Secara horizontal sebaran nilai salinitas berhubungan dengan arus yang membawa massa air, sedangkan secara vertikal berhubungan dengan tiupan angin yang menyebabkan gerakan vertikal. Sistem angin muson menyebabkan terjadinya musim hujan dan panas yang akhirnya berdampak pada variasi tahunan salinitas perairan. Perubahan musim selanjutnya mengakibatkan terjadinya perubahan sirkulasi massa air yang bersalinitas tinggi dengan massa air bersalinitas rendah. Salinitas dapat mempengaruhi keberadaan logam berat di perairan. Jika terjadi penurunan salinitas maka akan menyebabkan peningkatan daya toksik logam berat dan tingkat bioakumulasi logam berat semakin besar Khazali 1998.

2.2.4 Oksigen terlarut

Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh seluruh jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Selain itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut Salmin 2005. Kadar oksigen yang terlarut di perairan alami bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin kecil tekanan atmosfer, maka kadar oksigen terlarut semakin kecil Jeffries dan Mills 1996 dalam Effendi 2003. Peningkatan suhu sebesar 1°C akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10 Effendi 2003. Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol Effendi 2003. Di perairan tawar, kadar oksigen terlarut berkisar antara 15 mgliter pada suhu 0 °C dan 8 mgliter pada suhu 25 °C, sedangkan di perairan laut berkisar antara 11 mgliter pada suhu 0 °C dan 7 mgliter pada suhu 25 °C McNeely dkk. 1979 dalam Effendi 2003. Kadar oksigen terlarut pada perairan alami biasanya kurang dari 10 mgliter. Oksigen terlarut dapat mempengaruhi keberadaan logam berat di perairan. Jika terjadi penurunan oksigen terlarut, maka akan menyebabkan peningkatan daya toksik logam berat dan tingkat bioakumulasi logam berat semakin besar Effendi 2003.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kawasan silvofishery Blanakan, Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap, yaitu pengumpulan data sekunder, observasi lapangan, serta pengolahan dan analisis data lapangan dan laboratorium. Penelitian dilakukan mulai Mei sampai Juni 2011. Penentuan stasiun pengamatan pada lokasi penelitian berdasarkan pola pasang dan kegiatan masyarakat di sekitar kawasan sylvofisheries Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Lokasi pengambilan sampel terdiri dari tiga stasiun pengamatan yaitu di sungai, tambak, dan laut terlihat seperti pada Gambar 2. Gambar 2. Peta lokasi pengambilan sampel

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah untuk pengambilan air contoh, pengukuran, penanganan, dan analisis sampel, serta alat dan bahan lain yang menunjang selama penelitian. Alat yang digunakan terdiri dari botol sampel