Kerangka Pemikiran Hasil Beberapa Penelitian Tentang Dinamika Kelompok dan Tentang Hutan Rakyat

28 nama saja. Namun ada juga kelompok yang semakin maju walaupun tidak ada lagi bantuan yang diterima oleh kelompok tani. Karena itu, kelompok tani ini perlu ditumbuhkembangkan agar supaya produktif dan dapat mencapai tujuan- tujuannya secara efektif. Mengacu pada kenyataan tersebut, maka dalam penelitian ini akan digali mengenai 1keberadaan kelompok tani , apakah kelompok tersebut benar-benar ada, hidup dan aktif dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan, 2 kemandirian, dan 3 keberlanjutan usaha ekonomi kelompok. Untuk melihat keberadaan kelompok tani dalam penelitian ini akan digunakan kerangka teori yang dikemukakan oleh Soekanto2000, bahwa kelompok sosial haruslah memenuhi syarat, yaitu: 1 anggota kelompok sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan; 2 ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya; 3 ada faktor misalnya; nasib, kepentingan, tujuan, ideologi, politik dan lain-lain yang sama, sehingga hubungan diantara mereka bertambah erat; 4 berstruktur, berkaidah dan mempunyai perilaku dan 5 bersistem dan berproses. Menelaah kehidupan atau eksistensi suatu kelompok berarti menelaah pula dinamikanya dan selanjutnya menelaah unsur-unsur yang menjadi kekuatan kelompok. Dalam kaitannya dengan program pengelolaan hutan rakyat yang fokus pelaksanannya adalah masyarakat yang telah membentuk kelompok dalam hal ini kelompok tani , maka penelitian ini akan mengkaji proses dinamika kelompok tani berdasarkan aspek-aspek dinamika kelompok seperti yang dikemukakan oleh Slamet 1978. Aspek-aspek yang membentuk dinamika kelompok adalah: 1 Tujuan Kelompok; 2 Struktur Kelompok; 3 Fungsi Tugas ; 4 Pembinaan dan Pengembangan Kelompok; 5 Kekompakan Kelompok; 6 Suasana Kelompok; 7 Tekanan Kelompok; 8 Efektifitas Kelompok. Dalam penelitian ini peubah Dinamika kelompok diukur berdasarkan 8 delapan indikator, yaitu : Tujuan kelompok, Struktur Kelompok, Fungsi Tugas , Pembinaan dan Pengembangan Kelompok, Kekompakan Kelompok, Suasana Kelompok, Tekanan Kelompok, Efektifitas Kelompok. Tujuan kelompok tani yang jelas dan sesuai dengan tujuan anggota kelompok dapat menumbuhkan sikap positif dan motivasi untuk berpartisipasi 29 dalam pelaksanaan program. Dengan adanya kejelasan tujuan tersebut menambah semangat kerja anggota kelompok dan memunculkan motivasi untuk berpartisipasi dalam program. Tujuan yang telah ditetapkan dan diputuskan bersama menjadikan kelompok semakin dinamis. Maka dari itu, dalam penelitian ini akan dilihat peranan tujuan kelompok, mengerti tidaknya anggota tentang tujuan kelompok, kesesuaian tujuan, ada tidaknya dokumentasi tujuan kelompok, setuju tidaknya anggota kelompok terhadap tujuan kelompok, pihak yang menetapkan tujuan kelompok. Struktur Kelompok merupakan pola hubungan yang menetap diantara anggota kelompok. Dalam struktur kelompok parameter yang akan dilihat adalah peranan pihak yang mengambil keputusan, bentuk komunikasi dalam kelompok, tingkat kesesuaian kegiatan, fasilitas kelompok, tingkat kelancaran komunikasi, ada tidaknya pembagian peran, cara pembagian peran dalam kelompok, tingkat kejelasan pembagian peran, penggantian peran dalam kelompok, jumlah anggota kelompok, dan tingkat kecukupan anggota kelompok. Fungsi Tugas merupakan fungsi yang memudahkan tercapainya tujuan kelompok. Parameter yang akan diukur untuk mengukur indikator ini adalah: cara penentuan jenis kegiatan kelompok, perlu tidaknya kelompok dibentuk, ada tidaknya diskusi tentang konsep baru, ada tidaknya keterkaitan kelompok dengan kelancaran usaha anggota, ada tidaknya perbedaan sebelum dan sesudah dibentuk kelompok. Pembinaan dan Pengembangan Kelompok merupakan usaha untuk mempertahankan keberadaan kelompok. Parameter yang dipergunakan untuk mengukur indikator tersebut adalah peningkatan partisipasi, pengadaan fasilitas kelompok, jenis kegiatan kelompok, adanya kontrol sosial, adanya koordinasi dan komunikasi antar anggota kelompok. Kekompakan Kelompok merupakan daya lekat yang menjadi modal dasar keberhasilan suatu kelompok. Parameter yang akan diukur yang diduga mempengaruhi indikator ini adalah; ukuran keakraban kelompok, bentuk kerjasama kelompok, sikap anggota kelompok terhadap kelompoknya, kesatupaduan anggota kelompok terhadap kelompoknya, sebab anggota 30 berkelompok, homogenitas kelompok yang dilihat dari jenjang pendidikan anggota, umur anggota. Suasana Kelompok adalah keadaan moral atau perasaan-perasaan yang muncul dari dalam kelompok, yang dapat dilihat dari para anggotanya. Keadaan ini dapat diukur melalui persepsi anggota kelompok terhadap indikator-indikator yang terdiri dari: a keadaan hubungan antar sesama anggota kelompok tani; b kebebasan anggota berpartisipasi; dan c keadaan lingkungan fisik. Tekanan Kelompok meliputi pemberian penghargaan bagi para anggota yang berpartisipasi dan hukuman atau ganjaran bagi anggota yang melanggar norma aturan-aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok. Pengukurannya dilakukan berdasarkan persepsi anggota kelompok terhadap setiap pemberian penghargaan dan hukumanganjaran oleh kelompok. Efektifitas Kelompok merupakan peningkatan atau usaha mempertahankan kedinamisan kelompok. Parameter untuk mengukur indikator ini adalah; ada tidaknya manfaat kelompok bagi petani, cara pemasaran hasil produksi, jenis komoditas yang paling menguntungkan, prospek pasar bagi komoditas yang diusahakan, motivasi menjadi anggota kelompok, persepsi anggota terhadap kelompoknya. Sedangkan penelitian ini juga akan memfokuskan pada observasi mengenai kemandirian. Kemandirian diartikan sebagai keberadaan individu atau kelompok dalam melangsungkan kehidupannya yang serasi dan berkelanjutan dengan kemampuan sendiri. Kemampuan kelompok akan terwujud apabila kondisi kelompok tersebut dinamis. Keberhasilan dari program pengelolaan hutan rakyat salah satu indikatornya dapat dilihat dari dampak program hutan rakyat terhadap meningkatnya kemandirian kelompok. Dari 6 enam elemen pokok kemandirian kelompok dalam Marliati2008 dalam penelitian ini hanya akan diamati 3 tiga elemen pokok saja, yaitu : kemandirian manajemen, kemandirian sosial dan kemandirian pengembangan diri karena peneliti mengalami beberapa kesulitan untuk mengumpulkan data dari keenam elemen pokok kemandirian kelompok disebabkan karena keterbatasan 31 yang dimiliki peneliti. Adapun ketiga elemen pokok kemandirian kelompok yang dilihat dalam peneltian ini adalah : 1. Kemandirian Manajemen Berusahatani Kemampuan otonom untuk mengelola diri, menjalani serta mengelola kegiatan usahatani merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi agar terwujud efisiensi dan efektivitas kerja sehingga ada perubahan ke arah yang lebih baik dalam situasi kehidupan agribisnis petani. 2. Kemandirian Sosial Kemampuan yang ditampilkandiwujudkan petani untuk mengadakan interaksi, bekerjasama dalam kelompok dan menjalin jaringan kerjasama atau bermitra dengan lembaga atau pihak lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain. 3. Kemandirian Pengembangan Diri Kemampuan yang ditampilkan petani untuk mengembangkan dirinya melalui proses pembelajaran discovery learning tanpa harus tergantung atau menunggu sampai adanya pembinaan atau penyuluh dari luar guru mereka dan memegang prinsip belajar seumur hidup. Perkembangan kemandirian kelompok dapat ditelusuri dengan pendekatan proses melalui perkembangan kelompok dari awal program pengelolaan hutan rakyat dimulai sampai pelaksanaan penelitian ini. Penelitian ini juga selain mempelajari keberadaan kelompok, dinamika kelompok dan kemandirian kelompok juga akan mengamati keberlanjutan usaha ekonomi apabila program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis GRLK berakhir nanti. Keberlanjutan usaha ekonomi dalam penelitian ini akan diidentifikasi dengan 3 tiga indikator yaitu : keberlanjutan pengurus, keberlanjutan usaha dan keberlanjutan partisipasi. Untuk mempelajari hak kepemilikan dan penguasaan sumberdaya dalam penelitian ini akan digunakan teori yang dikemukan oleh Lynch dan Harwell serta Feeny et al. Beberapa karakteristik pribadi anggota yang diduga mempengaruhi tingkat dinamika kelompok tani adalah: umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, 32 jumlah tanggungan keluarga, luas lahan usahatani, pengalaman berusahatani, lamanya menjadi anggota dan kekosmopolitan. Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Keterangan : tanda panah menunjukan hubungan Penelitian ini berangkat dari suatu pemikiran bahwa kelompok tani mempunyai kedudukan yang strategis di dalam mewujudkan kemandirian kelompok dalam berusahatani. Untuk itu kelompok tani yang ada harus memiliki gerak atau kekuatan yang dapat menentukan dan mempengaruhi perilaku kelompok dan anggotanya. Dengan kata lain kemandirian kelompok dapat ditumbuhkan melalui dinamika kelompok tani. Dinamika kelompok sebagai indikator keefektifan kelompok dalam rangka mencapai tujuannya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada dan terjadi di dalam kelompok. Beberapa faktor tersebut adalah adanya tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas kelompok, pembinaan dan pemiliharaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan pada kelompok; dan efektivitas kelompok. Apabila kelompok tani memiliki dinamika yang tinggi maka kemandirian Keberlanjutan Usaha Ekonomi Keberlanjutan pengurus, keberlanjutan usaha dan keberlanjutan partisipasi Kemandirian Kelompok Kemandirian manajemen, kemandirian social dan kemandirian pengembangan diri Dinamika Kelompok Tujuan, struktur, fungsi tugas, pembinaan dan pemeliharaan, suasana kelompok, kekompakan kelompok, tekanan kelompok,efektivitas kelompok Karakteristik Individu Umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan usahatani, pengalaman berusahatani, lamanya menjadi anggota kelompok dan kekosmopolitan 33 kelompok diharapkan meningkat pula. Kemandirian kelompok dapat dilihat dari 3 aspek yaitu : kemandirian manajemen, kemandirian sosial dan kemandirian pengembangan diri. Dinamika kelompok, kemandirian kelompok diduga dapat meningkatkan keberlanjutan usaha ekonomi apabila bantuan program atau proyek berakhir. Karakteristik anggota kelompok tersebut diduga akan berhubungan dengan dinamika kelompok dan kemandirian kelompok. 2.2. Pendekatan Lapang 2.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lemahduhur Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan desa yang memiliki areal hutan rakyat yang dikelola petani yang tergabung dalam kelompok tani. Aksesibitas ke lokasi penelitian yang mudah. Selain itu di Desa Lemahduhur Kecamatan Caringin belum pernah dilakukan penelitian tentang Dinamika Kelompok. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011.

2.2.2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat gejala dinamika kelompok dan kemandirian kelompok tani hutan rakyat di desa Lemahduhur Kecamatan Caringin. Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus 2 dua kelompok tani yang terbentuk secara top down dan bottom up. Dalam penelitian ini studi kasus kelompok tani hutan rakyat yang terbentuk secara top down dan bottom up diterapkan pada kasus dinamika kelompok tani hutan rakyat yang sedang melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan rakyat. Pilihan kasus kelompok tani bentukan dari atas top down adalah kelompok tani Bina Mandiri dan pilihan kasus kelompok tani bentukan dari bawah bottom up adalah kelompok tani Puspa Mandiri. Pemilihan strategi penelitian studi kasus didasarkan pada 1 kesesuaian dengan pertanyaan penelitian yang bersifat eksploratif, 2 peluang peneliti sangat kecil untuk mengontrol peristiwagejala sosial yang hendak diteliti dan 3 34 pumpunan penelitian adalah peristiwagejala sosial kontemporer masa kini dalam kehidupan nyata Robert K. Yin. Dalam Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan MT. Felix Sitorus, 1998. Pumpunan penelitian kualitatif adalah aspek subyektif perilaku manusia dimana subyektif berarti melihat dari sudut pandang tineliti sebagai subyek penelitian, sehingga hubungan peneliti dengan tineliti dirumuskan sebagai hubungan inter- subyektivitas. Secara logis, dapat dikemukakan bahwa jika ingin melihat gejala sosial secara kritis, maka terlebih dahulu harus dipahami masyarakat dimana gejala sosial tersebut terjadi. Untuk memahami sifat kritis, maka sudut pandang yang dibawakan tidak cukup dengan hanya sudut pandang peneliti saja, karena akan memunculkan biasrancu. Oleh karena itu dibutuhkan intersubyektivitas antara peneliti dengan tineliti, sehingga peneliti benar-benar memahami secara benar masyarakat yang diteliti sekaligus memahami gejala sosial yang timbul. Tehnik triangulasi berupa pengamatan, wawancara mendalam dan kajian data sekunder diperlukan untuk menangkap realitas sosial secara lebih valid. Dalam penelitian ini data-data induk yang ingin dikumpulkan merupakan informasi yang memiliki realitas histori karena tentu saja keseluruhan terbentuk melalui perjalanan sejarah yang tidak terlepas dari perkembangan masyarakat. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan menelusuri secara prosesual fakta-fakta antar waktu yang menggambarkan dinamika kelompok tani.

2.2.3. Jenis Data, Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam in depth interview dan pengamatan observasi di lapangan. Wawancara mendalam dilakukan pada informan kunci dan untuk mendapatkan informan kunci dapat diterapkan tehnik bola salju. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan- laporan instansi terkait yang berhubungan dengan aspek yang diteliti. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Analisis dilakukan terhadap petani yang tergabung dalam kelompok tani hutan rakyat. Dipilih kelompok tani secara sengaja. Data kualitatif dianalisis melalui tiga jalan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan