KEBERLANJUTAN USAHA EKONOMI KEMANDIRIAN KELOMPOK DAN
135 walaupun sudah tidak ada bantuan program lagi. Mereka menginginkan kelompok
taninya tetap eksis dan berkembang. Ketua kelompok akan berupaya dan berjuang keras untuk bekerjasama dengan pihak swasta, pondok pesantren dan LSM
kehutanan. Ketua kelompok akan bekerja keras untuk mencari informasi mengenai usahatani hutan rakyat agar kelompok taninya tetap dapat menjalankan
usahatani hutan rakyat. Agar kelompok tani bisa terus berkembang yang dapat menopang kehidupan perkonomian petani dan akan selalu berusaha untuk
meningkatkan partisipasi petani terhadap kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung keberlanjutan usaha tani hutan rakyat. Hal ini diharapkan akan
melepaskan ketergantungan kelompok tani terhadap tengkulak yang lebih banyak merugikan petani. Ironisnya karena tidak ada lagi bantuan untuk pemeliharaan
tanaman keras, para anggota kelompok tani di kampung Nangeleng dan kampung Leuwisapi desa Lemahduhur menggantungkan hidupnya kepada tengkulak.
Ketergantungan ini dalam bentuk pemberian pinjaman kepada para petani yang membutuhkan biaya produksi, sarana produksi bahkan untuk kebutuhan sehari-
hari. Hal ini mengakibatkan kondisi ekonomi petani tidak mengalami perubahan. Karena selalu hasil produksi pertanian karena belum ada produksi dari tanaman
keras langsung diambil oleh tengkulak untuk dibawa ke pasar. Petani tidak pernah tahu tentang harga pasar untuk komoditas pertanian yang mereka hasilkan.
Informasi tentang harga pasar didapat petani setelah tengkulak kembali dari pasar. Dan biasanya harga yang diberikan kepada petani adalah harga terendah di
pasaran. Petani mengharapkan nantinya hasil produksi kayu tidak diambil oleh tengkulak sehingga petani bisa bebas memilih untuk memasarkan hasil kayunya
nanti. Terlihat juga ada upaya dari pengurus untuk membebaskan para petani dari tengkulak dapat dilihat telah berdirinya koperasi yang didirikan pada bulan April
2011 oleh anggota kelompok tani beserta pihak dari kantor desa Lemahduhur. Dari hasi pengamatan nampak bahwa ada keberlanjutan pengurus untuk
meneruskan kegiatan usahatani hutan rakyat. Ketua kelompok akan terus mengelola kelompok taninya dalam kegiatan hutan rakyat walaupun bantuan
program akan berakhir dan tetap mengupayakan agar di tahun-tahun mendatang bisa memperoleh bantuan program lagi. Namun yang diinginkan adanya
perubahan sistem pemberian bantuan, dimana penentuan bibit hendaknya
136 berdasarkan keinginan dari masyarakat tidak atas kehendak pihak program atau
secara bottom up, karena petani lah yang lebih mengetahui bibit apa yang cocok untuk di tanam di lahannya. Jadi tidak mubazir bantuan bibit yang diberikan oleh
pihak program. Apabila bibit bantuan program yang diberikan kepada petani tidak sesuai dengan keinginan petani ada kemungkinan bibit tidak akan ditanama
bahkan kemungkin terburuk bibit akan dijual oleh petani apalagi tidak ada bantuan dana untuk pupuk dan pemeliharaan. Ketua kelompok akan
menjembatani untuk menyampaikan keinginan anggota kelompoknya. Bahkan ada anggota kelompok yang menginginkan bantuan berupa uang saja sehingga
anggota kelompok lebih leluasa dalam pemilihan atau penentuan jenis bibit yang akan ditanam di lahannya.
Keberlanjutan usaha, secara tidak langsung keberlanjutan usaha ekonomi dapat dilihat dari minat atau keinginan anggota kelompok untuk melanjutkan
usahatani hutan rakyat apabila program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis GRLK yang diperkenalkan oleh Pemda berakhir. Keberlanjutan dibatasi pada
kemampuan petani dari sisi finansial setelah mendapatkan bantuan program dan upaya kelompok tani dalam mempertahankan usahatani khususnya usahatani
hutan rakyat. Program yang baru berjalan satu setengah tahun ini, belum memberi harapan kepada petani, karena masa panen kayu sengon yang masih lama, kurang
lebih 5 tahun. Ketika dilakukan wawancara kepada anggota kelompok tani, sebagian besar anggota kelompok cenderung untuk memilih tanaman sayur-
sayuran atau hortikultura daripada tanaman keras atau kayu-kayuan terutama anggota kelompok yang tidak memiliki lahan . Alasan yang dikemukakan oleh
responden sebagian besar anggota kelompok mengutarakan bahwa masa panen kayu-kayuan lebih lama sedangkan tanaman sayur sayuran lebih cepat masa
panennyatiga bulan sekali sehingga mereka bisa cepat memperoleh uang. Sebagian anggota kelompok memilih tanaman keras atau kayu karena mereka
tahu harga jual kayu tinggi atau mahal dan dapat dijadikan untuk investasi sebagai modal untuk pendidikan anak mereka. Dan mereka masih bisa menanam tanaman
sayur-sayuran dibawah tegakan tanaman keras, sehingga untuk kebutuhan sehari- hari mereka bisa mendapatkan uang dari hasil panen sayur-sayuran, sedangkan
untuk masa depan mereka mengandalkan tanaman kayu-kayuan. Anggota
137 kelompok yang minat pada tanaman kayu kebanyakan memiliki lahan milik
sendiri. Sedangkan anggota kelompok yang kurang minat pada tanaman kayu karena mereka menanam pada lahan garapan sehingga ada kekhawatiran apabila
ditanami tanaman keras pada saat tanaman sudah besar dan mendekati masa panen, tanah garapan diambil alih oleh pemilik lahan, dengan demikian mereka
tidak bisa berbuat apa-apa. Anggapan mereka, kita yang menanam mereka pemilik lahan lah yang akan menuai hasilnya. Namun kehawatiran ini akan hilang
apabila ada kejelasan status lahan. Sebenarnya mereka tahu bahwa harga jual kayu mahal atau tinggi dan bisa untuk investasi bekal pendidikan anak-anak.
Selain tahu akan manfaat ekonomi dari hutan rakyat mereka juga paham akan manfaat ekologis dari hutan rakyat, sebagai penahan erosi dan banjir untuk
menjaga kelestarian lingkungan. Apalagi kampung Leuwisapi yang berada di lahan miring, apabila tidak ada hutan rakyat dikawatirkan akan longsor dan
tertimbun oleh lelongsoran. Apabila terjadi bencana longsor mereka tidak tahu harus pindah tempat tinggal kemana. Adanya rasa kekhawatiran akan bencana
longsor ini menimbulkan keinginan untuk tetap menanam tanaman keras dan untuk menjaga lingkungan.
Anggota yang lebih memilih tanaman keras juga berpendapat bahwa hutan rakyat tidak repot dalam pemeliharaannya, tidak perlu sering dipupuk hanya perlu
disiangi saja. Selain itu daunnya bisa untuk pakan ternak kambing. Bagi responden yang lebih memilih tanaman keras mereka rela mengeluarkan uang
secara swadaya untuk memperoleh bibit dan untuk sarana produksi hutan rakyat, karena mereka tahu manfaat dari hutan rakyat.
Demikian pernyataan tiga orang anggota kelompok tani Bina Mandiri NZ, OD, KM, mengenai keinginannya untuk mengelola hutan rakyat.
”Kalau program GRLK sudah selesai nantinya saya tetap ingin menanam tanaman kayu. Karena harga jualnya lumayan mahal, bisa buat modal
sekolah anak-anak. Kalau untuk kebutuhan sehari-hari sih bisa ngandalin tanaman sayur-sayuran, karena lebih cepat masa panennya.” NZ 56
tahun.
”Setelah program GRLK berakhir mudah-mudahan sih berlanjut ada tahap berikutnya misalnya dana pemeliharaan, karena selama ini cuma dapat
bantuan bibit tapi tidak ada dana untuk pemeliharaan. Mungkin kalau ada bantuan dana untuk pemeliharaan tanaman kayunya jadi lebih terpelihara
138 dan lebih bagus lagi tumbuhnya. Sekarang petani beli pupuk pinjam ke
tengkulak. Coba kalau sudah disediain pupuk sama pihak program, petani tinggal ngerjain tidak usah repot-repot cari pinjaman uang. Kalau tetep
dapat bantuan saya tetep ingin ngelola hutan rakyat, kayunya bisa dijual mahal trus bisa nyegah longsor di kampung Leuwisapi. Tapi kalau tidak
ada bantuan bibit lagi sih, saya pilih nanam tanaman sayur-sayuran saja, karena bibitnya lebih murah terus 3 bulan udah bisa dipanen. OD 33
tahun.
Anggota kelompok telah merasakan manfaat ekonomi dan ekologi dari tanaman kayu hutan rakyat. Namun karena mahalnya harga bibit tanaman kayu maka
anggota mengharapkan adanya bantuan bibit. Apabila tidak ada lagi bantuan maka anggota kelompok lebih memilih menanam tanaman sayur-sayuran saja.
Dari hasil pengamatan dan hasil wawancara yang dilakukan terhadap anggota kelompok tani Bina Mandiri keberlanjutan usaha ekonomi hutan rakyat
tergolong masih kurang. Terlihat dari lebih banyaknya anggota yang cenderung lebih memilih tanaman sayur-sayuran atau hortikultura daripada tanaman keras
atau kayu-kayuan, apabila bantuan program berakhir. Pengusahaan hutan rakyat masih merupakan usaha sampingan karena yang pokok adalah usahatani tanaman
sayur-sayuran. Usahatani hutan rakyat pada umumnya dilakukan oleh petani kecil biasanya subsisten yang merupakan ciri umum petani Indonesia Darusman dan
Hardjanto, 2006. Golongan petani subsisten tersebut menurut Scott 1976 memiliki kebiasaan mendahulukan selamat artinya apa yang diusahakan prioritas
pertama adalah untuk mencukupi kebutuhan konsumsi sendiri yang biasa disebut dengan etika subsisten.
Pada Umumnya petani di Desa Lemahduhur tidak hanya menekuni satu bidang saja, selain mata pencaharian sebagai petani di sektor pertanian dan
kehutanan, ada kontribusi pendapatan dari sektor diluar pertanian, seperti kontribusi pendapatan dari warung
88
dan sebagai tukang ojeng
89
88
MS60 tahun :”Upah saya dari bertani hanya 17 ribu rupiah per hari. Yah, kalau mau dibilang mah nggak cukup untuk menuhin kebutuhan sehari-hari juga. Untuk nutup kekurangan, istri dan anak perempuan saya
buka usaha warung kecil-kecilan jualan sembako kaya telur, gula, garam, minyak. Hasil dari warung kalau lagi rame bisa dapat untung 30 ribu per hari, tapi namanya jualan di kampung lebih banyak yang ngutang
daripada yang bayar langsung. Tapi lumayanlah, tiap hari ada pemasukan, paling sedikit dapatlah 15 ribu-20 ribu sehari”. Hasil wawancara penulis dengan MS, pada tanggal 7 Juli 2012.
. Besarnya
89
MZ 58 tahun:”Kalau ngandalin dari upah tani yang Cuma 17 ribu mah nggak cukup buat ke dapur. Untungnya menantu saya yang laki-laki, yang masih tinggal serumah dengan saya, punya motor jadi dia
139 pendapatan petani dari luar sektor pertanian lebih besar dari yang dihasilkan di
sektor pertanian. Berdasarkan hasil wawancara dengan MS dan MZ, anggota kelompok tani diperoleh informasi bahwa pendapatan riil dari satu Kepala
Keluarga KK dengan jumlah anggota keluarga terdiri dari 5 lima orang adalah kurang lebih 900.000,- Rupiah dengan rata-rata pendapatan peranggota keluarga
sebesar 30.000,- Rupiah. Masing-masing anggota rumahtangga memiliki kontribusi pendapatan yang berbeda terhadap total pendapatan rumahtangga.
Secara umum, besarnya pendapatan petani hanya dari sector pertanian berkisar antara 700.000,- Rupiah sd 800.000,- Rupiah per keluarga pertahuan
lebih sedikit dibandingkan pendapatan di luar sektor pertanian pendapatan istri dan anak. Dengan kata lain, istri dan anak lebih banyak memperoleh pendapatan
dari luar pertanian dibandingkan kepala keluarga. Dalam konteks rumahtangga pedesaan yang berpola nafkah ganda terdapat strategi hidup yang berbeda antara
lapisan Sajogyo, 1978. Bagi lapisan atas, pola nafkah ganda merupakan strategi akumulasi, dimana surplus pertanian mampu membesarkan usaha di luar pertanian
atau sebaliknya. Bagi lapisan menengah, pola nafkah ganda merupakan strategi konsolidasi dimana sector luar pertanian dipertimbangkan sebagai potensi untuk
perkembangan ekonomi. Bagi lapisan bawah pola nafkah ganda merupakan strategi bertahan hidup, dimana sector luar pertanian merupakan sumber nafkah
penting untuk menutupi kekurangan dari sector pertanian. Lebih lanjut Sajogyo 1978 menjelaskan bahwa lapisan atas memiliki Modal Cadangan Pangan MPC
dan Modal Cadangan Pengembangan Usaha MCPU. Lapisan tengah hanya mempunyai MCP, sedangkan lapisan bawah tidak memiliki keduanya.
Untuk keberlanjutan usaha ekonomi hutan rakyat mereka menginginkan diadakannya penyuluhan serta sosialisasi dari instansi terkait dalam hal ini Badan
Pertanahan Nasional BPN mengenai kejelasan status lahan. “Petani disini ingin informasi mengenai status lahan. Maunya pihak
pemerintah mengadakan penyuluhan tentang status lahan. Tidak adanya kejelasan status lahan bikin resah petani, takut sewaktu-waktu tanah akan
diambil oleh pemiliknya. Padahal petani yang nanam nanti pemilik tinggal menikmatin hasilnya, apalagi kalau ditanam sengon dan tanaman kayu
lainnya yang harga jualnya mahal. Mudah-mudahan pemerintah mau mendengar suara petani.” IS 33 tahun.
sehari-harinya ngojeg di desa Lemahduhur, dari pagi sampai sore kalau lagi bagus suka dapat 30 ribu bersih potong bensin. Kalau lagi sepi 15 ribu”. Hasil wawancara penulis dengan MZ, pada tanggal 7 Juli 2012.
140 Seperti yang dikemukakan oleh Hayami dan Kikuchi bahwa kepastian
hukum merupakan aspek pokok yang menentukan hubungan antara orang dengan tanah, terutama tentang pemilikan dan penguasaan, yang keduanya kemudian
menjadi bagian pokok dalam membentuk struktur social ekonomi masyarakat yang berbasiskan pertanian. Ketimpangan penguasaan tanah akan menghasilkan
ketimpangan pendapatan Hayami dan Kikuchi, 1987. Ada beberapa orang anggota kelompok tani yang juga sebagai tengkulak yang memiliki lahan luas
menginginkan semua lahannya ditanami sengon karena dari segi ekonomi sangat menguntungkan untuk investasi masa depan. Ada keinginan untuk mengadakan
kerjasama dengan perusahaan Korea dalam bidang meubelair. Mereka mendengar informasi bahwa ada perusahaan Korea yang sedang membutuhkan penyuplai
tanaman kayu untuk meubeulair. Sedangkan tanaman sayur-sayuran masih bisa ditanam juga dibawah tegakan tanaman kayu. Dari hasil pengamatan tampak
bahwa petani bertindak rasional untuk dapat mempertahankan hidupnya petani bergantung pada tanaman pokok yaitu sayur-sayuran sedangkan untuk kebutuhan
investasi pendidikan anak mereka serta untuk investasi keperluan rumahtangga seperti untuk menikahkan anaknya kelak mereka mengandalkan hasil panen
tanaman kerastanaman kayu hasil dari usahatani hutan rakyat. Sejalan dengan pendapat Dharmawan 2001 tentang tujuan strategi nafkah, maka strategi nafkah
berarti tindakan rasional individu untuk mempertahankan keadaan hidupnya. Strategi nafkah selain untuk mengamankan kehidupan sehari-hari dapat juga
berupaya untuk memperbaiki kehidupan ekonomi Dharmawan, 2001. Secara sederhana strategi nafkah diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi
kebutuhan dan memperbaiki hidup Chambers dan Conway, 1991. Di desa Lemahduhur usahatani hutan rakyat merupakan usaha sampingan sedangkan yang
pokok adalah usahatani tanaman sayur-sayuran, dimana Desa Lemahduhur merupakan penyuplai sayur-sayuran terbesar di Kecamatan Caringin. Usahatani
merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan hidup saja, bukan merupakan usaha komersil, maka petani tidak mengejar keuntungan maksimal dari kerjanya
sebagai petani. Subsistensi petani terlihat pada kecenderungannya untuk memilih tanaman pokok daripada tanaman perdagangan. Kegiatan usahatani subsisten
141 terlihat dari usaha petani untuk mengurangi resiko gagal panen dengan menanam
beberapa jenis tanaman. ED salah seorang anggota kelompok tani Bina Mandiri yang pernah
menjadi sekretaris dalam kelompoknya, namun kena sangsi dikeluarkan dari kelompok, sedang merancang kerjasama dengan perusahaan Korea dalam bidang
meubelair. Pada kenyataannya anggota kelompok tani Bina Mandiri pun menginginkan tanaman kayu untuk menjaga tanahnya yang berada di lahan miring
agar tidak terjadi longsor. Namun dikarenakan tidak mempunyai lahan milik dan ketidakmampuan ekonomi maka anggota kelompok tani yang berada di kampung
Nangeleng lebih memilih tanaman sayur-sayuran yang masa panennya lebih cepat yaitu tiga bulan sekali sudah bisa dipanen. Dalam hal keberlanjutan usaha,
responden anggota kelompok tani terbentur pada kemampuan petani dari sisi finansial dan ketidakjelasan status lahan.
90
Responden anggota kelompok tani Bina Mandiri yang secara ekonomi tergolong lebih mampu mereka merelakan lahannya untuk digarap bersama-
Pengelolaan sumberdaya lahan berdasarkan prinsip keberlanjutan juga perlu memperhatikan hirarki sosial kehidupan masyarakat terutama yang
berkaitan dengan penguasaan lahan. Status petani pada masyarakat pedesaan Jawa dapat dibedakan menjadi petani pemilik lahan,petani sewa, petani penggarap dan
buruh tani didalamnya terjadi interaksi social karena status kepemilikan lahan tersebut Pawana, 2002. Di desa Lemahduhur peraturan yang disepakati antara
pemilik lahan dan penggarap adalah dengan membayar sewa tahunan ataupun membayar pajak.
Keberlanjutan partisipasi dalam hal ini partisipasi anggota kelompok dalam kegiatan usahatani hutan rakyat responden anggota kelompok tani Bina
Mandiri masih menginginkan bekerjasama dalam kelompok untuk mengelola hutan rakyat asalkan tidak mengeluarkan uang dari kantong pribadi. Harapan
petani lebih pad kebutuhan bibit, pupuk, sarana teknologi modern di bidang pertanian.
90
”Sebenarnya saya dan temen-teman petani lainnya tertarik nanam tanaman kayu-kayuan, tapi karena harga bibit tanaman kayu mahal makanya kami lebih memilih nanam tanaman sayur-sayuran saja. Selain itu karena
staus lahan yang tidak jelas. Soalnya disini khan ada lahan milik perorangan ada juga lahan garapan. Kalau ngelola lahan garapan kita harus bayar sewa tahunan atau bayar pajaknya, takutnya pas dekat masa tebang,
lahan diambil sama pemiliknya.” UJ 33 tahun.
142 bersama anggota kelompok, dengan memberikan bantuan uang yang
pengembaliannya nanti apabila sudah panen. Terlihat bahwa masyarakat sudah sadar akan manfaat ekonomis dan manfaat ekologis dari usahatani hutan rakyat.
Dengan demikian diperlukan kerja keras dan semangat ketua kelompok dan pengurus untuk meningkatkan partisipasi anggota kelompoknya terhadap kegiatan
usahatani hutan rakyat untuk mendukung keberlanjutan usaha ekonomi hutan rakyat.