Kepemimpinan Pendekatan Teoritis 1. Tinjauan Pustaka

25 pemimpin dan status kepemimpinannya itu berlangsung selama kelompok yang bersangkutan masih mau mengakui dan menerima pribadinya, c tidak mendapatkan dukungan dari suatu organisasi formal dalam menjalankan tugas kepemimpinannya, d tidak mendapatkan imbalan balas jasa atau apabila mendapatkan imbalan balas jasa, maka imbalan itu diberikan secara sukarela, e tidak perlu memenuhi persyaratan formal tertentu, dan f tidak dapat dihukum apabila melakukan kesalahan, kecuali pribadinya tidak diakui lagi dan ditinggalkan massanya. Termasuk dalam pemimpin formal adalah kepala desa dan perangkatnya,sedangkan pemimpin informal adalah tokoh adat, tokoh agama, dan kaum intelektual desa. Dalam Shaw1971 dikatakan bahwa ada tiga faktor yang berhubungan dengan kepemimpinan, yaitu 1 Group goal facilitation fasilitasi tujuan kelompok artinya kemampuan pemimpin dalam membantu kelompok untuk mencapai tujuannya; 2 Group sociability sosiabilitas kelompok artinya factor- faktor yang diperlukan untuk menjaga kelompok tetap berfungsi dengan baik; 3 Individual prominence kemajuan individu yang meliputi faktor-faktor yang mewakili aspirasi anggota. Peran kepemimpinan dalam kelompok Gibson et all : 1993 merupakan suatu karakteristik penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok mempunyai pengaruh tertentu terhadap para anggota kelompok. Peran kepemimpinan juga merupakan faktor penting dalam kelompok informal. Orang yang menjadi pemimpin kelompok informal pada umumnya dipandang sebagai anggota yang dihormati dan berwibawa yang berfungsi: 1 membantu kelompok dalam mencapai tujuannya; 2 memungkinkan para angota memenuhi kebutuhan; dan 3 mewujudkan nilai kelompok. Pemimpin pada pokoknya merupakan personifikasi dari nilai, motif dan aspirasi dari keanggotaan; 4 Merupakan pilihan para anggota kelompok untuk mewakili pendapat mereka dalam interaksi dengan pemimpin kelompok lain; 5 Merupakan seorang fasilitator yang dapat menyelesaikan konflik kelompok Jaka Sulaksana, 2002. Pemimpin informal seringkali dapat berganti-ganti karena situasi dan kondisi yang berbeda-beda yang terdapat pada suatu saat tertentu. Seorang pemimpin yang tidak mampu mempertahankan kehormatan dan wibawanya seperti yang dirasakan oleh para anggota dapat diganti dengan pemimpin lain 26 yang diangap lebih berwibawa dan pantas sesuai dengan aspirasi keanggotaan kelompok. Jika ingin tetap menjadi pemimpin dalam jenis kelompok apapun juga, orang harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk membantu dan membimbing kelompok ke arah penyelesaian tugas. Kepemimpinan muncul dalam dua bentuk yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formal diperoleh individu karena ditunjuk atau dipilih dalam posisi tertentu oleh otoritas formal dari organisasi. Kepemimpinan informal dimiliki individu dan menjadi berpengaruh karena memiliki kemampuan yang dibutuhkan oleh orang lain.

2.1.1.8. Hasil Beberapa Penelitian Tentang Dinamika Kelompok dan Tentang Hutan Rakyat

Hasil penelitian Dinamika Kelompok dan Partisipasi Anggota dalam Program Inpres Desa Tertinggal IDT di Nusa Tenggara Barat, yang dilakukan oleh Syarifuddin 1999 dengan menggunakan pendekatan sosiologis. Dengan metode deskriptif, dan pengumpulan data dengan menggunakan tehnik survai melalui wawancara langsung serta pengamatan langsung membuktikan bahwa kelompok yang dinamis memiliki tingkat partisipasi dan tingkat kemandirian yang tinggi dibandingkan kelompok yang kurang dinamis. Penelitian Dinamika Kelompok Tani Hutan berdasarkan pendekatan psikologi sosial yang dilakukan oleh Sudaryanti 2002 pada Program Perhutanan Sosial Desa Kemang BKPH Ciranjang Selatan, Kabupaten Cianjur membuktikan bahwa kelompok yang dinamis mempengaruhi perilaku anggotanya. Penelitian lain mengenai dinamika kelompok yang juga menggunakan pendekatan psikologi sosial dengan judul Analisis Dinamika Kelompok Tani Sebagai Pelaksana Intensifikasi Padi Sawah di WKBPP Cikampek Kabupaten Karawang Propinsi Jawa Barat oleh Sugandi 1990. Dari hasil analisis data disimpulkan bahwa faktor suasana kelompok tani yang merupakan salah satu unsur dinamika kelompok tani memberikan peranan yang besar terhadap kedinamisan kelompok tani. Sedangkan faktor tekanan kelompok memberikan peranan yang kecil terhadap kedinamisan. 27 Sedangkan penelitian tentang Peranan Pemimpin Lokal dalam Meningkatkan Dinamika Kelompok oleh Rejeki 1998 membuktikan bahwa dinamika kelompok dipengaruhi oleh peranan pemimpin lokal. Hasil penelitian mengenai hutan rakyat, dari Daniyati 2009 dengan judul Efektifitas Sistem Sertifikasi Pengelolaan Hutan Rakyat Studi Kasus di Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Kulon Progo menyatakan bahwa keberadaan kelompok tani hutan rakyat telah memberikan banyak manfaat bagi anggota dalam menambah pengetahuan. Penelitian lainnya mengenai Partisipasi Petani Dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Kasus di Kecamatan Kertanegara, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah oleh Fauzi 2009 membuktikan bahwa partisipasi petani dalam pengelolaan hutan rakyat di kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga berada pada kategori sedang. Partisipasi dalam perencanaan berada pada kategori tinggi, partisipasi dalam pelaksanaan termasuk dalam kategori sedang dan partisipasi dalam pemanfaatan hasil termasuk kategori sedang.

2.1.2. Kerangka Pemikiran

Terbentuknya kelompok tani hutan rakyat pada umumnya merupakan bantuan dari proyek. Bantuan dari proyek serta lingkungan pemberi pengaruh seperti ketua kelompok, pembina, penyuluh atau lingkungan lain merupakan stimulus untuk mempersatukan anggota kelompok dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama yaitu pelaksanaan pembangunan hutan rakyat untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. Namun perlu diperhatikan, bahwa keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai tersebut diantaranya disebabkan proyek masih memberikan bantuan berupa subsidi kepada kelompok tani peserta proyek program. Mengacu pada kenyataan tersebut timbul suatu pertanyaan pokok, apabila programproyek berakhir apakah program tersebut akan tetap berlanjut dan apakah kelompok-kelompok tani yang ada akan tetap survive? Dari sudut pandang sosiologis, memunculkan pertanyaan; sampai sejauhmana program tersebut telah melembaga dalam kehidupan petani? Banyak hasil riset lain setelah bantuan proyek berakhir banyak kelompok tani yang tidak dapat mempertahankan para anggotanya sehingga kelompok tersebut hanya tinggal