Pertambangan Batubara Respon Pertumbuhan Jabon terhadap Sumber Benih dan Dosis Pupuk yang Berbeda pada Lahan Bekas Tambang Batubara di PT Kaltim Prima Coal, Sangatta, Kalimantan Timur

3. Kalium K Menurut Lewakabessy et al. 2003 persediaan kalium di dalam tanah dapat berkurang karena tiga hal yaitu pencucian kalium oleh air, pengaambilan kalium oleh tanaman dan erosi tanah. Kalium berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air, meningkatkan daya tahankekebalan tanaman terhadap penyakit. Gejala tanaman yang kekurangan unsur K adalah batang dan daun menjadi lemasrebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat. Ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.

2.4 Pertambangan

Pertambangan merupakan proses pemindahan timbunan tanah penutup over burden seperti topsoil, subsoil, batuan dan lainnya yang di dalamnya terdapat simpanan mineral yang dapat dipindahkan Maryani 2007. Secara fisik, dampak kegiatan penambangan menimbulkan dampak perubahan rona dan kondisi lahan bekas penambangan, seperti struktur lapisan tanah rusak, permukaan lahan tidak beraturan, adanya hubungan-hubungan dan sebagainya. Hilangnya vegetasi di permukaan disertai kerusakan struktur lapisan tanah merupakan faktor pendorong meningkatnya erosi yang berakibat hilangnya tanah humus, sehingga tanah menjadi tandus, sedangkan terbentuknya lubang bekas galian serta timbunan tanah penutup over burden antara lain menyebabkan turunnya nilai estetika Maryani 2007. Penambangan mempunyai potensi untuk meninggalkan kerusakan pada bentang alam, bila tidak dikelola dengan baik.

2.5 Batubara

Menurut Darajat 2009, batubara merupakan batuan sediment padatan yang dapat terbakar berasal dari tumbuhan, yang pada kondisi tertentu tidak mengalami proses pembusukan dan pengancuran yang sempurna karena aktivitas bakteri anaerob, berwarna coklat sampai hitam yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang mana mengakibatkan pengayaan kandungan karbon. Menurut Sukandarrumidi 2006, batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati, dengan komposisi utama terdiri dari selulosa. Proses pembentukan batubara dikenal sebagai proses pembatubaraan atau coalification. Menurut Sukandarrumidi 2006, komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, dimana keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. Hal ini dikarenakan batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan yang telah mengalami proses pembatubaraan coalification. Di dalam mempelajari cara terbentukya batubara dikenal 2 teori, yaitu teori insitu dan teori drift Krevelen 1993 dalam Sukandarrumidi 2006. Teori insitu menjelaskan tempat dimana batubara terbentuk sama dengan tempat terjadinya proses coalification dan sama pula dengan tempat dimana tumbuhan tersebut berkembang. Sedangkan teori drift menjelaskan bahwa endapan batubara yang terdapat pada cekungan sedimen berasal dari tempat lain, dengan kata lain tempat terbentuknya batubara berbeda dengan tempat tumbuhan semula berkembang kemudian mati. Menurut Sukandarrumidi 2006, batubara dipergunakan sebagai sumber energi pada pembangkit listrik dan digunakan sebagai sumber energi pada berbagai industri kecil maupun industri besar. Selain itu limbah batubara dapat digunakan dalam pembuatan briket batubara, media semai tanaman dan pupuk organik. Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah dan akibat terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah; sumber hara N, P, belerang, unsur mikro, dan lain-lain; menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara KTK menjadi tinggi; sumber energi bagi mikroorganisme Hardjowigeno 1995. Fitzpatrick 1986 menyatakan bahwa bahan organik sangat penting dan bernilai terutama dalam pengolahan tanah. Keuntungan bahan organik terhadap tanah yaitu memperbaiki stabilitas tekstur dan struktur, meningkatkan daya tahan terhadap air dan menurunkan daya racun Al.

2.6 Reklamasi Lahan Pasca Tambang