Reklamasi Lahan Pasca Tambang Lokasi

Menurut Sukandarrumidi 2006, komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, dimana keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. Hal ini dikarenakan batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan yang telah mengalami proses pembatubaraan coalification. Di dalam mempelajari cara terbentukya batubara dikenal 2 teori, yaitu teori insitu dan teori drift Krevelen 1993 dalam Sukandarrumidi 2006. Teori insitu menjelaskan tempat dimana batubara terbentuk sama dengan tempat terjadinya proses coalification dan sama pula dengan tempat dimana tumbuhan tersebut berkembang. Sedangkan teori drift menjelaskan bahwa endapan batubara yang terdapat pada cekungan sedimen berasal dari tempat lain, dengan kata lain tempat terbentuknya batubara berbeda dengan tempat tumbuhan semula berkembang kemudian mati. Menurut Sukandarrumidi 2006, batubara dipergunakan sebagai sumber energi pada pembangkit listrik dan digunakan sebagai sumber energi pada berbagai industri kecil maupun industri besar. Selain itu limbah batubara dapat digunakan dalam pembuatan briket batubara, media semai tanaman dan pupuk organik. Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah dan akibat terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah; sumber hara N, P, belerang, unsur mikro, dan lain-lain; menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara KTK menjadi tinggi; sumber energi bagi mikroorganisme Hardjowigeno 1995. Fitzpatrick 1986 menyatakan bahwa bahan organik sangat penting dan bernilai terutama dalam pengolahan tanah. Keuntungan bahan organik terhadap tanah yaitu memperbaiki stabilitas tekstur dan struktur, meningkatkan daya tahan terhadap air dan menurunkan daya racun Al.

2.6 Reklamasi Lahan Pasca Tambang

Setelah operasi pertambangan selesai dilakukan, biasanya meninggalkan tanah dengan kondisi yang kritis. Tanah kritis yang ditimbulkan adalah sifat tanah yang tidak subur, miskin unsur hara, tanah padat, tanah timbunan rawan erosi dan longsor, tanah tergenang dan mengandung banyak racun bagi tanaman Mansur 2010. Kondisi lapangan menunjukan bahwa pada lahan pasca tambang batubara secara umum dicirikan oleh tekstur fisik yang sangat kasar dan beragam, mulai lempung sampai lempung berpasir. Pada beberapa lokasi penambangan tampak berbatu, dan pada tekstur yang halus tidak mengandung bahan organik, sangat kompak, dan laju infiltrasinya sangat rendah. Pada umumnya tanah pasca tambang memiliki kandungan hara makro yang jauh di bawah kebutuhan tanaman, terutama kandungan N, P, K, Na, dan Ca, serta tingkat kemasaman tanah pH dan kapasitas tukar kation KTK yang sangat rendah. Sumbangan mineral-mineral inorganik, ataupun sumbangannya dalam zat pengatur pertumbuhan, juga sangat rendah Hetrick et al. 1994 dalam Daru 2009. Reklamasi adalah bagian integral dari rencana total penambangan, yang berarti reklamasi bukan suatu langkan terpisah yang melengkapi penambangan, tetapi suatu operasi terpadu yang dimulai dengan rencana awal, dilanjutkan dengan tahap ekstrasi sampai penggunaan lahan baru setelah pasca penambangan. Tujuan akhir dari rencana reklamasi adalah untuk meyakinkan bahwa lahan bekas tambang dikembalikan pada penggunaan yang produktif Kartosudjono 1994. BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Lokasi

Penelitian dilakukan di areal reklamasi PT Kaltim Prima Coal PT. KPC, khususnya bagian Reclamation di Department Environmental kawasan Tango Delta. PT Kaltim Prima Coal beroperasi dalam wilayah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara PKP2B J2JiDu1682 dengan batas geografis 117º 27’ 7.40”−117º 40’ 43.40” BT dan 0º 31’ 20.52”−0º 52’ 4.60” LU, termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Gambar 1 Lokasi PT KPC, Sangatta, Kalimantan Timur laporan keberlanjutan PT KPC tahun 2010

3.2 Iklim dan Curah Hujan