Proses Geomorfik Studi Korelasi Antara Proses Geomorfik Dan Pedogenesis Di Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Menurut Marsoedi, Widagdo, Dai, Suharta, Darul, Hardjowigeno, Hof, dan Jordens 1997, landformbentuk lahan diklasifikasikan kedalam 9 sembilan grup atau kelompok utama yang selanjutnya dibagi lebih lanjut sesuai dengan sifat masing-masing. Pembagian kelompok utama tersebut tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Klasifikasi Bentuk Lahan Marsoedi et al., 1997 No. Grup Fisografi Utama Simbol 1. Alluvial Alluvial Landform A 2. Marin Marine Landform M 3. Fluvio-Marin Fluvio Marin Landform B 4. Gambut Peat Landform G 5. Eolin Aeolian Landform E 6. Karst Karst Landform K 7. Volkanik Volcanic Landform V 8. Tektonik dan StrukturalTectonic and Structural Landform T 9. Aneka Miscellaneous Landform X

2.3 Proses Pedogenesis

Pedogenesis adalah ilmu yang mempelajari tentang proses-proses pembentukan tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut konsep pedologi, tanah adalah benda alam bebas yang kompleks dan dihasilkan oleh sejumlah proses Rachim dan Suwardi, 2002. Soil Survey Staff 2010, mendefenisikan tanah sebagai suatu sistem yang kompleks, bersifat terbuka dan dinamik serta didalamnya terjadi aktifitas kimia, fisik, dan biologi. Tanah dengan karakteristiknya dihasilkan oleh interaksi kerjasama secara simultan antara relieftopografi r, iklim c, bahan induk p, waktu t, dan organisme o, Jenny, 1941 atau dapat dituliskan : Tabel 5. Komponen-Komponen Proses Pedogenesis dan Uraiannya No. Komponen Uraian 1. Relief Relief mempengaruhi proses pembentukan tanah melalui : a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah. Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit akan memiliki lapisan tanah yang lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar akan memiliki lapisan tanah yang tebal karena terjadi sedimentasi. Tanah : fr, c, p, t, o b. Sistem drainasepengaliran. Daerah yang memiliki drainase jelek, seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam. 2. Iklim Iklim mempengaruhi proses pembentukan tanah melalui unsur-unsur iklim utama yaitu suhu dan curah hujan : a. Suhu akan berpengaruh terhadap proses hancuran bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses hancuran iklim weathering process akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan berjalan cepat pula. b. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam pH tanah menjadi rendah. 3. Bahan Induk Bahan Induk terdiri dari batuan volkan, batuan beku, batuan sedimen endapan, dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, yang akan mengalami hancuran iklim menjadi tanah. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan mempengaruhi intensitas tingkat hancuran iklim dan vegetasi diatasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula sehingga dapat menghindari pencucian asam silikat dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kadar ion Ca membentuk tanah yang warnanya lebih merah. 4. Waktu Proses pembentukan tanah yang terus berjalan mengubah bahan induk tanah menjadi tanah muda immature young soil, tanah dewasa mature soil, dan akhirnya menjadi tanah tua old soil. Tanah muda merupakan tanah yang berasal dari proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral yang membentuk horison A dari horison C. Tanah dewasa merupakan proses yang lebih lanjut dari tanah-tanah muda. Tanah ini ditandai dengan proses pembentukan horison B akibat pelapukan mineral dan pencucian unsur hara belum lanjut, sedangkan pada tanah tua terjadi perubahan yang lebih nyata, yaitu pada horison A dan B, dimana terjadi hancuran mineral dan pencucian basa-basa semakin meningkat, sehingga tertinggal mineral-mineral yang resisten sukar hancur di dalam tanah, dan akhirnya tanah menjadi kurus dan masam Hardjowigeno, 1985. Tabel 5. Lanjutan