Pedon P2 yang berada pada Segmen Lereng, yaitu : 120 cm. Hal ini dikarenakan, Pedon P1 berada pada bentuk wilayah datar dengan kemiringan lereng 0-3 ,
sehingga mengakibatkan lebih banyak terjadi pergerakan air secara vertikal dibanding aliran permukaan. Pada Pedon P2 Segmen Lereng memiliki solum
tanah paling tipis karena bentuk wilayahnya tergolong terjal dengan kemiringan lereng 30-60 , sehingga semakin memudahkan tanah untuk jatuh dan terkikis
oleh air aliran permukaan proses transportasi, sedangkan pada Pedon P3 yang berada pada lembah memiliki solum tanah paling dalam yaitu 180 cm, dibanding
kedua pedon P1 dan P2. Hal ini dikarenakan, selain bentuk wilayah yang tergolong landai, kemiringan 2-5 , lembah merupakan wilayah deposisi, dimana
partikel tanah yang jatuh dan terkikis dari bagian puncak dan lereng terkumpul disini.
5.2.2 Bahan Induk
Bahan induk di daerah penelitian terdiri dari batuan induk andesit dan andesitik yang berasal dari letusan Gunung Malabar dan Tilu. Tuf, abu, dan pasir
volkan tersebut jatuh di daerah pegunungan dan mengandung bahan amorf yang mudah hancur, sehingga menghasilkan banyak fraksi debu dibanding dengan
fraksi pasir dan liat. Bahan induk mempengaruhi pembentukan kualitas dan sifat tanah. Batuan andesit dan andesitik mengindikasikan tanah bersifat masam. Hal
ini sejalan dengan hasil analisis laboratorium, bahwa nilai pH tanah di daerah penelitian tergolong masam berkisar 4.9-5.2 untuk ketiga pedon pewakil.
5.2.3 Iklim
Suhu dan curah hujan merupakan unsur iklim yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah dan lahan. Curah hujan di daerah penelitian tergolong tinggi, yaitu : 2602.7 mmtahun dengan suhu udara rata-rata bulanan sebesar 22.2,
tergolong regim suhu tanah isohipertermik suhu tanah rata-rata bulanan 22 C,
sehingga hancuran iklim di daerah penelitian tergolong intensif dan mengakibatkan proses pembentukan tanah berjalan relatif cepat.
5.2.4 Waktu
Bahan induk tuf volkan intermedier mengandung gelas volkan yang bersifat amorf, sehingga proses pembentukan tanahnya relatif lebih cepat. Tanah-tanah
daerah penelitian dapat diklasifikasikan sebagi tanah dewasa dengan indikator
telah terbentuknya horison kambik, horison iluviasi lemah BW. 5.2.5
Organisme
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah terutama dalam hal proses pelapukan dan penyediaan bahan organik tanah untuk
pembentukan bahan organik dalam tanah. Penggunaan lahan yang dominan di daerah penelitian berupa hutan dan kebun sayuran, tajuk lebat ditumbuhi rumput-
rumputan sebagai gulma dominan. Pengaruh iklim yang sejuk terhadap sisa tanaman daun-daun yang jatuh akan terdekomposisi menjadi humus dengan
bantuan biota tanah, sehingga membentuk tanah dengan warna hitam gelap yang kaya dengan bahan organik untuk ketiga pedon pewakil.
5.3 Sifat-sifat Tanah dan Lahan 5.3.1 Sifat Lahan
Daerah penelitian merupakan bentang lahan volkanik yang berasal dari batuan induk andesit tuf volkan intermedier dan batuan induk andesitik abu dan
pasir volkan intermedier yang telah mengalami hancuran iklim relatif intensif akibat tingginya curah hujan dan perbedaan suhu udara. Dibawah pengaruh
topografi yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan bentuk lahan.
5.3.2 Sifat Morfologi Tanah
Sifat morfologi tanah yang diamati, yaitu : jumlah horison, tebal horison, warna tanah, tekstur, struktur, konsistensi, dan perakaran. Data sifat morfologi
tanah tertera pada Tabel 10 dan untuk data selengkapnya tertera pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.
Sifat morfologi pada Pedon P1 yang mewakili puncak, memiliki warna matriks dari lapisan atas ke bawah, yaitu : Merah kekuningan 5 YR 46-Coklat
kemerahan 5 YR 54-Coklat kemerahan 5 YR 54-Coklat kemerahan 5 YR 54-Merah kekuningan 5 YR 58. Warna matriks lapisan atas, yaitu : horison
eluviasi A1.1 dan A1.2 lebih cerah dari lapisan di bawahnya, yaitu : horison iluviasi BW1.1, BW1.2, dan BW1.3. Hal ini mengindikasikan pada lapisan atas
terjadi pencucian bahan organik karena faktor pukulan butir-butir hujan, dan aliran permukaan. Kemudian diakumulasikan pada lapisan di bawahnya, yaitu