Geologi dan Bahan Induk

KEADAAN UMUM

3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi

Desa Lamajang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 1474 ha dengan batas desa sebelah utara Desa Sukamaju, sebelah selatan Desa Pulosari, sebelah barat Desa Sukamaju, dan sebelah timur Desa Cikalong. Batas Desa Lamajang sebagian besar merupakan batas alami yaitu batas berupa sungai, seperti sebelah barat dibatasi oleh Sungai Cilaki, dan sebelah utara serta timur dibatasi oleh Sungai Cisangkuy. Secara geografis Desa Lamajang terletak pada 107 31’ 3” – 107 33’ 6” BT dan 7 5’ 5” – 7 9’ 7” LS dengan ketinggian tempat antara 700-1300 m dpl. Jarak dari pusat Kecamatan, yaitu Pangalengan sekitar 13 km. Jarak dari Ibukota Kabupaten DATI II Bandung sekitar 19,5 km. Jarak dari Ibukota Propinsi DATI I Kota Bandung sekitar 40 km, dan jarak dari Ibukota Negara, yaitu Jakarta sekitar 200 km. Peta Lokasi Daerah Penelitian tertera pada Gambar 3. Desa Lamajang dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum jurusan Bandung-Pangalengan. Keadaan jalan berupa jalan aspal yang tidak begitu lebar disekitar kantor desa dan sebagian besar rumah penduduk serta jalan tanah yang berbatu untuk perumahan penduduk yang terletak di ujung desa mendekati batas desa. Di musim hujan kondisi jalan menuju ke lokasi cukup sulit dan sangat licin.

3.2 Geologi dan Bahan Induk

Menurut van Bemmelen 1949, wilayah Pangalengan merupakan Zone Fisiografi Pegunungan Selatan. Wilayah ini dikelilingi oleh beberapa gunung api yang telah punah dan hancur akibat retakan, lipatan, dan patahan serta merupakan daerah subur karena formasi volkanik muda. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Garut Alzwar, Akbar, dan Bachri, 1992 yang tertera pada Gambar 4, daerah penelitian tergolong Formasi Qtl Lava Tilu dan Qmt Batuan Gunungapi Malabar-Tilu yang terdiri dari tuf dan lava andesit serta breksi lahar. 13

3.3 Iklim dan Hidrologi

Menurut data yang diambil dari Stasiun Pangalengan yang mewakili Desa Lamajang, curah hujan rata-rata tahunan di lokasi penelitian dari Tahun 1985- 1992 tergolong tinggi yaitu 2602.7 mmtahun. Daerah penelitian tergolong Zone Agroklimat B2, dengan bulan basah bulan dengan curah hujan 200mm secara berurutan selama 7 bulan, yaitu : November, Desember, Januari, Februari, Maret, April, dan Mei sebesar 325.1 mm, 338.2 mm, 337.6 mm, 314.7 mm, 304.5 mm, 219.9 mm, dan 206,3 mm serta memiliki bulan kering bulan dengan curah hujan 100mm secara berurutan selama 2 bulan, yaitu : Juli dan Agustus sebesar 86.3 mm dan 59.2 mm. Periode curah hujan tinggi berlangsung dari November sampai Mei dengan curah hujan rata rata bulanan lebih dari 250 mm dan puncaknya pada Desember sebesar 338,2 mm. Periode hujan terendah dengan curah hujan rata-rata bulanan kurang dari 200 mm, berlangsung dari Juni sampai Oktober dengan curah hujan terendah 59.2 mm pada Agustus seperti tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Data Suhu Udara Rata-rata Bulanan serta Curah Hujan Rata-rata Bulanan dan Tahunan di Wilayah Lamajang dan Sekitarnya Puslittanak, 1993 dan Amirza, 1991 dalam Abdullah, Darmawan, dan Suryaningtyas, 1994 Bulan Curah Hujan mm Suhu C Udara Tanah Januari 337.6 22.0 24.5 Februari 314.7 22.3 24.8 Maret 304.5 22.3 24.8 April 219.9 22.5 25.0 Mei 206.3 22.6 25.1 Juni 116.9 22.3 24.8 Juli 86.3 22.0 24.5 Agustus 59.2 21.7 24.2 September 106.5 22.3 24.8 Oktober 187.5 22.4 24.9 November 325.1 22.4 24.9 Desember 338.2 22.1 24.6 Rata-rata suhu udara bulanan 22.2

24.7 Total curah hujan tahunan

2602.7 Daerah penelitian dilalui oleh beberapa aliran sungai, antara lain : Sungai Cilaki, Ciurug, Cisangkuy, dan Cilamajang. Secara garis besar pola drainasenya tergolong menyebar secara radial.

3.4 Keadaan Topografi dan Bentuk Wilayah

Berdasarkan Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Lembar Pangalengan dan Soreang Skala 1 : 25.000 Anonim 1999a ; 1999b serta menurut klasifikasi bentuk wilayah Desaunettes, 1977 seperti tertera pada Tabel 7, daerah penelitian memiliki 5 lima kemiringan lereng dan bentuk wilayah Gambar 5. Tabel 7. Kemiringan Lereng dan Bentuk Wilayah Desaunettes, 1977 Simbol Kemiringan Lereng Beda Tinggi m Bentuk Wilayah A 0-2 1 m Datar B 2-8 10 m Berombak C 8-10 10 m Bergelombang D 16 10 m Bergumuk Hummocky E 16 10 – 50 m Berbukit kecil F 16 50 – 300 m Berbukit G 16 300 m Bergunung

3.5 Tanah dan Kesesuaian Lahan

Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Mendalam Skala 1 : 100.000 Das Citarum Hulu Anonim, 1993a dan data sekunder Puslittanak, 1993, lokasi daerah penelitian terdiri dari Typic Hapludand dan Eutrik Hapludand SPT 33, Typic Eutropept SPT 8, Typic Eutropept, Typic Humitropept, dan Aquic Eutropept SPT 19, Typic Kandiudalf dan Eutric Hapludand SPT 27 tertera pada Gambar 6. Kesesuaian lahan di daerah penelitian tertera pada Tabel 8.

3.6 Penggunaan Lahan

Jenis penggunaan lahan di Desa Lamajang terbagi dalam 4 empat sektor usaha yaitu : sektor pengairan dengan komoditas padi sawah, sektor pertanian dengan komoditas jagung, tomat, bawang merah, cabai, sektor perkebunan dengan komoditas sayuran, dan sektor kehutanan dengan komoditas pinus dan suren. Jenis penggunaan lahan terbanyak adalah sawah pengairan sederhana, hutan primer, tegalan, dan kebun campuran Gambar 7.