Saran Studi Korelasi Antara Proses Geomorfik Dan Pedogenesis Di Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

P1 Puncak Datar, Kemiringan Lereng 0-3 P2 Lereng Terjal, Kemiringan Lereng 30-60 Jenis Analisis Tanah Metode yang Digunakan 1. Kemasaman Tanah pH Dalam media air dan KCl, diukur dg pH meter 2. Kadar C- organik Walkley dan Black 3. Kapasitas Tukar Kation Ekstraksi NH4OAc, pH 7 4. Kejenuhan Basa Ekstraksi NH4OAc, pH 7 5. Kalium K, Natrium Na, Magnesium Mg, dan Kalsium Ca Ekstraksi NH4OAc, pH 7 6. Kadar N-total Kjeldahl 7. Kadar P-tersedia Bray I 8. Kadar AL dan H Ekstraksi KCl 1 N 9. Kadar Fe aktif Atomic Absorption Spectrophotometer AAS P3 Kaki Lereng Landai, Kemiringan Lereng 2-5 Lampiran 2. Jenis Analisis Kimia Tanah serta Metode yang Digunakan Lampiran 1. Sketsa Pengamatan Pedon SecaraToposekuen Puncak,Lereng, dan Kaki Lereng Pedon Horison pH 1:1 Walkley dan Black Kjeldhal Bray I NNH 4 OAc pH 7.0 KB N KCl 0.05 N HCl Simbol Kedalaman cm H 2 O KCl C-org N-Total P Ca Mg K Na KTK Al H Fe .... .... ppm ……….me100g………. .... ...me100g… ppm P1 A1.1 0-33 5.10 4.40 2.47 0.25 6.2 3.93 1.46 0.12 0.21 17.35 32.97 1.42 0.28 4.20 A1.2 30-68 4.90 4.10 1.84 0.17 5.1 2.93 1.20 0.09 0.17 15.61 28.12 3.28 0.34 3.12 BW1.1 68-114 5.00 4.30 1.44 0.15 3.6 3.61 1.59 0.11 0.27 14.92 37.40 1.76 0.22 2.40 BW1.2 114-155 5.00 4.20 1.44 0.14 2.7 3.11 1.42 0.07 0.35 11.21 44.16 1.94 0.25 6.36 BW1.3 155-175 5.00 4.20 0.88 0.09 2.4 2.18 1.09 0.08 0.69 13.39 30.17 2.38 0.29 6.04 P2 A1 0-25 5.20 4.50 1.60 0.17 3.1 4.38 1.33 0.10 0.13 18.75 31.68 0.38 0.16 3.10 BW1.1 25-51 4.90 4.10 1.36 0.13 2.6 3.11 1.30 0.07 0.15 21.61 21.43 2.11 0.28 4.88 BW1.2 51-79 5.00 4.20 1.44 0.14 2.1 4.17 1.46 0.08 0.20 18.14 32.58 1.18 0.24 4.48 BW1.3 79-120 4.90 4.20 0.88 0.09 1.7 3.88 1.37 0.07 0.46 18.35 31.50 2.04 0.26 10.60 P3 A1 0-33 5.00 4.30 2.47 0.25 6.5 4.02 1.74 0.18 0.39 16.10 39.32 0.56 0.24 3.08 BW1.1 33-72 5.20 4.40 0.48 0.05 2.1 3.96 1.37 0.07 0.48 15.84 37.12 2.38 0.18 16.68 BW1.2 72-107 5.00 4.30 0.64 0.05 1.7 3.24 1.74 0.09 0.48 15.99 34.71 0.64 0.23 17.00 BW1.3 107-150 4.90 4.10 0.32 0.03 1.1 3.31 1.37 0.08 0.48 14.78 35.45 1.62 0.27 12.12 BW1.4 150-180 5.00 4.30 0.24 0.02 1.1 2.02 1.41 0.07 0.52 15.81 25.43 0.86 0.21 12.96 Lampiran 3. Data Analisis Sifat Kimia Tanah dari Tiga Pedon Pewakil di Daerah Penelitian 45 Pedon Horison Data Morfologi Tanah Horison Penciri Penciri Lain Macam Tanah Simbol Kedalam an cm Batas Topograf i Horison Warna Matriks Kelas Tekstur Struktur Konsisten si Epipedon Horison Bentuk Ukuran Tingkat Perkem bangan Lembab P1 A1.1 0-33 c, s 5 YR 46 Si L sb F 1 vf Melanik Sifat Andik Typic Melanudand A1.2 30-68 c, s 5 YR 54 Si L sb F 1 vf BW1.1 68-114 c, s 5 YR 54 Si L ab F 1 vf Kambik BW1.2 114-155 c, s 5 YR 54 Si L ab F 1 vf Kambik BW1.3 155-175 c, s 5 YR 58 Si Cl L ab F 1 f P2 A1 0-25 c, s 5 YR 46 Si L sb F 1 vf Umbrik Sifat Andik Typic Hapludand BW1.1 25-51 c, s 5 YR 54 Si L sb F 1 vf Kambik BW1.2 51-79 c, s 5 YR 54 Si L sb F 1 vf Kambik BW1.3 79-120 c, s 5 YR 58 Si L sb F 1 f P3 A1 0-33 c, s 5 YR 34 Si L sb F 1 vf Melanik Sifat Andik Typic Fulvudand BW1.1 33-72 c, s 5 YR 68 Si L sb F 1 f Kambik BW1.2 72-107 c, s 5 YR 66 Si L sb F 1 f Kambik BW1.3 107-150 c, s 5 YR 68 Si Cl L sb F 1 f Kambik BW1.4 150-180 c, s 5 YR 78 Si Cl L sb F 1 f Lampiran 4. Rekapitulasi Data Morfologi dari Tiga Pedon Pewakil 46 Keterangan : 1 Batas Topografi Horison: c, s = jelas, rata 2 Warna Matriks : 5 YR 34 = Coklat kemerahan gelap 5 YR 46 = Merah kekuningan 5 YR 54 = Coklat kemerahan 5 YR 58 = Merah kekuningan 5 YR 66 = Kuning kemerahan 5 YR 68 = Kuning kemerahan 5 YR 78 = Kuning kemerahan 3 Kelas Tekstur : Si L = Lempung berdebu Si Cl L = Lempung liat berdebu 4 Struktur : a. Bentuk : ab = Gumpal bersudut sb = Gumpal membulat b. Ukuran : F = Halus c. Perkembangan : 1 = Lemah 5 Konsistensi Lembab : vf = Sangat gembur f = Gembur Lampiran 5. Data Morfologi Tanah dari Tiga Pedon Pewakil di Daerah Penelitian Pedon : P1 Posisi : Puncak lereng Lokasi : Desa Lamajang, Kec. Pangalengan, Kab. Bandung Koordinat : 07 07’26.6” LS dan 107 31’56.1 BT Macam TanahSubgroup : Typic Melanudand Soil Survey Staff, 2010 Drainase : Baik Fisiografi : Lungur volkan tengah Lereng : Datar 0-3 Bentuk Lahan Landform : Dataran punggung volkan tengah berbahan induk batuan andesitik, datar, tidak tertoreh.Vat 3.5.0 Elevasi : 1106 m dpl Bahan Induk : Tuf volkan intermedier batuan andesit Vegetasi : Kebun sayuran, bawang merah, bayam, dan rumput-rumputan Horison Uraian Simbol Kedalaman cm A 11 0 - 30 Merah kekuningan 5 YR 46; lempung berdebu; gumpal membulat, halus, lemah; sangat gembur lembab; perakaran halus, banyak; beralih jelas, rata. A 12 30 - 68 Coklat kemerahan 5 YR 54; lempung berdebu; gumpal membulat, halus, lemah; sangat gembur lembab; perakaran halus, sedang; beralih jelas, rata. Bw 11 68 - 114 Coklat kemerahan 5 YR 54 lempung berdebu; gumpal bersudut, halus, lemah; sangat gembur lembab; perakaran halus banyak; beralih jelas, rata. Bw 12 114 - 155 Coklat kemerahan 5 YR 54; lempung berdebu; struktur gumpal bersudut, halus, lemah; sangat gembur lembab; perakaran halus, sedang; beralih jelas, rata. Bw 13 155 - 175 Merah kekuningan 5 YR 58; lempung liat berdebu; gumpal bersudut, halus, lemah; gembur lembab; perakaran halus, sedikit. Lampiran 5.Lanjutan Pedon : P2 Posisi : Lereng tengah Lokasi : Desa Lamajang, Kec. Pangalengan, Kab. Bandung Koordinat : 07 07’26.6” LS dan 107 31’56.4 BT Klasifikasi Tanah : Typic Hapludand Soil Survey Staff, 2010 Drainase : Baik Fisiografi : Lungur volkan tengah Lereng : Curam 30-60 Bentuk Lahan Landform : Lereng volkan tengah berbahan induk batuan andesitik, terjal, tertoreh Vat 3.6.3 Elevasi : 1092 m dpl Bahan Induk : Tuf volkan intermedier batuan andesit Vegetasi : Kebun sayuran, bawang merah, bayam, dan cabai Horison Uraian Simbol Kedalaman cm A 1 0 - 25 Merah kekuningan 5 YR 46; lempung berdebu; gumpal membulat, halus, lemah; sangat gembur lembab; perakaran halus, banyak; beralih jelas, rata. Bw 11 25 - 51 Coklat kemerahan 5 YR 54; lempung berdebu; gumpal membulat, halus, lemah; sangat gembur lembab; perakaran halus, sedang; beralih jelas, rata. Bw 12 51 - 79 Coklat kemerahan 5 YR 54; lempung berdebu; gumpal membulat, halus, lemah; sangat gembur lembab; perakaran halus, sedikit; beralih jelas, rata. Bw 13 79 - 120 Merah kekuningan 5 YR 58 lempung berdebu; gumpal membulat, halus, lemah; gembur lembab; perakaran halus sangat sedikit. Pedon : P3 Lokasi : Desa Lamajang, Kec. Pangalengan, Kab. Bandung Koordinat : 07 07’26.4” LS dan 107 31’57 BT Macam TanahSubgroup : Typic Fulvudand Soil Survey Staff, 2010 Drainase : Baik Fisiografi : Lungur volkan tengah Lereng : Landai 2-5 Bentuk Lahan Landform : Kaki lereng volkan tengah berbahan induk batuan andesitik,landai, tertoreh sedang Vat 3.5.2 Elevasi : 1088 m dpl. Bahan Induk : Tuf volkan intermedier batuan andesit. Vegetasi : Putri malu, bayam, alang-alang, dan harendong Melastoma sp __________________________________________________________________ Simbol Uraian Horison Kedalaman cm A 1 0 - 33 Coklat kemerahan gelap 5 YR 34; lempung berdebu; gumpal membulat,halus, lemah; sangat gembur lembab; perakaran halus, banyak; beralih jelas, rata. Bw 11 33 - 72 Kuning kemerahan 5 YR 68; lempung berdebu; gumpal membulat, halus, lemah; gembur lembab; perakaran halus, sedang; beralih jelas, rata. Bw 12 72 - 107 Kuning kemerahan 5 YR 66; lempung berdebu; gumpal membulat, halus, lemah; gembur lembab; perakaran halus, sedang; beralih jelas, rata. Bw 13 107 - 150 Kuning kemerahan 5 YR 68; lempung liat berdebu; gumpal membulat, halus, lemah; gembur lembab; perakaran halus, sedikit; beralih jelas, rata. Bw 14 150 - 180 Kuning kemerahan 5 YR 78; lempung liat berdebu; gumpal membulat, halus, lemah; gembur lembab Lampiran 5. Lanjutan Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi C-Organik 1.00 1.00 - 2.00 2.01 - 3.00 3.01 - 5.00 5.00 Nitrogen 0.10 0.10 - 0.20 0.21 - 0.50 0.51 - 0.75 0.75 P 2 O 5 Bray-1 ppm 10 10 - 15 16 - 25 26 - 35 35 K 2 O HCl 25 mg100 g 10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 60 KTK me100g 5 5 - 16 17 - 24 25 - 40 40 Kejenuhan Basa 20 20 - 35 36 - 50 51 - 70 70 Aluminium 10 10 - 20 21 - 30 31 - 60 60 Susunan Kation : K me100g 0.1 0.1 – 0.2 0.1 – 0.5 0.6 – 1.0 1.0 Na me100g 0,1 0.1 – 0.3 0.4 – 0.7 0.8 – 1.0 1.0 Mg me100g 0.4 0.4 - 1.0 1.1 - 2.0 2.1 - 8.0 8.0 Ca me100g 0.2 2 - 5 6 - 10 11 - 20 20 Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak alkalis Alkalis pH H 2 O 4,5 4,5 - 5,5 5,6- 6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 8,5 Lampiran 6. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah PPT, 1983 dalam Hardjowigeno, 2007 51 Lampiran 7. Pembagian Bentuk Lahan Volkan dan Simbolnya Desaunettes, 1977 V1. Craters V11. Crater V12. Caldera V13. Volcanic vent. V2. Volcano upper slope V21. Slightly dissected V22. Moderately dissected V23. Dissected V24. Strongly dissected V3. Volcano middle slope V31. Slightly dissected V32. Moderately dissected V33. Dissected V34. Strongly dissected V35. Flat and level part of mid slope V36. Elongated spur, hill size volcanic ridge V37. Benched V38. - V39. Terraced V4. Volcano lower slope V41. Slightly dissected V42. Moderately dissected V43. Dissected V44. Strongly dissected V45. Flattish V46. Volcanic ridge V47. Terraced V5. Lava flows V51. Recent lava flow V52. Ancient lava flow V53. Very ancient and dissected, broken down V54. Scories, cinders cone V55. Lava flow and lahar combined V56. Toe of lava flow or volcanic ridge V57. Lava plain V58. Lava plateau V6. Lahar V61. Terraced footslope on lahar, with boulders and blocky V62. Undulating to rolling valley, with boulders and blocky V63. Terraced footslope with hummocks V64. Slope with catsteps and hillocks V65. Talus slope on lahar with blocks V7. Planeze V71. Flat, level and non dissected planeze V72. Undulating and dissected level planeze V73. Rolling, strongly dissected with ravines and gorges level planeze V74. Slope planeze V75. Intervolcano plain, slightly dissected, undulating V76. Intervolcano plain, dissected, rolling V77. Intervolcano plain, strongly dissected rolling with hummocks Lampiran 7. Lanjutan V8. Volcanic plain V81. Flat V82. Undulating V83. Rolling V84. Flat + hummocks V85. Undulating + hummocks V86. Rolling + hummocks V87. Undulating + hillocks V88. Rolling + hillocks V9. Volcanic outcrops V91. Batholith V92. Dyke V93. Boss V94. Stock V95. Neckplug V96. Spine V97. Piton small volcano, hill size, rocky Posisi : Lereng Pedon 2 : Typic Hapludand Posisi : Puncak Lereng Pedon 1 : Typic Melanudand Posisi : Kaki Lereng Pedon 3 : Typic Fulvudand Lampiran 8. Foto Penampang Tegak dari Tiga Pedon Pewakil STUDI KORELASI ANTARA PROSES GEOMORFIK DAN PEDOGENESIS DI DESA LAMAJANG, KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG Oleh DWI SEPTIANA A14050180 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 SUMMARY DWI SEPTIANA . Study of Correlation between Geomorphic Processes and Pedogenesis in Lamajang Village, Pangalengan Subdistrict, Bandung District. Guided by ANANG S. YOGASWARA and DARMAWAN. Landform and soil formed by geomorphic and pedogenic processes. Geomorphic processes play a role in change and shape the earths surface through out a process of physical and chemical weathering, volcanism, and extraterrestrial, while the pedogenic process produce soil body. According to van Wambeke and Forbes 1986, land unit is a container of a soil unit due to the similarity genetic factors abiotic and biotic and the genetic processes. Geomorphic processes based on abiotic factors parent material, climate, relief, and time, while biotic factors organisms, especially vegetation only serves as an indicator, for example: gelam is an indicator of landform with acid sulphate soils. The processes of pedogenic based on factors biotic and abiotic itself. Research areas belong to volcanic landscape which dominated by the surface processes, such as: erosion, deposition, sedimentation, and mass movements, thus forming various forms of landform. This research intends to do analysis, interpretation, and correlation between land formation geomorphic processes and soil formation pedogenesis in volcanic landscapes. The aim is to determine land units landforms systematically Desaunettes, 1977 as containers of soil units Soil Survey Staff, 2010. This research includes preparation, field work, laboratory analysis, processing data, and preparation of final report. The results of research showed that the diversity of landforms are coinciding with the diversity of soil units Great Group. There were found that the landform of ridge plains of volcano midlle, with parent material from andesitic rocks, undissected and flat slope 0-3 Vat 3.5.0 is occupied by Melanudand Pedons P1; Landform of volcano midlle, with parent material from andesitic rocks, dissected and steep slope 30-60 Vat 3.6.3 is occupied by Hapludand Pedons P2; and Landform of foot slope volcanic midlle, with parent material from andesitic rocks, slightly dissected and gently slope 2-5 Vat 3.5.2 is occupied by Fulvudand Pedons P3. Correlation between geomorphic and pedogenesis processes which observed through the toposequent direction, supported by laboratory analysis data and secondary data Puslittanak, 1993 and then extrapolated to the entire Village Lamajang, resulting seven landform mapping units as the component of semidetailed Landform Map of Lamajang Village Scaled at 1 : 50.000. Keywords : geomorphic, pedogenesis, soil unit, landform, and mapping RINGKASAN DWI SEPTIANA. Studi Korelasi antara Proses Geomorfik dan Pedogenesis, di Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh ANANG S. YOGASWARA dan DARMAWAN. Bentuk lahan dan tanah terbentuk melalui proses geomorfik dan pedogenesis. Proses geomorfik berperanan dalam mengubah dan membentuk permukaan bumi melalui proses hancuran iklim secara fisik dan kimia, volkanisme serta ekstraterestrial, sedangkan proses pedogenesis menghasilkan tubuh tanah. Menurut van Wambeke dan Forbes 1986, satuan lahan merupakan wadah satuan tanah karena adanya kesamaan faktor genentik abiotik dan biotik dan proses genesisnya. Proses geomorfik didasarkan pada faktor abiotik bahan induk, iklim, relief, dan waktu, sedangkan faktor biotik organisme, terutama vegetasi hanya berperan sebagai indikator, contoh : vegetasi gelam mengindikasikan landform dengan tanah sulfat masam sedangkan proses pedogenesis didasarkan pada faktor-faktor biotik dan abiotik. Daerah penelitian tergolong bentang lahan landscape volkanik yang didominasi proses-proses dipermukaan, yaitu : erosi, deposisi, sedimentasi, dan gerakan massa, sehingga terbentuk berbagai bentuk lahan landform. Penelitian ini bermaksud melakukan analisis, interpretasi, dan korelasi antara proses-proses pembentukan lahan proses geomorfik dan proses-proses pembentukan tanah proses pedogenesis pada bentang lahan volkanik. Tujuannya untuk menghasilkan satuan-satuan lahan bentuk-bentuk lahan secara sistematik Desaunettes, 1977 sebagai wadah satuan-satuan tanah Macam Famili Tanah secara taksonomik Soil Survey Staff, 2010. Penelitian ini meliputi : persiapan, pelaksanaan lapang, análisis laboratorium, pengolahan data, dan penyusunan skripsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman satuan lahan bentuk lahan sejalan dengan keragaman satuan tanah Jenis Tanah Great Group. Bentuk lahan dataran punggung volkan tengah, berbahan induk batuan andesitik, datar 0-3, tidak tertoreh Vat 3.5.0 ditempati Melanudand, Pedon P1; bentuk lahan lereng volkan tengah, berbahan induk batuan andesitik, terjal 30-60, tertoreh Vat 3.6.3 ditempati Hapludand Pedon P2; bentuk lahan kaki lereng volkan tengah, berbahan induk batuan andesitik, landai 2-5, tertoreh sedang Vat 3.5.2 ditempati Fulvudand Pedon P3. Hubungan antara proses geomorfik dan pedogenesis yang diamati secara toposekuen dan didukung oleh data analisis laboratorium serta data sekunder Puslittanak, 1993 kemudian diekstrapolasi ke seluruh Desa Lamajang, maka dihasilkan 7 Satuan Peta Bentuk Lahan sebagai komponen Peta Bentuk Lahan Semidetil Desa Lamajang Skala 1 : 50.000. Kata Kunci : Proses Geomorfik, Pedogenesis, satuan tanah, landform, dan pemetaan PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lahan dan tanah terbentuk dan berkembang melalui kerjasama secara simultan dari berbagai faktor pembentuknya, yaitu : iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu, sehingga dihasilkan lahan dan tubuh tanah dengan sifat-sifat tertentu. Mengkaji faktor-faktor tersebut sangat membantu kita untuk menelaah seluk beluk lahan dan tanah secara keilmuan. Keterkaitan antara tanah dan lahan terletak pada kesamaan faktor genetik abiotik dan biotik dan proses genesisnya, yaitu : proses pedogenesis yang membentuk tubuh tanah dan proses geomorfik yang membentuk dan mengubah permukaan bumi melalui proses penghancuran, deposisi, dan pergerakan massa Gerrad, 1981. Menurut van Wambeke dan Forbes 1986, proses pembentukan tanah proses pedogenesis didasarkan pada faktor-faktor biotik vegetasi dan abiotik bahan induk, iklim, relief, dan waktu, sedangkan proses pembentukan lahan proses geomorfik didasarkan pada faktor abiotik dan faktor biotik hanya berperan sebagai indikator. Sejalan dengan adanya kesamaan faktor genetik dan proses genesis antara tanah dan lahan, maka satuan lahan bentuk lahan landform menjadi wadah satuan tanah Macam Famili Tanah.

1.2 Maksud, Tujuan, dan Sasaran

Penelitian ini bermaksud melakukan analisis, interpretasi, dan korelasi antara proses-proses pembentukan lahan proses geomorfik dan proses-proses pembentukan tanah proses pedogenesis pada bentang lahan volkanik di Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tujuannya adalah menghasilkan satuan-satuan lahan bentuk-bentuk lahan secara sistematik Desaunettes, 1977 yang berfungsi sebagai wadah satuan-satuan tanah Macam Famili Tanah secara taksonomik Soil Survey Staff, 2010. Sasarannya adalah peningkatan kualitas dan produktivitas kegiatan inventarisasi dan evaluasi serta pengembangan sumberdaya fisik lahan untuk menunjang rencana penataan ruang yang baik. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Geomorfik

Pengertian geomorfologi menurut beberapa ahli, yaitu : geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang evolusi bentuk lahan landform dan bentang lahan landscape terutama menyangkut proses erosi Desaunettes, 1977 dan menurut Verstappen 1985 dalam Suparto, Marsoedi, dan Gunawan, 1993, geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi, terutama mengenai proses, genesis, litologi, bentuk lahan, dan hubungan timbal balik dengan lingkungannya seperti tanah dan vegetasi. Menurut Wiradisastra, Tjahjono, Gandasasmita, Barus, dan Munibah 2002, morfologi permukaan bumi, secara garis besar terbentuk oleh 3 tiga proses geomorfik yang bersifat alamiah, yaitu : eksogenetik, endogenetik, dan ekstraterestrial Tabel 1. Proses geomorfik adalah semua perubahan baik fisik maupun kimia yang mempengaruhi perubahan bentuk muka bumi. Proses eksogenetik adalah proses yang mengubah dan membentuk muka bumi dari luar, yaitu gradasi dan organisme. Proses endogenetik adalah proses yang mengubah dan membentuk muka bumi dari dalam, seperti diastrofisme dan volkanisme, sedangkan proses ekstraterestrial adalah proses yang mengubah dan membentuk muka bumi yang tidak berasal dari proses eksogenetik dan endogenetik, seperti meteorit jatuh. Tabel 1. Garis Besar Proses Geomorfik Wiradisastra, Tjahjono, Gandasasmita, Barus, dan Munibah, 2002. Proses Eksogenetik Proses Endogenetik Proses Ekstraterretrial a. Gradasi 1. Degradasi : ™ Weathering hancuran iklim ™ Mass wasting gerakan massa ™ Erosi oleh : 1. Air mengalir 2. Air tanah 3. Gelombang, arus pasang surut, dan tsunami 4. Angin 5. Gletser a. Diastrofisme b. Volkanisme Meteorit Jatuh 2. Agradasi oleh : 1. Air mengalir 2. Air tanah 3. Gelombang,arus pasang surut, dan tsunami 4. Angin 5. Gletser b. Pengaruh makhluk hidup termasuk manusia Proses geomorfik menghasilkan satuan-satuan bentuk permukaan bumi yang identik dengan satuan-satuan lahan landform units pada suatu bentang lahan landscape tertentu.

2.2 Konsep Bentang Lahan Landscape dan Bentuk Lahan Landform

Secara konseptual keadaan bentang lahan landscape sangat erat terkait dengan keadaan topografi dan jenis batuan, sedangkan bentuk lahan landform merupakan diferensiasi dari bentang lahan. Tabel 2. Perbedaan antara Bentang Lahan Landscape dan Bentuk Lahan Landform Landscape Landform Pengertian Puslittanak 2004 : Realita keberadaan muka bumi yang dicirikan oleh bentuk, perbedaan tinggi, tinggi tempat, kemiringan, dan kondisi permukaannya datar dan rata, datar dengan relief mikro dan jenis serta sifat batuan. Puslittanak 2004 : Bentukan alam mengenai permukaan bumi yang terjadi melalui serangkaian proses geomorfik. Wiradisastra et al., 2002 : Terbentuk melalui proses tektonik dan volkanisme, sedangkan denudasi hasil total dari semua proses pemindahan sampai terjadi bentuk lahan terjadi melalui proses erosi dan gerakan massa mass wasting. Desaunettes 1977 : Hasil dari berbagai proses geomorfik yang terjadi pada berbagai macam batuan dan bahan induk yang berbeda untuk waktu tertentu. Contoh Bentang lahan volkanik volcanic landscape. Landform seperti Dataran punggung volkan tengah berbahan induk batuan andesit, bentuk wilayah datar, dan tidak tertoreh Va.3.1.0. Tabel 1. Lanjutan Bentuk lahan landform menghasilkan suatu Satuan Lahan yang dikenal dengan Satuan Peta Lahan SPL. SPL digunakan sebagai wadah Satuan Peta Tanah SPT. Menurut Desaunettes 1977, maka SPL dibagi menjadi 3 tiga, yaitu : sistem, subsistem, bentuk lahan. Pengkelasan tersebut berdasarkan kriteria relief, litologi dan genesis. Keterangan : V : Grup fisiografi = volkan a : Litologi = andesit 2 : Subgrup : morfologi = lereng atas gunung api 1 : Bentuk wilayah = landai 1: Tingkat torehan = tertoreh ringan Penggunaan SPL sebagai pembeda SPT ataupun sebagai fase suatu takson, akan sangat tergantung pada tingkat pemetaan atau skala petanya. Makin detil tingkat pemetaan makin besar skala petanya, maka SPL yang digunakan akan semakin detil pula, seperti yang tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Hubungan antara Skala Peta dan Satuan Peta LahanSPL Puslittanak, 2004 Skala 1:250.000 Pemetaan Tingkat Tinjau Skala 1: 50.000 Pemetaan Semidetil Skala 1 : 10.000 Pemetaan Detil SPL yang digunakan masih berupa satuan yang lebih besarkasar. Contoh: kerucut volkan volcanic cone. SPL yang muncul akan lebih rinci. Contoh : lereng bawah kerucut volkan. SPL yang digunakan bersifat lebih sempit lagi yaitu land facet atau land element. Contoh : lereng bawah volkan 3-5. Selain itu terdapat klasifikasi Satuan Bentuk Lahan lain, seperti yang dikemukakan oleh Dalrymple, Blong, and Conacher 1968 dalam Selby, 1985. Model klasifikasinya dikenal dengan nama Model 9 Sembilan SBPL Satuan Bentuk Permukaan Lahan seperti tertera pada Gambar 1. Contoh : Va 2.1.1 Deskripsi bentuk lahan : lereng atas gunung api berbahan induk andesit, landai 2-5 , tertoreh ringan 5 PUNCA K LERENG KAKI LERENG 1 2 3 4 • 5 6 7 8 9 • 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ga m b ar 1. Diagram M odel Sem b ilan Satuan B entuk Perm ukaan Lahan dari Dalrymple et a l., 1968 dalam Selby, 1985 Puncak lereng pe m isah Lereng pere m b es an Lereng peray apan cem bun g Tebing Lereng tengah pengangk utan Kaki lereng aluvial Kaki lereng koluvial Dinding su ng ai Dasa r sungai Proses-proses pedogenesis berasosiasi dengan pergerakan air bawah permukaan tanah secara vertikal Pencucian secara fisik dan kimia oleh pergerakan air secara lateral Rayapan tanah , pembentukan teras Longsor, jatuhan, hancuran fisik dan kimia Transportasi bahan-bahan akibat pergerakan massa aliran, longsoran, rayapan, pembentukan teras, aktivitas air permukaan dan bawah permukaan Pengendapan bahan-bahan yang berasal dari pergerakan massa dan sebagian hasial pencucian, pembentukan kipas aluvium, transportasi bahan, rayapan, aktivitas air bawah permukaan tanah Pengendapan bahan-bahan aluvial, proses-proses yang disebabkan pergerakan air bawah tanah Korosi tebing, jatuhan Transportasi bahan-bahan menuju lembah oleh pergerakan air permukaan, agradasi berkala