Waktu Bahan dan Alat

5.1.3 Iklim

Iklim mempengaruhi proses geomorfik melalui curah hujan dan suhu udara. Curah hujan di daerah penelitian tergolong tinggi yaitu 2602.7 mmtahun dengan suhu udara rata-rata bulanan 22.2 C dan suhu tanah 24.7 C yang tergolong isohipertermik. Oleh karena itu, dihasilkan tingkat hancuran iklim yang relatif intensif.

5.1.4 Waktu

Waktu mempengaruhi bentuk permukaan bumi dengan didukung oleh faktor lainnya yang saling bekerja secara simultan. Sejalan bertambahnya waktu mengakibatkan semakin bertambah intensif hancuran iklim dan terkikisnya lapisan tanah, sehingga mengubah bentuk permukaan bumi.

5.1.5 Organisme

Organisme tidak mempengaruhi proses geomorfik secara langsung. Organisme merupakan faktor biotik yang hanya berperan sebagai indikator untuk suatu Satuan Lahan. Contoh : ditemukannya vegetasi harendong Melastoma sp pada kaki lereng Pedon P3 yang mengindikasikan reaksi tanahnya bersifat masam. Sejalan dengan hasil analisis laboratorium diperoleh bahwa pada bagian kaki lereng tergolong kriteria tanah masam dengan pH berkisar 4.9-5.2 PPT, 1983 dalam Hardjowigeno, 2007. Uraian data kimia lengkap tertera pada Lampiran 3.

5.2 Proses Pedogenesis

Proses pedogenesis secara bersamaan peranannya berupa iklim mengubah bahan induk dibawah pengaruh topografi dan organisme dalam kurun waktu tertentu menghasilkan tubuh tanah.

5.2.1 Topografi

Daerah penelitian memiliki bentuk wilayah secara umum adalah berbukit kecil kemiringan lereng 16 , amplitudo 10-50 m, berbukit kemiringan lereng 16 , amplitudo 50-300 m, dan bergunung kemiringan lereng 16 , amplitudo 300 m. Topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah melalui solum tanahnya. Berdasarkan tiga pedon pewakil, pedon P1 yang berada pada Puncak memiliki solum yang agak dalam, yaitu : 175 cm apabila dibanding pada Pedon P2 yang berada pada Segmen Lereng, yaitu : 120 cm. Hal ini dikarenakan, Pedon P1 berada pada bentuk wilayah datar dengan kemiringan lereng 0-3 , sehingga mengakibatkan lebih banyak terjadi pergerakan air secara vertikal dibanding aliran permukaan. Pada Pedon P2 Segmen Lereng memiliki solum tanah paling tipis karena bentuk wilayahnya tergolong terjal dengan kemiringan lereng 30-60 , sehingga semakin memudahkan tanah untuk jatuh dan terkikis oleh air aliran permukaan proses transportasi, sedangkan pada Pedon P3 yang berada pada lembah memiliki solum tanah paling dalam yaitu 180 cm, dibanding kedua pedon P1 dan P2. Hal ini dikarenakan, selain bentuk wilayah yang tergolong landai, kemiringan 2-5 , lembah merupakan wilayah deposisi, dimana partikel tanah yang jatuh dan terkikis dari bagian puncak dan lereng terkumpul disini.

5.2.2 Bahan Induk

Bahan induk di daerah penelitian terdiri dari batuan induk andesit dan andesitik yang berasal dari letusan Gunung Malabar dan Tilu. Tuf, abu, dan pasir volkan tersebut jatuh di daerah pegunungan dan mengandung bahan amorf yang mudah hancur, sehingga menghasilkan banyak fraksi debu dibanding dengan fraksi pasir dan liat. Bahan induk mempengaruhi pembentukan kualitas dan sifat tanah. Batuan andesit dan andesitik mengindikasikan tanah bersifat masam. Hal ini sejalan dengan hasil analisis laboratorium, bahwa nilai pH tanah di daerah penelitian tergolong masam berkisar 4.9-5.2 untuk ketiga pedon pewakil.

5.2.3 Iklim

Suhu dan curah hujan merupakan unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah dan lahan. Curah hujan di daerah penelitian tergolong tinggi, yaitu : 2602.7 mmtahun dengan suhu udara rata-rata bulanan sebesar 22.2, tergolong regim suhu tanah isohipertermik suhu tanah rata-rata bulanan 22 C, sehingga hancuran iklim di daerah penelitian tergolong intensif dan mengakibatkan proses pembentukan tanah berjalan relatif cepat.

5.2.4 Waktu

Bahan induk tuf volkan intermedier mengandung gelas volkan yang bersifat amorf, sehingga proses pembentukan tanahnya relatif lebih cepat. Tanah-tanah