17 Gambar 6. Peta Tanah Tinjau Mendalam Daerah Penelitian dan Sekitarnya
Keterangan : 1.
Macam Tanah Soil Survey Staff, 1992 Proporsi : D = Dominan
Asosiasi Eutric Hapludand dan Typic Kandiudalf, F = Cukup
2. Jenis komoditas yang dievaluasi :
Ps = Padi sawah Kd = Kedelai
Sk = Singkong Jk = Jeruk
Kk = Kakao Pg = Padi gogo
Kh = Kacang hijau Kn = Kentang
Kl = Kelapa Th = Teh
Sg = Sorgum Kt = Kacang tanah
Ki = Kina Kr = Karet
Pn = Pinus Jg = Jagung
Uj = Ubi jalar Pi = Pisang
Kp = Kopi 3.
Hasil evaluasi lahan a.
Kelas Kesesuaian Lahan b.
Faktor PenghambatPembatas S2 = Cukup sesuai
S3 = Sesuai marginal f = Retensi hara
s = Kemiringan lereng N2 = Tidak sesuai permanen
t = Temperatur No.
SPT Macam Tanah
Soil Survey Staff, 1992
Propor si
Hasil Evaluasi Lahan Jenis Komoditas Tanaman Pangan dan Perkebunan Ps Pg Sg Jg Kd Kh Kt Uj Sk Kn Ki Pi Jk Kl Kr Kp Kk Th
Pn
27 Asosiasi
Eutric Hapludand
D N2s S3s S3s S3s S3s S3s S3s S3s S3s S3s S2f S2f S2f N2t N2t N2t N2t S2s S2s
Typic Kandiudalf
F N2s S3s S3s S3s S3s S3s S3s S3s S3s S3s S2f S2f S2f N2t N2t N2t N2t S2s S2s
Tabel 8. Tanah dan Kesesuain Lahan di Daerah Penelitian Puslittanak, 1993
18
BAHAN DAN METODE
4.1 Waktu
dan Tempat
Penelitian dilakukan di Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan,
Kabupaten Bandung. Penelitian meliputi 5 lima tahapan utama, yaitu :
1 Persiapan: Oktober – November 2010 Bogor.
2 Pelaksanaan Lapang Pra Survei dan Survei : Desember 2010 Desa
Lamajang, Kec. Pangalengan, Kab. Bandung. 3
Analisis Laboratorium : Januari – Februari 2011 Laboratorium DITSL, Faperta, IPB.
4 Analisis, Interpretasi, Korelasi Data, dan Penggambaran Peta-Peta Tematik :
Februari – Maret 2011 Bogor. 5 Penyusunan Skripsi, Seminar dan Ujian Sidang : Maret – Mei 2011.
4.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari : 1 Peta Kabupaten Bandung, Skala 1 : 80.000 Anonim, 2010. 2 Peta Geologi Bersistem Indonesia
Lembar Garut 1208-6 dan Pameungpeuk 12308-3 Skala 1:100.000, Alzwar dkk, 1992. 3 Peta Tanah Tinjau Mendalam, DAS Citarum Hulu, Bandung, Jawa
Barat, Skala 1 : 100.000 Anonim, 1993a. 4 Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Lembar Pangalengan 1208-631, Skala 1 : 25.000 Anonim, 1999a dan Lembar
Soreang 1208-633, Skala 1 : 25.000 Anonim, 1999b. 5 Peta Penggunaan Lahan DAS Citarum Hulu, Bandung, Jawa Barat, Skala 1 : 100.000 Anonim, 1993b. 6
Data iklim Amirza, 1991 dalam Abdullah, dkk, 1994, dan 7 Data sekunder Puslittanak, 1993.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : komputer, software Arc View 3.3, dan printer untuk pembuatan Peta Lokasi, Peta Kelas Lereng, Peta
Penggunaan Lahan, Peta Geologi, Peta Tanah pada tahap persiapan dan Peta Bentuk Lahan pada tahap analisis interpretasi dan korelasi data. Selanjutanya
untuk kegiatan lapang alat yang dibutuhkan adalah Bor Belgi, Munsell Soil Colour Chart, Meteran, Pisau, Kartu Deskripsi, Kantong Plastik, Karet Gelang,
Alat Tulis, Label, GPS Global Positioning System, dan Abney Level.
4.3 Metode
Rangakaian kegiatan penelitian yang merupakan studi korelasi antara proses geomorfik dan pedogenesis serta ekstrapolasinya di Desa Lamajang disajikan
pada Gambar 8.
Pengamatan Sifat-sifat Tanah dan Lahan pada
Pedon Pewakil
Ekstrapolasi Data Sekunder
Peta Bentuk Lahan sebagai wadah Jenis
Tanah Great Group Semidetil Desa
Lamajang Skala 1 : 50.000
Peta Topografi Skala 1 : 25.000
Peta Kelas Lereng dan Bentuk Wilayah
Skala 1 : 25.000 Peta Geologi
Skala 1 : 100.000
Peta Bentuk Lahan Semidetil
Skala 1 : 25.000 Desaunettes,
1977 Peta Tanah Tinjau Mendalam
Skala 1 : 100.000
Peta Tanah Semidetil
Sementara Skala 1 : 25.000 Peta
Kerja
Pra Survei Meliputi :
1. Laporan ke Kades dan Sekdes Desa
Lamajang, serta Tokoh Masyarakat Setempat 2.
Pengecekan Lapang Peta Kerja
Survei Utama Meliputi :
1. Analisis dan Pengkelasan Bentuk-bentuk
Lahan 2.
Pembuatan Pedon Pewakil P1, P2, dan P3 Lampiran 1.
3. Pengamatan Sifat-sifat Tanah dan Lahan
Secara Morfologik pada Pedon Pewakil Transek Lereng P1, P2, dan P3 Puncak,
Lereng, dan Kaki Lereng.
4. Pengambilan Contoh Tanah dari Setiap
Pedon Pewakil P1, P2, dan P3 5.
Pengamatan Penggunaan Lahan dan Vegetasi
Klasifikasi Tanah Sementara
Pengambilan Contoh- contoh Tanah
Analisis Laboratorium Lampiran 2
Klasifikasi Famili Tanah Secara
Taksonomik Soil Survey Staff, 2010
Korelasi antara Proses Geomorfik dan
Pedogenesis menunjukkan
perbedaan Bentuk Lahan sejalan dengan
perbedaan Jenis Tanah
Gambar 8. Diagram Alir Pemetaan Tanah dan Lahan Desa Lamajang, Kec. Pangalengan, Kab. Bandung
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Proses Geomorfik
Proses geomorfik secara bersamaan peranannya berupa iklim mengubah bahan induk dibawah pengaruh topografi dalam kurun waktu tertentu
menghasilkan suatu lahan dan organisme berperan sebagai indikator untuk lahan tertentu.
5.1.1 Topografi
Topografi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi proses geomorfik. Lereng merupakan salah satu faktor topografi, yaitu fungsi dari jenis batuan dan
bahan permukaan surficial material serta proses-proses yang berlangsung di atasnya. Proses tersebut mencakup erosi, transportasi, dan deposisi Puslittanak,
2004. Bentuk wilayah, amplitudo, dan kemiringan lereng tergantung pada proses erosi, gerakan massa tanah dan laju hancuran iklim, sehingga mengukir bentuk
permukaan bumi khususnya untuk daerah penelitian kedalam 5 kelas lereng seperti yang tertera pada Tabel 9.
Tabel 9. Klasifikasi Kelas Lereng, Kemiringan Lereng, Amplitudo, Bentuk Wilayah, dan Luas Masing-masing di Daerah Penelitian
Kelas Lereng
Kemiringan Lereng
Amplitudo m
Bentuk Wilayah
Luas Hektar ha
Persen A 0-3 1
m Datar
31 2
B 3-8 10 m
Berombak 354 24
C 8-16 10 m
Bergelombang 36
2 D
16 10-50 m
Berbukit kecil 553
38 F 16
300 m
Bergunung 500 30
Total Luas 1474
100 5.1.2
Bahan Induk
Bahan induk di daerah penelitian berupa batuan andesit tuf volkan intermedier dan batuan andesitik abu dan pasir volkan intermedier yang
terbentuk karena aktivitas gunung api, sehingga termasuk dalam bentang lahan volkanik. Bercirikan adanya bentukan kerucut volkan, aliran lahar, lava ataupun
wilayah yang merupakan akumulasi bahan organik.
5.1.3 Iklim
Iklim mempengaruhi proses geomorfik melalui curah hujan dan suhu udara. Curah hujan di daerah penelitian tergolong tinggi yaitu 2602.7 mmtahun dengan
suhu udara rata-rata bulanan 22.2 C dan suhu tanah 24.7
C yang tergolong isohipertermik. Oleh karena itu, dihasilkan tingkat hancuran iklim yang relatif
intensif.
5.1.4 Waktu