Tabel 14. Korelasi antara Proses Geomorfik dan Pedogenesis dari Tiga Pedon Pewakil
Bentuk Lahan Pedon
Pewakil Warna Matriks
Tanah Horison Penciri
Penciri Lain
Kelas Tekstur
Tanah Kelas Struktur
Tanah Jenis Tanah
Great Group
Soil Survey Staff, 2010
Epipedon Horison
Dataran punggung volkan tengah, bahan
induk batuan andesitik, datar, tidak tertoreh
Vat 3.5.0 P1 Puncak
5 YR 46-5 YR 54-5 YR 58
Merah kekuningan- Coklat kemerahan-
Merah kekuningan Melanik
0-30 cm Kambik
30-114 cm
Sifat andik
Lempung liat berdebu
Gumpal membulat dan gumpal
bersudut, ukuran struktur halus,
perkembangan struktur lemah
Melanudand
Lereng volkan tengah berbahan induk batuan
andesitik, terjal 30- 60, tertoreh Vat
3.6.3 P2 Lereng
5 YR 46-5 YR 54-5 YR 58.
Merah kekuningan- Coklat kemerahan-
Merah kekuningan Umbrik
0-25 cm Kambik
25-79 cm
Sifat andik
Lempung berdebu
Gumpal membulat, perkembangan
struktur lemah, ukuran struktur
halus Hapludand
Kaki lereng volkan tengah berbahan induk
batuan andesitik, landai 2-5, tertoreh sedang
Vat 3.5.2 P3 Lembah
kaki lereng 5 YR 34-5 YR
78. Coklat gelap kemerahan- Kuning
kemerahan Melanik
0-33 cm Kambik
33-150 cm
Sifat andik
Lempung liat berdebu
Gumpal membulat dengan
perkembangan struktur lemah,
ukuran struktur halus
Fulvudand
38
Keterangan : A = Bentang lahan Aluvial P = Paling Dominan
V = Bentang lahan Volaknik D = Dominan
a = Batuan andesit F = Cukup
at = Batuan Andesitik M = Sedikit
c =
Campuran SPL
Uraian Bahan Induk
Relief Macam Tanah
Luas No.
Simb ol
Kemiringan Lereng
Bentuk Wilayah
Komposisi Hektar Persen
SPL 1
Ac.2. 1
Jalur aliran sungai dan
lembah sempit 50 m
Deposit aluvium
campuran 0-3
Datar P
M D
Aquic Dystrudept Humic Dystrudept
Typic Eutrudept 24.5 1.7
SPL 2
Vat.3 Lungur Volkan
Tengah Abu dan pasir
volkan intermedier
andesitik 8-16 Bergelombang
D M
F Typic Fulvudand
Typic Hapludand Typic Melanudand
79.2 5.4
SPL 3
Vat.3 Lungur Volkan
Tengah Abu dan pasir
volkan intermedier
andesitik 16-30 Berbukit
kecil D
M F
Typic Fulvudand Typic Hapludand
Typic Melanudand 300.8 20.4
SPL 4
Vat.3 Lungur Volkan
Tengah Abu dan Pasir
Volkan Intermedier
andesitik 60 Bergunung
P Typic Hapludand
498.9 33.8
SPL 5
Va.4 Lungur Volkan
Bawah Tuf volkan
intermedier andesit
3-8 Berombak
F M
D Aquic Dystrudept
Humic Dystrudept Typic Eutrudept
216.7 14.7 SPL
6 Va.4
Lungur Volkan Bawah
Tuf volkan intermedier
andesit 8-16
Bergelombang F
M D
Aquic Dystrudept Humic Dystrudept
Typic Eutrudept 68.2 4.6
SPL 7
Va.4 Lungur Volkan
Bawah Tuf volkan
intermedier andesit
16-30 Berbukit kecil
F D
M Aquic Dystrudept
Humic Dystrudept Typic Eutrudept
219.2 14.9 Total Luas 1473.7 100
Tabel 15. Legenda Peta Bentuk Lahan Tingkat Semidetil Desa Lamajang, Kec. Pangalengan, Kab.Bandung, Skala 1:50.000
40
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Desa Lamajang terdiri dari 7 tujuh Satuan Peta Bentuk Lahan yang
berasal dari 2 Order tanah yaitu Andisol dan Inceptisol. 2.
Keragaman satuan lahan bentuk lahan sejalan dengan keragaman satuan tanah pada kategori Jenis Tanah Great Group, sehingga secara spasial
satuan lahan dapat dijadikan wadah satuan tanah 3.
Sampai batas tertentu korelasi antara proses geomorfik dan pedogenesis dapat diaplikasikan untuk menunjang kegiatan inventarisasi Survei Tanah
dan Evaluasi Lahan
6.2 Saran
1. Perlunya dibangun stasiun pengamatan iklim yang memadai di daerah
penelitian dan sekitarnya. 2.
Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut pada beberapa transek lereng yang berbeda meliputi SPT yang berbeda, sehingga dapat ditarik
kesimpulan yang komperhensif.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T. S., Darmawan, dan D. T. Suryaningtyas. 1994. Evaluasi Hubungan Tatanama dalam Order Andisols dengan Potensi Produktivitas Lahan
dalam Menunjang Budidaya Tanaman Teh. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Alzwar, M. N., Akbar, dan S. Bachri. 1992. Peta Geologi Bersistem Indonesia, Lembar Garut 1208-6 dan Pameungpeuk 1208-3 Skala 1 : 100.000.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung. Anonim. 1993a. Peta Tanah Tinjau Mendalam Daerah Aliran Sungai DAS
Citarum Hulu, Bandung, Jawa Barat, Skala 1 : 100.000. Puslittanak. Bogor.
______. 1993b. Peta Penggunaan Lahan Daerah Aliran Sungai DAS Citarum Hulu, Bandung, Jawa Barat, Skala 1 : 100.000. Puslittanak. Bogor.
______.1999a. Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Lembar Pangalengan 1208- 631 Skala 1 : 25.000. Bakosurtanal. Bogor.
______. 1999b. Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Lembar Soreang 1208-633 Skala 1 : 25.000. Bakosurtanal. Bogor.
______. 2010. Peta Administrasi Kabupaten Bandung Skala 1: 80.000. Indo Prima Sarana.
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Desaunettes, J. R. 1977. Catalogue of Landforms for Indonesia No. V3
AGLTFINS44, Soil Research Institute. Bogor, Indonesia. FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO Soils Bulletin, 32. Food
and Agriculture Organization of The United Nations. Rome, Italy. Gerrard, A. J. 1981. Soil and Landform. An integration of Geomorphology and
Pedology. McGraw-Hill Book Co., Inc., New York-London. Hardjowigeno, S. 1985. Genesis dan Klasifikasi Tanah. Fakultas Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor. Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
Jenny, H. 1941. Factors of Soil Formation. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York And London.
Marsoedi, Ds., Widagdo, J. Dai, N. Suharta, Darul SWP, S. Hardjowigeno, J. Hof, dan E.R. Jordens.1997. Pedoman Klasifikasi Landform. LT 5 Versi 3.0.
LREP II, CSAR, Bogor. Puslittanak. 1993. Penelitian Optimalisasi Penggunaan Lahan Daerah Aliran
Sungai DAS Citarum Hulu. Departemen Pertanian. Bogor. Puslittanak. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Balai Penelitian Tanah,
Departemen Pertanian. Rachim, D .A dan Suwardi. 2002. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan
Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Selby, M. J. 1985. Earth’s Changing Surface, An Introduction to Geomorphology.
Clarendon Press. Oxford. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB Press. Bogor.
Soil Survey Staff. 1975. Soil Taxonomy. United States Department of
Agriculture Handbook, 436, Washington, D.C.
Soil Survey Staff. 2010. Keys to Soil Taxonomy, Eleventh edition. Natural Resources Conservation Service, USDA.
Suparto, Ds., Marsoedi dan B. P. Gunawan. 1993. Identifikasi Geomorfologi untuk Menunjang Pemetaan Tanah Tinjau Daerah Limboto Sulawesi
Utara. Prosiding Bidang Potensi Sumberdaya Lahan : 18-23 Februari 1993. Bogor. Hal. 221-234.
van Bemmelen, R. W. 1949. the Goelogy of Indonesia. Vol. IA. General Geology of Indonesia Government Printing Office, The Hague.
van Wambeke, A. dan T. Forbes. 1986. Guidelines for Using Soil Taxonomy in The Names of Soil Map Units. Department of Agronomy. New York State
College of Agriculture and Life Science. Cornel University. Ithaca. New York.
Wiradisastra. U. S, B. Tjahjono, K. Gandasasmita, B. Barus, dan K. Munibah. 2002. Geomorfologi dan Analisis Lansekap. Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, IPB. Bogor.
LAMPIRAN
P1 Puncak Datar, Kemiringan Lereng 0-3
P2 Lereng Terjal, Kemiringan Lereng 30-60
Jenis Analisis Tanah Metode yang Digunakan
1. Kemasaman Tanah pH
Dalam media air dan KCl, diukur dg pH meter 2.
Kadar C- organik Walkley dan Black
3. Kapasitas Tukar Kation
Ekstraksi NH4OAc, pH 7 4.
Kejenuhan Basa Ekstraksi NH4OAc, pH 7
5. Kalium K, Natrium
Na, Magnesium Mg, dan Kalsium Ca
Ekstraksi NH4OAc, pH 7
6. Kadar N-total
Kjeldahl 7.
Kadar P-tersedia Bray I
8. Kadar AL dan H
Ekstraksi KCl 1 N 9.
Kadar Fe aktif Atomic Absorption Spectrophotometer AAS
P3 Kaki Lereng Landai, Kemiringan Lereng 2-5
Lampiran 2. Jenis Analisis Kimia Tanah serta Metode yang Digunakan
Lampiran 1. Sketsa Pengamatan Pedon SecaraToposekuen Puncak,Lereng, dan Kaki Lereng