dan tahun 2011. Vegetasi rapat pada tahun 2000 memiliki nilai suhu sebesar 30 - 31
o
C,  sedangkan  pada  tahun  2011  menurun  menjadi  28
o
C  -  29
o
C,  hal  ini disebabkan adanya penambahan luas vegetasi rapat dari tahun 2000 sampai tahun
2011.  Pada  tahun  2000  untuk  vegetasi  rapat  mempunyai  luas  yang  sempit  dan terpisah-pisah,  sedangkan  pada  tahun  2011  luasnya  bertambah  dan  dikelilingi
vegetasi jarang. Dengan bertambahnya luas vegetasi rapat dan saling menyatunya tajuk pohon berpengaruh pada ameliorasi iklim yang disebabkan tajuk pohon yang
rapat  serta  menghasilkan  bayangan  yang  suhunya  lebih  rendah  di  bagian  bawah tajuk.
Tutupan  lahan  terbangun  mengalami  perubahan  suhu  pada  tahun  2000 sebesar 38
o
C – 39
o
C sedangkan tahun 2011 tutupan lahan terbangun mempunyai suhu  sebesar  37
o
C –  38
o
C.  Penurunan  suhu  permukaan  yang  terjadi  di  Kota Surakarta  ini  disebabkan  karena  adanya  pengaruh  penambahan  vegetasi  yang
ditanam  di  wilayah  perkotaan  sebagai  jalur  hijau.  Sehingga  mampu  menurunkan suhu  permukaan  di  tutupan  lahan  terbangun.  Berdasarkan  data  tersebut  dapat
diketahui  juga  bahwa  suhu  tertinggi  terdapat  pada  tutupan  lahan  berupa  lahan terbangun yang mempunyai nilai suhu rata-rata sebesar 38
o
C – 39
o
C pada tahun 2000 dan 37
o
C - 38
o
C pada tahun 2011. Sedangkan untuk tutupan lahan berupa ruang terbuka hijau mempunyai suhu yang paling rendah yaitu 30
o
C – 31
o
C pada tahun 2000 dan 28
o
C - 29
o
C pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa RTH mempunyai  peran  penting  dalam  pencegahan  pemanasan  global,  Urban  Heat
Island  UHI  dan  efek  rumah  kaca.  Hasil  peneleitian  ini  diperkuat  dengan pernyataan  Effendi  2007  yang  menyatakan  bahwa  keberadaan  RTH  di  suatu
kota  sangat  penting  untuk  dipertahankan  karena  setiap  pengurangan  RTH  akan mengakibatkan  naiknya  suhu  udara  dengan  nilai  relatif  lebih  besar  di  wilayah
perkotaan dibandingkan wilayah kabupaten.
5.5.3 Ruang terbuka hijau perwilayah kecamatan
Berdasarkan  hasil  interpretasi  dan  analisis  citra  landsat  7  ETM  Kota Surakarta  pada  tahun  2000  dan  2011  diketahui  bahwa  ruang  terbuka  hijau  pada
tahun  2000  belum  mencukupi  luas  minimal  yang  ditetapkan  pemerintah  melalui Undang-undang  Nomor  26  tahun  2007  sebesar  30.  Pada  tahun  2011  terjadi
penambahan luas ruang terbuka hijau sehingga proporsi luas RTH Kota Surakarta
tahun  2011  sudah  mencukupi  luas  minimum  RTH  yang  ditetapkan  pemerintah tersebut.  Dalam  periode  waktu  tahun  2000  sampai  2011  telah  terjadi  perubahan
penggunaan  lahan  sehingga  mempengaruhi  proporsi  luas  di  tiap  tutupan  lahan dimana  perubahan  ini  berbeda-beda  di  setiap  kecamatan  di  Kota  Surakarta.
Meskipun  proporsi  luas  RTH  di  wilayah  Kota  Surakarta  telah  memenuhi peraturan pemerintah, namun apabila ditinjau dari luas ruang terbuka hijau di tiap
kecamatan  maka  akan  dapat  diketahui  proporsi  RTH  di  tiap  kecamatan  apakah sudah  sudah  sesuai  dengan  proporsi  yang  ditentukan  pemerintah  yaitu  sebesar
30 dari luas wilayah. Proporsi luas RTH di setiap kecamatan di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel  16    Perubahan  luas  ruang  terbuka  hijau  tiap  kecamatan  di  Kota  Surakarta .
tahun 2000-2011
No Kecamatan
Perubahan luas RTH Tahun 2000
Tahun 2011 Perubahan Luas
Luas Ha LuasHa
LuasHa 1
Banjarsari 431,19  28,92
492,53  33,03 61,34  14,23
2 Jebres
451,17  35,18 478,92  37,34
27,74 6,15
3 Pasar Kliwon
81,63  18,63 81,30  18,55
-0,33 -0,40
4 Serengan
45,99  13,96 55,51  16,85
9,52  20,70 5
Laweyan 252,99  28,92
250,03  28,58 -2,96
-1,17 Jumlah
1253,61 1350,50
96,89 7,73
Keterangan : + luas meningkat dan - luas menurun.
Berdasarkan  hasil  analisis  RTH  di  setiap  kecamatan  Kota  Surakarta diketahui  bahwa  ada  beberapa  kecamatan  yang  belum  memenuhi  kriteria  luasan
minimal  yang  ditetapkan  dalam  Undang-undang  Nomor  26  tahun  20007  tentang penataan  ruang.  Kecamatan  yang  telah  memenuhi  proporsi  jumlah  RTH  sebesar
30  di  tahun  2000  yaitu  hanya  Kecamatan  Jebres  yang  mempunyai  luas  RTH seluas 451,17 Ha 35,81 Sedangkan keempat kecamatan lain yaitu Kecamatan
Banjarsari,  Kecamatan  Serengan,  Kecamatan  Pasar  Kliwon  dan  Kecamatan Laweyan  belum  memenuhi  kriteria  tersebut.  Kecamatan  Banjarsari  mempunyai
luas  RTH  sebesar  431,19  Ha  28,92,  Kecamatan  Laweyan  mempunyai  luas RTH  sebesar  212,73  Ha  26,09,  Kecamatan  Pasar  Kliwon  dengan  luas  RTH
sebesar 92,42 Ha 18,76, dan Kecamatan Serengan yang mempunyai luas RTH terkecil dengan luas RTH sebesar 54,15 atau dengan persentase 17,64  dari luas
wilayah kecamatan.
Pada  tahun  2011  terjadi  perubahan  luas  RTH,  ada  beberapa  kecamatan yang  mengalami  penambahan  luas  RTH  namun  ada  pula  beberapa  kecamatan
yang  mengalami  penurunan  luas  RTH.  Pada  tahun  2011  Kecamatan  yang memenuhi  kriteria  proporsi  RTH  sebesar  30  yaitu  Kecamatan  Jebres  yang
mengalami  peningkatan  luas RTH menjadi  sebesar 27,74 Ha menjadi  478,92 Ha dengan  persentase  meningkat  menjadi  37,34  dari  luas  wilayah  Kecamatan
Jebres.  Kecamatan  lain  yang  memenuhi  proporsi  luas  RTH  yaitu  Kecamatan Banjarsari  dengan  luas  RTH  pada  tahun  2011  meningkat  61,24  Ha  menjadi
492,53  Ha  dengan  persentase  33,03.  Kecamatan  lain  yang  mengalami peningkatan  luas  RTH  yaitu  Kecamatan  Serengan  yang  mengalami  peningkatan
sebesar  9,52  Ha  menjadi  55,51  Ha  atau  16,85  dari  luas  wilayah  Kecamatan Serengan.  Akan  tetapi,  luas  RTH  di  Kecamatan  Serengan  ini  merupakan  yang
paling kecil dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Pada  tahun  2011  Kecamatan  Laweyan  mengalami    penurunan  luas  RTH
sebesar 2,58 Ha dengan  luas RTH pada tahun 2011 menjadi  sebesar 250,03 atau 28,58 dari luas wilayah kecamatan. Pada tahun 2011, Kecamatan Pasar Kliwon
mempunyai luas RTH yang paling kecil yaitu sebesar 81,30 Ha atau 16,10  dari luas wilayah Kecamatan Pasar Kliwon. Kecamatan ini mengalami penurunan luas
RTH  dari  tahun  2000,  penurunan  ini  diduga  dikarenakan  adanya  pembangunan yang mengkonversi lahan terbuka, mengingat Kecamatan Pasar Kliwon berada di
pusat  Kota  Surakarta  sehingga  peningkatan  lahan  terbangun  cukup  besar  untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur maupun permukiman warga.
Apabila dilihat berdasarkan kondisi ini maka perlu ada upaya peningkatan luas  RTH  yang  difokuskan  di  tiap  kecamatan.  Peningkatan  luas  RTH  ini  dapat
dilakukan beberapa upaya  yaitu penambahan luas RTH maupun memaksimalkan lahan  yang  sudah  ada  untuk  dibangun  RTH.  Bentuk  pengoptimalan
pengembangan  ruang  terbuka  hijau  di  wilayah  perkotaan  ini  dapat  dilakukan pengoptimalan  pekarangan  lahan  terbangun,  sabuk  hijau  green  belt,
pengoptimalan  sempadan  sungai,  badan  jalan  maupun  sempadan  rel  kereta  api serta roof garden.
Ga mbar
32  P eta p
erse b
ara n ru
ang ter buk
a hij au
Kota S
ur aka
rt a tahun 20
00 .
Ga mbar
33  P eta p
erse b
ara n rua
ng t erbuka
hij au
Kota S
ur aka
rt a tahun 20
11 .
5.5.4 Pengembangan ruang terbuka hijau RTH di Kota Surakarta