5.5 Ruang Terbuka Hijau
5.5.1 Ruang terbuka hijau Kota Surakarta
Keberadaan RTH pada wilayah perkotaan sangat diperlukan, untuk mengembalikan kondisi lingkungan perkotaan yang telah tercemar sehingga
mampu memperbaiki keseimbangan ekosistem kota. Manusia yang tinggal di lingkungan perkotaan membutuhkan suatu lingkungan yang sehat, bebas polusi
dan memberikan rasa nyaman untuk tinggal di lingkungan perkotaan. Salah satu tolak ukur penataan ruang yang mampu memberikan kenyamanan, keasrian dan
kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan yaitu adanya alokasi ruang terbuka hijau yang mencukupi kebutuhan lingkungan perkotaan yang
berkelanjutan dari waktu ke waktu. Ruang terbuka hijau yang dimaksud di atas Undang-Undang Nomor 26
tahun 2007 tentang penataan ruang adalah area memanjang atau mengelompok yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
alami ataupun secara sengaja dibuat. Berdasarkan pengertian RTH di tersebut, tipe penutupan lahan Kota Surakarta yang masuk ke dalam ruang terbuka hijau adalah
lapangan olahraga, taman kota, hutan, kebun campuran, sawah, dan kuburan. Berdasarkan hasil perhitungan luas penggunaan lahan di Kota Surakarta
dapat dikelompokkan menjadi 5 kelas di antaranya yaitu ruang terbuka hijau, lahan terbangun, lahan terbuka, badan air, dan tidak ada data. Hasil perhitungan
ini digunakan untuk menganalisis kecukupan dan perubahan ruang terbuka hijau Kota Surakarta dari tahun 2000 sampai tahun 2011 yang dapat dilihat di Tabel 14.
Tabel 14 Perubahan luas ruang terbuka hijau Kota Surakarta tahun 2000 dan 2011 No
Tutupan lahan Luas
RTH tahun 2000 Luas
RTH tahun 2011 Perubahan luas
Ha
Ha Ha
1 Ruang terbuka hijau
1253,61 28,39
1350,50 30,58
96,89 7,73
2 Lahan terbangun
1518,03 34,37
1705,93 38,63 187,90
12,38 3
Lahan terbuka 356,40
8,07 261,47
5,92 -94,93 -26,64 4
Badan air 32,22
0,73 25,70
0,58 -6,53 -20,25
5 Tidak ada data
1072,66 24,29
1072,66 24,29
0,00 0,00
Jumlah 4416,26 100,00
4416,26 100,00 0,00
0,00
Keterangan : + luas meningkat dan - luas menurun.
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa luas ruang terbuka hijau di Kota Surakarta pada tahun 2000 sebesar 1253,61 Ha dengan persentase 28,39
dari luas wilayah Kota Surakarta. Pada tahun 2011, luas ruang terbuka hijau mengalami peningkatan sebesar 96,89 Ha menjadi 1350,50 Ha dengan persentase
30,58 dari luas wilayah Kota Surakarta. Namun peningkatan yang terjadi pada luas ruang terbuka hijau masih cukup kecil dibandingkan dengan perubahan luas
tutupan lahan lain. Apabila dibandingkan dengan lahan terbangun yang mengalami peningkatan sebesar 187,90 Ha maka penambahan luas RTH masih
jauh lebih kecil. Dari data ini dapat diketahui luas ruang terbuka hijau di Kota Surakarta pada
tahun 2011 sudah mencukupi luas RTH yang ditetapkan pemerintah dalam Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang yang menyatakan
bahwa proporsi RTH pada wilyah perkotaan paling sedikit adalah 30 dari luas wilayah kota. Akan tetapi luas RTH yang ditetapkan sebesar 30 merupakan
standar ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem wilayah perkotaan, oleh karena itu perlu ada upaya penambahan luas ruang terbuka hijau
agar tercipta suasana lingkungan perkotaan yang memberikan kenyamanan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan tersebut.
Perubahan luas lahan terbesar terjadi pada tutupan lahan berupa lahan terbangun. Pada tahun 2000 lahan terbangun mempunyai luas sebesar 1518,03 Ha
34,37 sedangkan pada tahun 2011 mempunyai luas sebesar 1705,93 Ha 38,63, hal ini menandakan terjadi peningkatan luas lahan terbangun di Kota
Surakarta selama periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2011 sebesar 187,90 Ha atau meningkat 12,38 dari luas lahan terbangun pada tahun 2000.
Peningkatan luas lahan terbangun ini tentunya dikarenakan kebutuhan akan permukiman sehingga pembangunan terus terjadi. Laju pertambahan lahan
terbangun di Kota Surakarta dalam kurun waktu tahun 2000 sampai 2011 sebesar 16,48 Hatahun. Dampak dari pertambahan luas lahan terbangun ini yaitu berupa
konversi lahan untuk diijadikan lahan terbangun. Perubahan luas di Kota Surakarta pada tahun 2000 sampai tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 31.
Gambar 31 Grafik perubahan luas ruang terbuka hijau tahun 2000 sampai 2011 Berdasarkan Gambar 31 terlihat bahwa ruang terbuka hijau dan lahan
terbangun di Kota Surakarta mengalami peningkatan, sedangkan tutupan lahan berupa lahan terbuka dan badan air mengalami penurunan. Berdasarkan
pengolahan data dapat diketahui bahwa dengan peningkatan luas ruang terbuka hijau yang ada di Kota Surakarta telah menurunkan suhu permukaan, menaikkan
kelembaban udara dan menurunkan nilai THI dibandingkan dengan tahun 2011. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendy 2007 yang menyatakan bahwa
pengurangan atau penambahan RTH menyebabakan peningkatan atau penurunan suhu udara dengan besaran berbeda. Setiap pengurangan 50 RTH menyebabkan
peningkatan suhu udara sebesar 0,4
o
C hingga 1,8
o
C, sedangkan penambahan RTH 50 hanya menurunkan suhu udara sebesar 0,2
o
C hingga 0,5
o
C. Hal ini menunjukan arti pentingnya mempertahankan RTH.
Penuruan luas terbesar terjadi pada tutupan lahan berupa lahan terbuka yang mengalami penurunan luas hingga mencapai 193,77 Ha atau sebesar 39,93
dari luas lahan terbuka pada tahun 2000. Penurunan lahan terbuka ini terjadi karena adanya konversi lahan terbuka untuk dijadikan lahan terbangun terutama
untuk permukiman. Umumnya penurunan lahan terbuka ini terjadi di wilayah pinggiran Kota Surakarta, lahan yang semula berupa lahan terbuka dikonversi
menjadi perumahan.
96.89 187.90
-94.93 -6.52
0.00
-150.00 -100.00
-50.00 0.00
50.00 100.00
150.00 200.00
250.00
Ruang Terbuka Hijau
Lahan terbangun
Lahan terbuka Badan air
Tidak ada data
L ua
s H
a
Tutupan lahan
Berdasarkan analisis citra landsat juga diketahui persebaran ruang terbuka hijau di Kota Surakarta cenderung berada di wilayah pinggiran kota, sedangkan di
pusat Kota Surakarta didominasi oleh lahan terbangun. Oleh karena itu perlu adanya upaya lebih lanjut untuk melakukan penghijauan guna menambah wilayah
bervegetasi di pusat Kota Surakarta.
5.5.2 Hubungan suhu udara dengan ruang terbuka hijau, area terbangun