Berdasarkan analisis citra landsat juga diketahui persebaran ruang terbuka hijau di Kota Surakarta cenderung berada di wilayah pinggiran kota, sedangkan di
pusat Kota Surakarta didominasi oleh lahan terbangun. Oleh karena itu perlu adanya upaya lebih lanjut untuk melakukan penghijauan guna menambah wilayah
bervegetasi di pusat Kota Surakarta.
5.5.2 Hubungan suhu udara dengan ruang terbuka hijau, area terbangun
dan lahan terbuka Penutupan lahan berkaitan erat dengan suhu udara di suatu wilayah. Seperti
yang dijelaskan sebelumnya bahwa faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan seseorang yaitu suhu udara dan kelembaban. Kedua faktor ini berkaitan dengan
ruang terbuka hijau dimana berdasarkan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 yang menetapkan proporsi ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan paling sedikit
30 dari wilayah kota agar mendukung keberlangsungan ekosistem perkotaan. Berdasarkan hasil dari interpretasi dan analisis citra Landsat 7 ETM dapat
dianalisis hubungan ruang terbuka hijau, area terbangun dan lahan terbuka yang mempengaruhi suhu udara di suatu wilayah yang dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Rata-rata suhu udara dominan pada penutupan lahan di Kota Surakarta
No Tutupan lahan
Rata-rata suhu permukaan dominan
o
C Tahun 2000
Tahun 2011 1
RTH a.
Vegetasi rapat 30 - 31
28 - 29 b.
Vegetasi jarang 30 - 31
28 - 29 c.
Sawah 31 - 32
30 - 31 d.
Rumputsemak 30 - 31
28 - 29 2
Lahan terbangun 38 - 39
33 - 38 3
Lahan terbuka 36 - 37
35 - 36
Berdasarkan hasil pengolahan data yang tersaji dalam Tabel 14 dapat terlihat adanya perbedaan suhu pada tahun 2000 dan tahun 2011 dalam satu tipe
penutupan lahan yang sama. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain yaitu adanya perbedaan faktor iklim dan waktu perekaman citra serta adanya
perubahan penutupan lahan. Faktor yang dapat dianalisis berdasarkan data ini yaitu faktor perubahan penutupan lahan, berdasarkan data dapat dilihat beberapa
beberapa tutupan lahan mengalami penurunan suhu permukaan dari tahun 2000
dan tahun 2011. Vegetasi rapat pada tahun 2000 memiliki nilai suhu sebesar 30 - 31
o
C, sedangkan pada tahun 2011 menurun menjadi 28
o
C - 29
o
C, hal ini disebabkan adanya penambahan luas vegetasi rapat dari tahun 2000 sampai tahun
2011. Pada tahun 2000 untuk vegetasi rapat mempunyai luas yang sempit dan terpisah-pisah, sedangkan pada tahun 2011 luasnya bertambah dan dikelilingi
vegetasi jarang. Dengan bertambahnya luas vegetasi rapat dan saling menyatunya tajuk pohon berpengaruh pada ameliorasi iklim yang disebabkan tajuk pohon yang
rapat serta menghasilkan bayangan yang suhunya lebih rendah di bagian bawah tajuk.
Tutupan lahan terbangun mengalami perubahan suhu pada tahun 2000 sebesar 38
o
C – 39
o
C sedangkan tahun 2011 tutupan lahan terbangun mempunyai suhu sebesar 37
o
C – 38
o
C. Penurunan suhu permukaan yang terjadi di Kota Surakarta ini disebabkan karena adanya pengaruh penambahan vegetasi yang
ditanam di wilayah perkotaan sebagai jalur hijau. Sehingga mampu menurunkan suhu permukaan di tutupan lahan terbangun. Berdasarkan data tersebut dapat
diketahui juga bahwa suhu tertinggi terdapat pada tutupan lahan berupa lahan terbangun yang mempunyai nilai suhu rata-rata sebesar 38
o
C – 39
o
C pada tahun 2000 dan 37
o
C - 38
o
C pada tahun 2011. Sedangkan untuk tutupan lahan berupa ruang terbuka hijau mempunyai suhu yang paling rendah yaitu 30
o
C – 31
o
C pada tahun 2000 dan 28
o
C - 29
o
C pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa RTH mempunyai peran penting dalam pencegahan pemanasan global, Urban Heat
Island UHI dan efek rumah kaca. Hasil peneleitian ini diperkuat dengan pernyataan Effendi 2007 yang menyatakan bahwa keberadaan RTH di suatu
kota sangat penting untuk dipertahankan karena setiap pengurangan RTH akan mengakibatkan naiknya suhu udara dengan nilai relatif lebih besar di wilayah
perkotaan dibandingkan wilayah kabupaten.
5.5.3 Ruang terbuka hijau perwilayah kecamatan