8. Tidak ada data
Kelas klasifikasi tidak ada data merupakan kelas klasifikasi yang berupa awan, bayangan awan dan stripping bergaris. Nurcahyono 2003 menjelaskan
bahwa awan terbentuk karena pengaruh cuaca, iklim lokal pada wilayah pengambilan citra, selain itu juga wilayah Indonesia termasuk yang banyak awan
karena letak geografis Indonesia yang dikelilingi oleh lautan. Sedangkan bayangan awan terbentuk karena adanya sinar matahari yang terhalang oleh awan.
Stripping termasuk dalam kelas klasifikasi tidak ada data selain itu juga stripping terjadi karena setelah tahun 2003 satelit perekaman citra mengalami kerusakan.
Sehingga citra satelit pada tahun 2011 didapatkan citra satelit yang mengalami stripping. Agar diperoleh hasil dan luasan yang sama agar dapat dibandingkan
dengan tahun 2011, maka citra satelit tahun 2000 diberi perlakuan dengan menyamakan stripping dengan tahun 2011. Hasil klasifikasi tidak ada data ini
diberi warna putih yang tersaji pada Gambar 11.
Gambar 11 Stripping Bergaris.
5.1.1 Penutupan lahan Kota Surakarta tahun 2000 dan 2011
Kota Surakarta memiliki wilayah yang tidak terlalu luas apabila dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain. Kota Surakarta yang terbagi
menjadi lima kecamatan yaitu Kecamatan Banjarsari dengan luas 1491,21 Ha, Kecamatan Laweyan dengan luas 874,83 Ha, Kecamatan Pasar Kliwon dengan
luas 438,24 Ha, Kecamatan Serengan dengan luas 329,37 Ha dan Kecamatan Jebres dengan luas 1282,61 Ha.
Hasil klasifikasi citra Landsat 7 ETM diperoleh data mengenai luas wilayah berbagai tipe penutupan lahan Kota Surakarta tahun 2000 yang tersaji
pada Tabel 4 .
Tabel 4 Luas penutupan lahan Kota Surakarta tahun 2000
No Kelas Klasifikasi
Jumlah Ha
1 Lahan terbangun
1518,03 34,37
2 Vegetasi rapat
175,41 3,97
3 Vegetasi jarang
538,02 12,18
4 Lahan terbuka
356,40 8,07
5 Rumput dan semak
365,22 8,27
6 Badan Air
32,22 0,73
7 Sawah
174,96 3,96
8 Tidak ada data
1072,66 24,29
Jumlah 4416,26
100
Berdasarkan data penutupan lahan Kota Surakarta 2000, tipe tutupan lahan yang terluas yaitu lahan terbangun sebesar 1518,03 Ha atau sebesar 34,37 dari
luas wilayah Kota Surakarta. Lahan terbangun terpusat di wilayah Kecamatan Kecamatan Serengan dan Kecamatan Pasar Kliwon. Kedua kecamatan ini
persentase luas lahan terbangun terbesar dikarenakan merupakan pusat Kota Surakarta yang terdapat pusat perdagangan, pusat pendidikan, dan pusat
pemerintahan. Kecamatan Serengan pada tahun 2000 mempunyai luas lahan terbangun sebesar 149,76 Ha atau 45,47 dari luas kecamatan. Kecamatan Pasar
Kliwon pada tahun 2000 mempunyai luas lahan terbangun sebesar 231,39 Ha atau 52,80 dari luas kecamatan. Hal ini dikarenakan kecenderungan masyarakat
untuk tinggal di kota atau di sekitar kota, kecenderungan ini bertujuan untuk memudahkan akses melakukan kegiatan ekonomi maupun aktifitas lain yang
terpusat di wilayah Kota Surakarta. berdasarkan hasil sensus penduduk Kota Surakarta yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2010, jumlah penduduk Kota
Surakarta sebanyak 565.853 jiwa. Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk terbesar yaitu terdapat di Kecamatan Pasar kliwon dengan kepadatan
177 jiwaHa. Tutupan lahan yang cukup besar yaitu berupa tutupan lahan tidak ada data
yang mempunyai luas 1072,66 Ha atau sebesar 24,29 dari luas wilayah Kota Surakarta. Tidak ada data ini disebabkan citra landsat 7 ETM terdapat stripping
atau garis yang terjadi karena kerusakan satelit perekaman citra. Pada awalnya, citra landsat pada tahun 2000 tidak mempunyai stripping, karena akan
dibandingkan dengan citra landsat tahun 2011 yang ada stripping maka citra landsat tahun 2000 harus disamakan dengan menyesuaikan stripping. Selain itu
juga,besarnya luas tidak ada data ini juga disebabkan karena adanya awan, bayangan awan yang terekam dalam citra landsat.
Tipe penutupan lahan vegetasi jarang di Kota Surakarta mempunyai luas sebesar 538,02 Ha atau 12,18 dari luas wilayah Kota Surakarta. Penutupan
lahan vegetasi jarang di kota Surakarta merupakan wilayah penutupan lahan berupa kebun campuran, jalur hijau dan taman. Penutupan lahan berupa vegetasi
jarang pada tahun 2000 ini terletak tersebar di batas-batas luar Kota Surakarta. Hal ini terlihat jelas pada Gambar 12 yang ditandai dengan warna hijau muda.
Tutupan lahan berupa vegetasi jarang terbanyak terdapat di Kecamatan Banjarsari dengan luas vegetasi jarang mencapai 205,92 Ha dengan persentase 13,81 dari
luas wilayah Kecamatan Banjarsari. Tipe penutupan berupa vegetasi rapat mempunyai luas yang kecil di antara
tutupan lahan yang lain yaitu sebesar 175,41 Ha atau hanya sebesar 3,97 dari luas Kota Surakarta. Rendahnya luas lahan bervegetasi rapat yang dimiliki Kota
Surakarta ini yaitu perubahan peruntukan lahan menjadi lahan terbangun. Semakin banyak penduduk di suatu daerah maka akan semakin banyak
membutuhkan lahan untuk tempat tinggal. Tipe tutupan lahan badan air di Kota Surakarta merupakan yang paling kecil dengan luas sebesar 32,22 Ha atau sebesar
0,73 dari luas Kota Surakarta. Luas tutupan lahan berupa badan air di Kota Surakarta menjadi yang paling kecil dibandingkan tutupan lahan yang lain
dikarenakan tutupan lahan berupa badan air hanya berupa Sungai Bengawan Solo yang mengelilingi wilayah Kota Surakarta dan beberapa sungai kecil serta danau
kecil yang terdapat di beberapa lokasi.
Ga mbar
12 P eta tutupan
La ha
n Kota S
ur aka
rta Ta
hun 2000 .
Berdasarkan hasil klasifikasi citra landsat 7 ETM dengan tanggal akuisisi 8 September 2011 diperoleh delapan kelas tutupan lahan beserta luas tiap kelas yang
tersaji dalam Tabel 5. Tabel 5 Luas penutupan lahan Kota Surakarta tahun 2011
No Kelas Klasifikasi
Luas tutupan lahan Luas Ha
Persen
1 Lahan terbangun
1705,93 38,63
2 Vegetasi rapat
240,17 5,44
3 Vegetasi jarang
693,12 15,69
4 Lahan terbuka
261,47 5,92
5 Rumput
277,74 6,29
6 Badan air
25,70 0,58
7 Sawah
139,48 3,16
8 Tidak ada data
1072,66 24,29
Jumlah 4416,26
100
Berdasarkan hasil klasifikasi citra landsat tahun 2011 di atas diketahui bahwa lahan terbangun tetap menjadi yang terluas yaitu sebesar 1705,93 Ha atau sebesar
38,63 dari total luas kota Surakarta. Lahan terbangun di Kota Surakarta relatif menyebar hampir di semua kecamatan, luas lahan terbangun terbesar terdapat di
Kecamatan Banjarsari dengan luas 502,5 Ha dengan persentase 11,38 dari luas Kota Surakarta. Hal ini dikarenakan di Kecamatan Banjarsari mempunyai luas
wilayah kecamatan yang paling besar dibanding dengan kecamatan yang lain. Apabila luas lahan terbangun ini dibandingkan dengan luas wilayah tiap
kecamatan, maka kecamatan yang memiliki luasan area terbangun paling besar adalah Kecamatan Pasar Kliwon yang mempunyai luas lahan terbangun sebesar
259,52 Ha dengan persentase 59,26 dari luas wilayah kecamatan. Hal ini dikarenakan Kecamatan Pasar Kliwon merupakan pusat Kota Surakarta yang
menjadi pusat pemerintahan Kota Surakarta, selain itu juga di kecamatan ini banyak dibangun tempat permukiman maupun pusat perdagangan terbesar di Kota
Surakarta. Luas lahan yang cukup besar setelah lahan terbangun yaitu vegetasi jarang
yang mempunyai luas sebesar 693,12 Ha atau 15,69 dari luas Kota Surakarta. Vegetasi jarang mempunyai persebaran yang mengelempok di tiap kecamatan
terutama di batas luar Kota Surakarta yang berbatasan langsung dengan
Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karang Anyar. Kecamatan yang mempunyai vegetasi jarang yang luas yaitu Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Jebres
dengan luas berturut-turut sebesar 262,62 Ha dan 249,12 Ha. Vegetasi jarang ini umumnya berupa kebun campuran milik warga yang ditanami dengan tumbuhan
menahun seperti jati dan akasia. Selain itu juga vegetasi jarang ini banyak terdapat di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo. Berdasarkan laporan kegiatan
Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta tahun 2006, bantaran Sungai Bengawan Solo menjadi fokus dalam kegiatan yang dinamakan program kali bersih. Dalam
kegiatan ini dilakukan berbagai kegiatan di antaranya penanaman pohon di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo dengan pohon akasia Acacia sp,
mahoni Swietania sp, dan pohon-pohon jenis lain. Oleh karena itu pohon-pohon yang ditanam tersebut saat ini sudah dewasa sehingga bantaran Sungai Bengawan
Solo sudah menghijau dengan adanya pepohonan tersebut.
Gambar 13 Taman Sekartaji di bantaran Sungai Bengawan Solo, Kecamatan Jebres.
Tutupan lahan berupa lahan terbuka menjadi tutupan lahan terbesar keempat setelah vegetasi jarang. Tutupan lahan terbuka mempunyai luas sebesar 261,47
Ha atau sebesar 5,92 dari luas Kota Surakarta. Sebagian besar lahan terbuka ini merupakan lahan pertanian yang tidak digarap oleh petani sehingga terlihat kering
dan tandus tidak ada pohon, selain itu juga dapat berupa lahan terbuka yang tidak ditanami pepohonan. Lahan terbuka ini tersebar di setiap kecamatan di Kota
Surakarta, lahan terbuka yang paling luas terdapat di Kecamatan Banjarsari sebesar 95,22 Ha atau seluas 17,61 dari luas wilayah kecamatan.
Tutupan lahan berupa rumput di wilayah Kota Surakarta berdasarkan hasil interpretasi citra ETM tahun 2011 mempunyai luas sebesar 277,74 Ha atau
sebesar 6,29 dari luas Kota Surakarta. Tutupan lahan berupa rumput ini menyebar di semua kecamatan di Kota Surakarta, tutupan lahan berupa rumput ini
umumnya berbentuk lapangan atau tempat pemakaman umum. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup 2011, Kota Surakarta mempunyai
186 lapangan serta mempunyai 68 tempat pemakaman umum. Kecamatan Jebres merupakan kecamatan yang mempunyai tutupan lahan berupa rumput yang paling
besar yaitu 106,58 Ha atau 38,10 dari luas tutupan rumput di Kota Surakarta. Kecamatan lain yang mempunyai tutupan lahan berupa rumput yang cukup besar
yaitu kecamatan Banjarsari dengan luas 86,92 Ha atau sebesar 31,07 dari luas tutupan rumput di Kota Surakarta. Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan
yang mempunyai lapangan bola yang paling banyak dibandingkan dengan kecamatan lain yaitu sebanyak 82 lapangan bola. Selain itu juga masih banyak
beberapa lokasi di Kecamatan Banjarsari berupa lahan terbuka yang ditumbuhi rumput dan semak.
Tutupan lahan vegetasi rapat merupakan kelas yang mempunyai luas terkecil sebelum tutupan lahan berupa sawah. Vegetasi rapat mempunyai luas sebesar
240,17 Ha atau hanya sebesar 5,44 dari luas Kota Surakarta. Vegetasi rapat di tiap kecamatan berbentuk mengelompok kecil di lokasi-lokasi tertentu saja,
misalkan di Kecamatan Jebres, vegetasi rapat terdapat di bantaran Sungai Bengawan Solo dan kebun masyarakat dengan pohon dewasa dan mempunyai
luas yang sempit. Kecamatan yang mempunyai luas vegetasi rapat terbesar yaitu Kecamatan Banjarsari yang mempunyai luas sebesar 84,24 Ha atau 34,79 dari
luas vegetasi rapat di Kota Surakarta. Kecamatan Jebres mempunyai vegetasi rapat yang cukup besar yaitu sebesar 76,28 Ha atau 31,50 dari luas vegetasi
rapat yang ada di Kota Surakarta. Kecamatan Laweyan, Pasar Kliwon bervegetasi rapat berturut-turut sebesar 50,54 Ha, 18,79 Ha dan Kecamatan Serengan yang
mempunyai vegetasi rapat paling kecil yaitu sebesar 12,31 Ha atau hanya sebesar 5,08 dari luas vegetasi rapat di Kota Surakarta.
Tipe penutupan lahan berupa sawah yang terdapat di Kota Surakarta pada tahun 2011 berdasarkan analisis citra landsat seluas 139,48 Ha dengan persentase
3,16 dari luas wilayah Kota Surakarta. Tipe penutupan lahan berupa sawah di Kota Surakarta merupakan terkecil sebelum tutupan lahan berupa badan air.
Tutupan lahan berupa sawah di Kota Surakarta mengelompok kecil dan tersebar di setiap kecamatan. Kecamatan yang mempunyai luas sawah terbesar yaitu
Kecamatan Banjarsari dengan luas 58,75 Ha dengan persentase 42,01 dari total luas sawah di Kota Surakarta.
Berdasarkan hasil analisis citra landsat tahun 2011, klasifikasi lahan berupa badan air mempunyai luas terkecil yaitu seluas 25,70 Ha dengan persentase
sebesar 0,58 dari luas wilayah Kota Surakarta. Kecamatan yang mempunyai luas badan air terbesar yaitu Kecamatan Jebres dengan luas 16,40 Ha atau jika
dinyatakan dengan persentase yaitu sebesar 48,80 dari luas total badan air di Kota Surakarta. Kecamatan Jebres mempunyai luas badan air terbesar
dikarenakan kecamatan ini paling luas dilewati oleh aliran sungai Bengawan Solo. Sedangkan kecamatan lain mempunyai luas yang relatif kecil dengan luas di
bawah 10 Hakecamatan.
Ga mbar
14 P eta tutupan l
aha n Kota
S ur
aka rta
t ahu
n 2011.
5.1.2 Perubahan luas penutupan lahan tahun 2000 dan 2011