II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Sumberdaya Air
Sumberdaya air merupakan salah satu barang vital yang diperlukan bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Air dianggap sebagai barang
publik dimana setiap orang berhak memperoleh manfaat atas air. Akibatnya, air sering dianggap sebagai free goods sehingga untuk memperoleh air tidak perlu
membayar. Karena sifat barang publik tersebut, maka penggunaan air cenderung bersifat eksploitatif. Kuantitas dan kualitas sumberdaya air mengalami perubahan
sebagai akibat atas ketidakjelasan atas hak pengelolaan dan pemanfaatannya. Sumberdaya air menyediakan berbagai produk seperti air minum, air irigasi,
pembangkit listrik tenaga air maupun wisata yang digunakan oleh pertanian, industri dan rumah tangga.
Menurut Undang-Undang Sumberdaya Air No. 7 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 2, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air permukaan adalah semua air yang berada di atas
permukaan tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
Menurut Sanim dalam Kusuma 2006, air sebagai sumberdaya alam dapat berupa persediaan sekaligus sebagai aliran. Air tanah misalnya, merupakan
persediaan yang biasanya memerlukan aliran dan pengisian kembali oleh air hujan. Sifat air adalah stokastik, artinya air diatur oleh proses fisik yang
berdistribusi kemungkinan random. Pemasokan air bergantung pada topografi dan kondisi meteorologi, karena keduanya mempengaruhi peresapan dan
13 penguapan air. Dikarenakan sifat air yang stokastik inilah, maka pengambilan
keputusan dalam mengembangkan suberdaya air didasarkan atas distribusi kemungkinan.
Menurut Anwar 1992 dalam Fadillah 2011, sumberdaya air memiliki karakteristik-karakteristik khusus sebagai berikut:
1. Mobilitas air. Sifat air yang merupakan zat cair istimewa memiliki ciri-ciri mudah mengalir, menguap, meresap dan keluar melalui suatu media tertentu.
Adanya sifat-sifat tersebut menyebabkan sulitnya upaya untuk mewujudkan dan melaksanakan penegasan hak-hak property rights atas sumberdaya air
tersebut secara eksklusif, agar dapat menjadi komoditas ekonomi yang dapat dipertukarkan dalam sistem ekonomi pasar.
2. Skala ekonomi yang melekat. Dalam penyimpanan, pengolahan, dan distribusi air terjadi skala ekonomi yang melekat pada komoditas air.Ada
kalanya sifat yang demikian menyebabkan penawaran air bersifat monopoli alami natural monopoly, sehingga semakin besar jumlah air yang
ditawarkan maka semakin rendah biaya per satuan yang ditanggung oleh produsen.
3. Penawaran air berubah-ubah. Sifat penawaran air berubah-ubah menurut waktu, ruang, dan kualitasnya. Dalam keadaan kekeringan dan banjir,
sumberdaya air ini dapat ditangani oleh pemerintah untuk kepentingan umum. 4. Kapasitas dan daya asimilasi dari badan air. Zat cair memiliki daya larut
untuk mengasimilasikan berbagai zat-zat padat atau zat-zat tercemar tertentu selama daya asimilasinya tidak terlampaui. Akibatnya, komoditas air
14 mengarah pada komoditas yang bersifat umum dimana setiap orang dapat
mengangganya sebagai tempat pembuangan sampah. 5. Penggunaannya dapat digunakan secara beruntun sequential use.
Penggunaan secara beruntun ini terjadi ketika air mengalir dari hulu ke hilir sampai ke laut dan dengan beruntunnya penggunaan air selama perjalanan
alirannya akan mengubah kualitas dan kuantitas air sehingga sering menimbulkan eksternalitas.
6. Penggunaannya yang serba guna multiple use. Dengan kegunannya yang banyak tersebut maka pihak individu atau swasta dapat memanfaatkannya dan
sisanya menjadi barang umum yang dapat menimbulkan eksternalitas. 7. Berbobot besar dan memakan tempat bulky. Apabila ditambah dengan biaya
yang tinggi untuk mewujudkan hak-hak kepemilikannya, akan menyebabkan air bersifat open access.
8. Nilai kultural yang melekat pada sumberdaya air. Sebagian besar masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menganggap air sebagai barang bebas
anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak patut untuk dikomersialkan, sehingga menjadi kendala dalam alokasinya pada sistem pasar.
2.2 Konsep Ekonomi Sumberdaya Air