Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air dan Kebijakan Tarif Air PDAM Menang Mataram

(1)

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR

DAN KEBIJAKAN TARIF AIR PDAM MENANG MATARAM

DEA AMANDA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

iii Dea Amanda. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air dan Kebijakan

Tarif Air PDAM Menang Mataram (dibimbing oleh Sutara

Hendrakusumaatmaja).

RINGKASAN

Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak diperlukan oleh manusia dan mahluk hidup lainnya serta mempunyai peran penting dalam keberlangsungan ekosistem. Oleh karena itu air sebagai barang publik yang penting dan bernilai tinggi harus dikelola dengan baik. Air dikelola dalam bentuk kepemilikan bersama yakni sumberdaya air dikelola secara kolektif, bukan untuk dijual atau diperdagangkan guna memperoleh keuntungan. Untuk itu pemerintah menunjuk suatu badan usaha yang menangani masalah penyediaan air bersih, yakni dalam bentuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Seiring dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan ekonomi, kebutuhan terhadap air bersih pun turut mengalami peningkatan. Sementara peningkatan pelanggan yang terjadi relatif besar dapat dikatakan tidak sejalan dengan stok air yang tersedia. Akibatnya, kuantitas dan kualitas sumber air yang digunakan pun akan semakin menurun. Akan tetapi, PDAM harus mengolah dan menyalurkan air itu menjadi air bersih yang layak untuk dikonsumsi oleh konsumen, sehingga biaya produksi yang harus dikeluarkan akan semakin besar.

PDAM Menang Mataram sebagai badan usaha milik negara yang dikelola oleh pemerintah dihadapkan pada dua fungsi yakni fungsi ekonomi dan fungsi sosial, dimana kedua fungsi fungsi tersebut bersifat kontradiktif. Sebagai perusahaan, PDAM Mataram dituntut untuk dapat menghasilkan keuntungan maksimal yang tidak saja penting bagi pengembangan PDAM sendiri pada masa mendatang, namun juga penting sebagai sumbangan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun sebagai institusi pemerintah, PDAM harus menjalankan fungsi pelayanan publik yang mengharuskan perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan/hak masyarakat akan air bersih terlepas apakah masyarakat yang dilayani mampu membayar air pada tingkat harga efisiensinya atau tidak. Untuk memenuhi tanggung jawab pelayanan publik ini, pemerintah menetapkan tarif harga air yang terjangkau bagi masyarakat, dimana besarnya tarif yang ditetapkan tersebut tidak sejalan dengan tujuan perusahaan. Tarif ditetapkan secara progresif dan dibagi dalam beberapa kelompok langganan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi marginal cost dan fungsi permintaan air bersih PDAM Menang Mataram. Kedua fungsi digunakan untuk mencari harga market clearing sebagai suatu kondisi harga tanpa adanya intervensi pemerintah. Harga market clearing kemudian dibandingkan dengan tarif untuk menemukan besarnya rente ekonomi per kelompok langganan. Jika rente ekonomi yang diperoleh positif, berarti pemerintah memberikan benefit tambahan kepada PDAM sebagai produsen air bersih. Sebaliknya jika rente yang dihasilkan negatif maka pemerintah memberikan benefit kepada pelanggan PDAM sebagai konsumen air bersih.

Selain itu terkait dengan fungsi ekonomi PDAM sendiri, dilakukan analisis mengenai profit yang diperoleh PDAM. Profit merupakan selisih antara tarif yang


(3)

iv ditetapkan dengan biaya rata-rata produksi air bersih. Jika profit bernilai positif maka perusahaan menerima keuntungan ekonomi dan sebaliknya jika profit bernilai negatif maka perusahaan mengalami kerugian.

Penelitian ini menggunakan model persamaan linear dengan metode ordinary least squares (OLS). Fungsi marginal cost (MC) diperoleh dengan menderivasi fungsi total cost yang sebelumnya diestimasi dengan regresi linear sederhana. Fungsi permintaan diestimasi dengan regresi linear berganda. Hasil estimasi dari model yang diperoleh selanjutnya di uji dengan metode uji statistik yang berupa Uji statistik-F, Uji statistik-t dan Uji statistik Durbin-Watson. Kedua model diolah dengan bantuan software SPSS 16 for Windows.

Dari penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jumlah air yang diproduksi berpengaruh nyata dan positif terhadap biata produksi total. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan air bersih masyarakat adalah jumlah anggota keluarga, pendapatan, harga atau tarif air yang diberlakukan serta kepemilikan sumber air lain seperti sumur atau embung.

PDAM Menang Mataram menghasilkan rente yang negatif dari kelompok sosial dan rumah tangga namun menerima rente positif yang cukup besar dari kelompok rumah tangga dan niaga (komersil). Rente bersih yang dihasilkan sebesar Rp. 6 650 209 532 per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penetapan tarif yang dilakukan memberikan benefit kepada golongan sosial dan rumah tangga sebagai pelanggan terbesar dari PDAM namun secara keseluruhan benefit yang diterima oleh PDAM masih positif.

Secara finansial PDAM juga menerima profit sebesar Rp 18 629 996 047 serta mengalami kerugian sebesar Rp 331 323 843 sehingga profit bersih yang PDAM dapatkan berjumlah Rp 18 298 672 203. Selain dari pembayaran air per M3 penggunaan, PDAM juga menerima pemasukan dari abonemen yang dibayarkan oleh pelanggan yakni sebesar Rp. 6000 per bulan atau sebesar Rp 478 398 000 per tahun. Sehingga secara total, PDAM menerima total profit yang terdiri dari profit dan abonemen sebesar Rp 18 777 070 203. Keuntungan yang diperoleh disetorkan kepada pemerintah daerah sebesar 55% sehingga PDAM menerima keuntungan bersih sebesar Rp 8 449 681 591. Keuntungan yang diperoleh oleh PDAM digunakan untuk investasi lebih lanjut dengan tujuan agar PDAM bisa meningkatkan fungsi sosialnya dengan meningkatkan pelayanan. Dari data tahun 2008-2011 diketahui bahwa investasi sebesar Rp 8 701 704 365 dapat meningkatkan cakupan pelayanan sebesar 10% sehingga jika seluruh keuntungan yang diterima perusahaan digunakan untuk investasi maka cakupan pelayanan dapat ditingkatkan sebesar 11,8%.

Simulasi terhadap besarnya rente atas dasar kategori pengguna dan jumlah konsumsi (blok penggunaan) memberikan hasil bahwa pelanggan kategori sosial IA dan IB akan selalu menghasilkan rente yang negatif hingga tingkat konsumsi 100 M3, sosial IC dan ID masing-masing menghasilkan rente yang negatif jika mengkonsumsi air sampai dengan 50 M3 dan 40 M3 per bulan, sedangkan pelanggan rumahtangga kategori II B, II C, dan II D menghasilkan rente yang negatif jika besar konsumsi air kurang dari 30 M3. Instansi pemerintah dan kelompok komersial sebaliknya memberikan kontribusi rente ekonomi pada seluruh tingkat konsumsi, kecuali pemerintah kabupaten/kota, menghasilkan rente negatif hanya pada tingkat penggunaan 20 M3.


(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan menyatakan bahwa skripsi Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air dan Kebijakan Tarif Air PDAM Menang Mataram adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

Dea Amanda H44080001


(5)

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR

DAN KEBIJAKAN TARIF AIR PDAM MENANG MATARAM

DEA AMANDA H44080001

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(6)

Judul Skripsi : Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air dan Kebijakan Tarif Air PDAM Menang Mataram

Nama Mahasiswa : Dea Amanda

NIM : H44080001

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

(Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, MA) NIP. 19480601 197301 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan izin dan ridho-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini tentunya tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril maupun materil. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orangtua tercinta Bapak Dr. Ir. Anas Zaini, M.Sc dan Ibu Dr. Ir. Halimatus Sa’diyah, M.Sc. Terimakasih atas segala kasih sayang, dukungan yang tiada hentinya, doa, semangat, saran, serta ketersediannya menerima segala keluh kesah penulis selama penulisan skripsi ini. Adik-adik tersayang Bayang Nuansa Salju dan Ahza Maulana Prakarsa atas dukungan dan semangatnya kepada penulis.

2. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan dan perhatian kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan sampai penulis berhasil menyusun skripsi. 3. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA sebagai dosen pembimbing akademik atas

segala bimbingan, arahan, dan pelajaran hidup yang diberikan.

4. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempuranaan skripsi ini.

5. Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan atas koreksi dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan skripsi ini.


(8)

viii

6. Bapak Siswandi selaku Ketua Bagian Litbang PDAM Menang Mataram serta staf PDAM lainnya atas bantuannya dalam proses pengambilan data.

7. Sahabat-sahabat tersayang: Yuli, Mamen, Eva, Oji, Dewi, Gian, Rani, Fina, Ayuning dan Shinta atas segala segala canda tawa, semangat dan dukungannya.

8. Keluarga besar ESL 45, terima kasih atas segala cerita dan kenangan yang terukir selama ini.

9. Teman-teman satu bimbingan skripsi: Imam, Heti, Yuli, Alya, Fadli, dan Asih atas segala dukungan, saran, dan motivasi kepada penulis.

10. Teman-teman di Kost GPA Cibanteng: Ayu, Desti, Wina, Mbak Icha, Mbak Febri dan Tutu atas dukungan dan doanya.

11. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Bogor, April 2013


(9)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air dan Kebijakan Tarif Air PDAM Menang Mataram”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang kebijakan tarif air di PDAM Menang Mataram.

Skripsi ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk kalangan akademik sebagai sumber referensi. Berbagai kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini disebabkan karena keterbatasan penulis. Penulis mengucapkan terimakasih atas kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontibusi positif bagi semua pihak.

Bogor, Maret 2013


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Karakteristik Sumberdaya Air ... 12

2.2 Konsep Ekonomi Sumberdaya Air ... 14

2.3 Konsep Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ... 16

2.4 Penawaran dan Permintaan Air Bersih ... 17

2.4.1 Fungsi Permintaan ... 17

2.4.2 Fungsi Penawaran ... 18

2.5 Fungsi Biaya Produksi ... 18

2.6 Penetapan Tarif PDAM ... 19

2.7 Penelitian Terdahulu ... 21

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 25

3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM .... 25

3.1.1 Biaya Produksi Air PDAM ... 25

3.1.2 Biaya Pengelolaan Produksi Air PDAM ... 26

3.2 Penetapan Harga Air pada PDAM ... 26

3.2.1 Harga Pokok Air PDAM ... 26

3.2.2 Penetapan Tarif Air PDAM ... 28

3.2.2.1 Marginal Cost Pricing ... 28

3.2.2.2 Full Cost Recovery Pricing ... 30

3.3 Kerangka Pemikiran Operasional ... 32

IV. METODE PENELITIAN ... 35

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 35

4.3 Metode Pengambilan Contoh ... 36

4.4 Metode Analisis Data ... 37

4.4.1 Analisis Deskriptif ... 37

4.4.2 Fungsi Biaya Produksi Air PDAM ... 38

4.4.3 Fungsi Permintaan Air PDAM ... 39

4.4.4 Penetapan Tarif dengan Marginal Cost Pricing ... 40

4.5 Uji Kesesuaian Model ... 40

4.5.1 Goodness of Fit (R- Square) ... 41

4.5.2 Uji Statistik f ... 42


(11)

ii

4.5.4 Uji Multikolinearitas... 44

4.5.5 Uji Autokorelasi ... 44

4.5.6 Uji Heteroskedastisitas ... 45

4.6 Definisi Operasional ... 46

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 48

5.1 Gambaran Umum Wilayah Cakupan Pelayanan PDAM Menang Mataram. ... 48

5.2 Gambaran Umum PDAM Menang Mataram ... 51

5.2.1 Sejarah dan Perkembangan PDAM Menang Mataram... 51

5.2.2 Cakupan Pelayanan PDAM Menang Mataram ... 53

5.3 Karakteristik Responden ... 56

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

6.1 Analisis Pola Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Air PDAM Menang Mataram ... 60

6.2 Analisis Biaya Produksi PDAM Menang Mataram ... 64

6.3 Fungsi Permintaan Air PDAM ... 72

6.4 Evaluasi Kebijakan Tarif Air PDAM Menang Mataram dengan Marginal Cost Pricing ... 77

6.5 Simulasi Rente Ekonomi Berdasarkan Kategori Pengguna dan Jumlah Konsumsi Air ... 90

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

7.1 Kesimpulan ... 98

7.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Persentase Cakupan Pelayanan PDAM Menang Mataram... 9 2 Matriks Pengumpulan Data dan Metode Analisis ... 36 3 Deskripsi Kelompok Pelanggan PDAM Menang Mataram ... 53 4 Jumlah Pelanggan PDAM Menang Menurut Kelompok,

April 2012 ... 55 5 Tarif Air PDAM Menang Atas Dasar Blok, Berlaku Sejak 2011 . 56 6 Kapasitas Sumber dan Kapasitas Produksi Menurut Tahun

dan Sumber Air Baku ... 60 7 Cakupan Layanan PDAM Menang per Desember 2011 ... 62 8 Tingkat Produksi, Distribusi, dan Kebocoran Air PDAM

Menang Mataram ... 63 9 Biaya Produksi Air PDAM Menang Menurut Jenis Biaya

dan Tahun (dalam juta) ... 64 10 Pengelompokan Biaya Menurut Sifat Biaya dan Tahun

(dalam juta rupiah)... 66 11 Hasil Regresi Biaya Pengelolaan Air PDAM Menang Mataram .. 68 12 Hasil Pendugaan Fungsi Permintaan Air PDAM Menang ... 72 13 Besaran Tarif, Rente dan Profit menurut Kategori Pengguna


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Pelanggan PDAM Menang Mataram 2005-2009 ... 5

2 Gambar Kerangka Penentuan Harga Air Atas Dasar Biaya Marjinal dan Biaya Rata-rata ... 20

3 Kurva Marginal Cost dan Average Cost pada Average Cost Naik (Rising) dan Menurun (Falling) ... 29

4 Kerangka Pemikiran Operasional ... 34

5 Usia Responden ... 57

6 Jumlah Anggota Keluarga Responden ... 57

7 Tingkat Pendapatan Responden... 58

8 Kepemilikan Sumber Air Lain Responden ... 59

9 Golongan Langganan Responden ... 59

10 Perkembangan Jumlah Pelanggan Menurut Kabupaten/Kota dan Tahun ... 62

11 Grafik Biaya Pengelolaan Air Bersih PDAM Menang Mataram . 68 12 Normal P-Plot pada Jumlah Permintaan Air Bersih PDAM Menang Mataram ... 75

13 Scatterplot residual pada tingkat permintaan air bersih PDAM Menang Mataram. ... 77

14 Hasil Analisis Marginal Cost Pricing Pada PDAM Menang Mataram ... 79

15 Analisis Profit PDAM Menang Mataram ... 80

16 Rente Ekonomi yang Diterima PDAM Menang dari Pengguna Kelompok Sosial ... 83

17 Rente ekonomi yang diterima PDAM Menang dari Kelompok Rumahtangga ... 84

18 Rente ekonomi yang diterima PDAM Menang dari Instansi Pemerintah ... 86

19 Rente Ekonomi yang Diterima PDAM Menang dari Kelompok Industri dan Niaga (Komersial) ... 87

20 Simulasi Besarnya Rente Ekonomi pada Berbagai Blok Konsumsi Kelompok Lembaga Sosial ... 92

21 Simulasi Besarnya Rente Ekonomi pada Berbagai Blok Konsumsi Kelompok Rumahtangga ... 94


(14)

v 22 Simulasi Besarnya Rente Ekonomi pada Berbagai Blok

Konsumsi Kelompok Instansi Pemerintah ... 95 23 Simulasi Besarnya Rente Ekonomi pada Berbagai Blok


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 104

2 Data Komponen Biaya Pengelolaan Air Bersih PDAM Menang Mataram (Rupiah) ... 108

3 Data Biaya Pengelolaan Air Total dan Produksi Air PDAM Menang Mataram ... 110

4 Data Permintaan Air Bersih Responden ... 112

5 Output Regresi Fungsi Biaya Pengelolaan Air Total ... 115

6 Output Regresi Fungsi Permintaan Air Bersih ... 117

7 Rente Tiap Kelompok Langganan Berdasarkan Blok Pemakaian ... 120

8 Rente Ekonomi Setiap Kelompok Langganan... 126

9 Profit Dari Setiap Kelompok Langganan ... 127

10 Biaya Investasi dan Peningkatan Pelanggan ... 128

11 Proyeksi Kenaikan Pelanggan ... 129

12 Peta Lokasi Sumber Air dan Reservoir PDAM Menang Mataram ... 131


(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak diperlukan oleh manusia dan mahluk hidup lainnya serta mempunyai peran penting dalam keberlangsungan ekosistem. Sifat air sebagai pemenuhan kebutuhan essensial belum dapat tergantikan hingga sekarang. Manusia menggunakan air hampir di setiap segi kehidupannya, yaitu untuk minum, mandi, mencuci, memasak dan lain sebagainya. Air yang dikonsumsi langsung, yaitu air yang akan masuk ke dalam tubuh manusia, adalah air yang bersih agar terhindar dari segala penyakit yang dapat mengganggu kerja metabolisme tubuh.

Air memiliki beberapa fungsi strategis yakni fungsi ekologis, fungsi ekonomis, serta fungsi sosial. Fungsi ekologis air yakni sebagai unit ekosistem yang menunjang kehidupan dan keberlangsungan unit ekosistem lainnya untuk tumbuh dan berkembang biak. Fungsi ekonomis air terkait dengan manfat yang diberikan dalam menunjang kehidupan manusia baik pada proses produksi, distribusi maupun konsumsi. Fungsi sosial menempatkan air sebagai barang publik yang mengutamakan pemanfaatan yang berlandaskan kepentingan umum dibandingkan pemanfaatan secara privat.

Fauzi (2004) menyatakan bahwa sumber air secara geofisik dapat dikatakan melimpah namun hanya sebagian kecil saja yang dapat dimanfaatkan secara langsung. Air merupakan sumberdaya yang klasifikasinya dapat digolongkan baik ke dalam sumberdaya yang dapat terbarukan maupun tidak terbarukan, tergantung pada sumber dan pemanfaatannya. Air yang bersumber dari bawah tanah atau groundwater diperoleh melalui proses geologi selama


(17)

2 ratusan bahkan ribuan tahun sehingga meskipun memiliki kemampuan untuk pulih kembali lewat hujan (recharge rate), jika jumlah yang dimanfaatkan melebihi kemampuan recharge, groundwater sering kali dikatakan sebagai sumberdaya yang tidak terbarukan. Sebaliknya, air permukaan atau surface water seperti air sungai maupun air dana dikategorikan sebagai sumberdaya terbarukan karena adanya proses hidrologi dari bumi. Mengingat sumberdaya air merupakan kebutuhan yang vital, permintaan terhadap air pun terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pembangunan ekonomi. Fungsi air pun akhirnya terganggu dikarenakan semakin berkurangnya supply hingga menuju pada terjadinya kritisnya stok air.

Sebagai barang vital, air merupakan hak bagi setiap manusia. Artinya setiap manusia memiliki hak dasar yang sama untuk mendapatkan air. Namun disinilah masalah pemanfaatan air muncul. Dengan stoknya yang terbatas, air dengan cepat menjadi sumberdaya yang langka dan tidak memiliki barang pengganti. Pertambahan jumlah penduduk serta berkembangnya industri di suatu daerah menyebabkan konsumsi air mengalami peningkatan dengan cepat. Hal tersebut kemudian menggiring kepada terjadinya kerusakan lingkungan dan sumberdaya air itu sendiri secara konstan. Peningkatan jumlah penduduk tidak hanya meningkatkan konsumsi air secara langsung, namun juga meningkatkan kebutuhan air untuk memproduksi bahan pangan dan barang-barang kebutuhan manusia lainnya. Hal-hal tersebut akan berujung pada peningkatan kebutuhan air yang semakin banyak.

Sanim (2011) menyatakan bahwa air merupakan kebutuhan dasar manusia yang keberadaannya dijamin konstitusi, yaitu Pasal 33 UUD 1945 ayat 3, yang


(18)

3 menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Konstitusi ini jelas menunjukkan dan merupakan konrak sosial antara pemerintah dan warga negaranya. Penjaminan atas konstitusi itu lebih dipertegas lagi pada Pasal 5 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, yang menyatakn “Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif”. Secara eksplisit isi ayat tersebut menunjukkan bahwa untuk mendapatkan air bersih adalah hak setiap orang, warganegara dari suatu negara, tak terkecuali warga negara Indonesia. Jaminan tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, termasuk didalamnya menjamin akses setiap orang ke sumber air untuk mendapatkan air.

Air merupakan sumberdaya yang termasuk ke dalam common pool resources yang dalam pemanfaatannya sulit untuk membatasi pihak lain dalam memanfaatkan air. Meskipun nilai yang diberikan oleh air bisa dikatakan cukup rendah, namun value yang terkandung pada air sangat tinggi.

Kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan dewasa ini semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Tetapi penyediaan air bersih tersebut terhalang akibat berbagai kendala baik dalam hal penyaluran air maupun kualitas air yang tersedia. Banyaknya pencemaran dari berbagai jenis limbah dan semakin meluasnya daerah yang terkena intrusi air laut (perembesan air laut yang kemudian bercampur dengan air tanah) menjadi kendala bagi masyarakat perkotaan untuk mendapatkan air bersih, sedangkan masyarakat pedesaan mengalami kendala seperti terbatasnya


(19)

4 sumber air dan infrastruktur untuk proses distribusi. Masalah tersebut mengakibatkan air sebagai kebutuhan sehari-hari semakin memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Oleh karena itu air sebagai barang publik yang penting dan bernilai tinggi harus dikelola dengan baik. Air dikelola dalam bentuk kepemilikan bersama yakni sumberdaya air dikelola secara kolektif, bukan untuk dijual atau diperdagangkan guna memperoleh keuntungan. Untuk itu pemerintah menunjuk suatu badan usaha yang menangani masalah penyediaan air bersih, yakni dalam bentuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

PDAM Menang Mataram melayani 3 kabupaten di Pulau Lombok, yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok Utara. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Bupati Lombok Barat dan Walikota Mataram No 45 Tahun 1998/3/KPPS/1998 terjadi kesepakatan akan kepemilikan PDAM Menang Mataram oleh dua pemerintahan yakni 65 persen dimiliki oleh Kabupaten Lombok Barat sedangkan 35 persen dimiliki oleh Kota Mataram.

Sumber air baku PDAM Menang Mataram diperoleh dari 2 sumber yakni air permukaan berupa mata air serta air tanah berupa sumur. Air baku dari sumber air dialirkan ke reservoir-reservoir yang terdapat di sekitar wilayah Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara untuk diolah menjadi air bersih yang layak konsumsi kemudian dialirkan ke pelanggan.

Pada tahun 2005 PDAM Menang Mataram memiliki pelanggan air bersih sebanyak 48 512 pelanggan dan terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2009, jumlah pelanggan air bersih PDAM Menang Mataram telah mencapai 60 811 pelanggan untuk 3 daerah yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat


(20)

5 dan Kabupaten Lombok Utara. Peningkatan sekitar 25 persen selama 4 tahun dapat dikatakan cukup tinggi dan tidak sejalan dengan stok air yang tersedia.

Sumber: PDAM Menang Mataram (2011)

Gambar 1. Pelanggan PDAM Menang Mataram 2005-2009

Seiring dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan ekonomi, kebutuhan terhadap air bersih pun turut mengalami peningkatan. Permintaan terhadap air bersih semakin meningkat untuk ketiga wilayah ini. Akibatnya, kuantitas dan kualitas sumber air yang digunakan pun akan semakin menurun. Akan tetapi, PDAM harus mengolah dan menyalurkan air itu menjadi air bersih yang layak untuk dikonsumsi oleh konsumen. Akibatnya, biaya produksi yang harus dikeluarkan akan semakin besar. Sementara tarif yang ditetapkan dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat dirasa kurang dapat mengakomodir kegiatan PDAM. Oleh karena itu, harus dicari solusi agar PDAM bisa tetap beroperasi dan dapat memberikan pelayanan terbaiknya bagi seluruh masyarakat.

32641 34150 35153

37185 39558

15871 16849 17958 19464 17025

4228

48512 50999

53111 56649

60811

2005 2006 2007 2008 2009

Kota Mataram Kab Lombok Barat

Kab Lombok Utara Total Pelanggan

Ju

m

lah

P

e

lan

g

g


(21)

6

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu sumber penyedia air bersih bagi masyarakat adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). PDAM Menang Mataram merupakan badan usaha milik negara yang dikelola oleh pemerintah yang bergerak dalam bidang pengelolaan sumberdaya air bersih yang memberikan jasa pelayanaan dan manfaat dalam bidang air minum. Aktivitas PDAM antara lain mengumpulkan, mengolah dan menyalurkan air bersih kepada pelanggannya.

Dalam menjalankan aktivitasnya, PDAM dihadapkan pada dua fungsi yakni fungsi ekonomi dan fungsi sosial, dimana kedua fungsi fungsi tersebut bersifat kontradiktif. Sebagai perusahaan, PDAM Mataram dituntut untuk dapat menghasilkan keuntungan maksimal yang tidak saja penting bagi pengembangan PDAM sendiri pada masa mendatang, namun juga penting sebagai sumbangan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Fungsi ekonomi ini mengharuskan PDAM untuk dapat berproduksi pada tingkat efisiensinya, sebagai perusahaan monopoli akan menetapkan harga dan kuantitas pada tingkat dimana fungsi biaya marginal (marginal cost) berpotongan dengan fungsi pendapatan marginal (marginal revenue). Namun sebagai institusi pemerintah, PDAM harus menjalankan fungsi pelayanan publik yang mengharuskan perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan/hak masyarakat akan air bersih terlepas apakah masyarakat yang dilayani mampu membayar air pada tingkat harga efisiensinya atau tidak. Untuk memenuhi tanggung jawab pelayanan publik ini, pemerintah menetapkan tarif harga air yang terjangkau bagi masyarakat, dimana besarnya tarif yang ditetapkan tersebut tidak sejalan dengan tujuan perusahaan.


(22)

7 Program air bersih merupakan program yang masuk dalam susunan skala prioritas pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat khususnya daerah Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok Utara. Kebutuhan air bersih untuk industri, pariwisata, dan rumah tangga di ketiga wilayah tersebut dipasok oleh pemerintah melalui PDAM Menang Mataram. Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, serta Kabupaten Lombok Utara dihadapkan pada berbagai kendala, baik dari sisi supply maupun sisi demand. Dari sisi supply, masalah yang dihadapi berupa makin langkanya sumber air baku berupa mata air sebagai akibat makin menurunnya areal hutan sebagai daerah tangkapan air (catchment area). Sebagai konsekuensinya perusahaan harus mencari alternatif yang sumber mata air dengan jarak yang lebih jauh, menggunakan air tanah atau mengolah air dengan kualitas lebih rendah seperti air sungai atau air waduk. Ketiga alternatif sumber air baku tersebut membawa konsekuensi peningkatan biaya. Semakin jauh sumber air baku diperlukan infrastruktur jaringan pipa lebih besar, ektraksi air tanah memerlukan pembangunan infrastruktur sumur dalam, dan mengolah air dengan kualitas rendah memerlukan infrastruktur water treatment plan.

Kehilangan air karena kebocoran pipa sebagai akibat dari kondisi jaringan pipa yang sudah tua dan prilaku masyarakat yang sering melakukan penyambungan instalasi pipa sendiri, telah berkontribusi pada rendahnya efisiensi produksi dan tingginya harga pokok air bersih yang pada akhirnya mempengaruhi penurunan tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan. Rata-rata tingkat kebocoran distribusi air PDAM Menang mencapai 30 persen.


(23)

8 Tingkat tarif yang rendah, biaya yang meningkat akibat kelangkaan sumber air baku, dan efisiensi produksi yang rendah berakibat pada rendahnya tingkat keuntungan perusahaan. Rendahnya tingkat keuntungan perusahaan dan terbatasnya dana pembangunan yang dimiliki oleh pemerintah daerah menyebabkan dana investasi yang tersedia bagi pengembangan perusahaan semakin sedikit.

Semakin meluasnya pembangunan ke daerah-daerah yang belum terjangkau oleh infrastruktur juga menyebabkan PDAM belum bisa menyalurkan air ke daerah tersebut. Sampai saat ini, PDAM Menang Mataram baru mampu melayani sekitar 38 persen dari wilayah yang seharusnya dicakup (PDAM Menang Mataram, 2011). Mengingat kualitas air sumur yang bisa dikatakan kurang baik, PDAM sangat penting bagi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan air bersih.

Pada sisi permintaan permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya jumlah rumah tangga yang dapat terlayani, dan debit air yang rendah pada level rumah tangga terutama pada siang hari, saat dimana kebutuhan air tinggi. Cakupan layanan air PDAM Menang berbeda pada setiap daerah, namun mengalami peningkatan dari waktu ke waktu (Tabel 1). Meskipun mandat yang diberikan kepada perusahaan adalah untuk melayani kebutuhan air bersih seluruh masyarakat, namun jumlah rumah tangga yang dapat terlayani hanya berkisar 13,79 – 57,82 persen pada tahun 2005, dan jumlahnya terus meningkat hingga pada tahun 2009 cakupan layanannya mencapai 16,7 – 72,13 persen. Secara umum cakupan layanan masyarakat Kota Mataram lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya.


(24)

9

Tabel 1. Persentase Cakupan Pelayanan PDAM Menang Mataram

Daerah 2005 2006 2007 2008 2009

Kota Mataram 57,82 60,17 63,74 68 72,13

Kab Lombok Barat 13,79 16,43 18,12 18,31 22,39

Kab Lombok Utara - - - - 16,7

Jumlah 28,23 32,01 34,37 34,98 38,18

Sumber: Profil PDAM Menang Mataram (2011)

Sumberdaya air harus dikelola dengan efisien dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak yakni masyarakat dan PDAM. Untuk mencapai kedua hal tersebut bukanlah sesuatu yang mudah, diperlukan perhitungan yang seksama dan teliti sehingga kedua fungsi PDAM diharapkan dapat berjalan seiring sehingga nantinya tidak ada pihak yang dikorbankan. Jika tarif yang ditetapkan begitu rendah, keuntungan bagi PDAM akan rendah pula dan akan berlanjut pada rendahnya investasi sehingga perusahaan akan kesulitan untuk berkembang. Selain itu tarif yang terlalu rendah akan memicu terjadinya pemborosan penggunaan air oleh konsumen. Namun jika tarif yang diberlakukan terlalu tinggi, daya beli masyarakat terhadap air bersih PDAM akan menurun, sementara PDAM harus memberikan pelayanan terbaiknya bagi seluruh masyarakat. Tarif air bersih yang diberlakukan harus dapat mencapai titik impas untuk menutupi biaya produksi dan memberikan keuntungan bagi perusahaan, namun di sisi lain tarif yang diberlakukan harus affordable dan menjangkau daya beli masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah yang dapat dikaji adalah:

1. Bagaimana pola pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya air oleh PDAM Menang Mataram?


(25)

10 3. Bagaimanakah fungsi permintaan masyarakat terhadap air bersih dari

PDAM Menang Mataram?

4. Bagaimanakah penetapan tarif air PDAM yang sesuai untuk PDAM Menang Mataram dan masyarakat?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka didapat tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengidentfikasi pola pengelolaan sumberdaya air di PDAM Menang Mataram.

2. Mengestimasi fungsi biaya produksi air bersih di PDAM Menang Mataram.

3. Mengestimasi fungsi permintaan masyarakat terhadap air bersih dari PDAM Menang Mataram.

4. Mengevaluasi penetapan tarif air PDAM dengan mekanisme Marginal Cost Pricing.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian ini akan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Akademisi dan Peneliti.

Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan dipelajari sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan.


(26)

11 2. Bagi PDAM dan Pemerintah Daerah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan dalam rangka penyediaan air bersih dan pengelolaan air. PDAM dapat meninjau kembali tarif yang diberlakukan agar PDAM dapat memenuhi kedua fungsinya yakni fungsi pelayanan dan menghasilkan keuntungan.

3. Bagi Masyarakat Luas

Dengan agar dapat mengetahui mekanisme PDAM Menang Mataram dalam melakukan sistem pengelolaan air bersih sehingga dapat melakukan upaya kooperatif dalam penjagaan lingkungan serta penghematan air.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian di PDAM Menang Mataram dengan lebih memfokuskan dan menilai aspek pengelolaan sumberdaya air, produksi air, biaya produksi serta permintaan masyarakat terhadap air bersih. Setelah mendapatkan hasil dari tujuan-tujuan diatas, tujuan akhir yang ingin dicapai adalah mengevaluasi kebijakan tarif air PDAM Menang Mataram.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Sumberdaya Air

Sumberdaya air merupakan salah satu barang vital yang diperlukan bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Air dianggap sebagai barang publik dimana setiap orang berhak memperoleh manfaat atas air. Akibatnya, air sering dianggap sebagai free goods sehingga untuk memperoleh air tidak perlu membayar. Karena sifat barang publik tersebut, maka penggunaan air cenderung bersifat eksploitatif. Kuantitas dan kualitas sumberdaya air mengalami perubahan sebagai akibat atas ketidakjelasan atas hak pengelolaan dan pemanfaatannya. Sumberdaya air menyediakan berbagai produk seperti air minum, air irigasi, pembangkit listrik tenaga air maupun wisata yang digunakan oleh pertanian, industri dan rumah tangga.

Menurut Undang-Undang Sumberdaya Air No. 7 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 2, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air permukaan adalah semua air yang berada di atas permukaan tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.

Menurut Sanim dalam Kusuma (2006), air sebagai sumberdaya alam dapat berupa persediaan sekaligus sebagai aliran. Air tanah misalnya, merupakan persediaan yang biasanya memerlukan aliran dan pengisian kembali oleh air hujan. Sifat air adalah stokastik, artinya air diatur oleh proses fisik yang berdistribusi kemungkinan (random). Pemasokan air bergantung pada topografi dan kondisi meteorologi, karena keduanya mempengaruhi peresapan dan


(28)

13 penguapan air. Dikarenakan sifat air yang stokastik inilah, maka pengambilan keputusan dalam mengembangkan suberdaya air didasarkan atas distribusi kemungkinan.

Menurut Anwar (1992) dalam Fadillah (2011), sumberdaya air memiliki karakteristik-karakteristik khusus sebagai berikut:

1. Mobilitas air. Sifat air yang merupakan zat cair istimewa memiliki ciri-ciri mudah mengalir, menguap, meresap dan keluar melalui suatu media tertentu. Adanya sifat-sifat tersebut menyebabkan sulitnya upaya untuk mewujudkan dan melaksanakan penegasan hak-hak (property rights) atas sumberdaya air tersebut secara eksklusif, agar dapat menjadi komoditas ekonomi yang dapat dipertukarkan dalam sistem ekonomi pasar.

2. Skala ekonomi yang melekat. Dalam penyimpanan, pengolahan, dan distribusi air terjadi skala ekonomi yang melekat pada komoditas air.Ada kalanya sifat yang demikian menyebabkan penawaran air bersifat monopoli alami (natural monopoly), sehingga semakin besar jumlah air yang ditawarkan maka semakin rendah biaya per satuan yang ditanggung oleh produsen.

3. Penawaran air berubah-ubah. Sifat penawaran air berubah-ubah menurut waktu, ruang, dan kualitasnya. Dalam keadaan kekeringan dan banjir, sumberdaya air ini dapat ditangani oleh pemerintah untuk kepentingan umum. 4. Kapasitas dan daya asimilasi dari badan air. Zat cair memiliki daya larut

untuk mengasimilasikan berbagai zat-zat padat atau zat-zat tercemar tertentu selama daya asimilasinya tidak terlampaui. Akibatnya, komoditas air


(29)

14 mengarah pada komoditas yang bersifat umum dimana setiap orang dapat mengangganya sebagai tempat pembuangan sampah.

5. Penggunaannya dapat digunakan secara beruntun (sequential use). Penggunaan secara beruntun ini terjadi ketika air mengalir dari hulu ke hilir sampai ke laut dan dengan beruntunnya penggunaan air selama perjalanan alirannya akan mengubah kualitas dan kuantitas air sehingga sering menimbulkan eksternalitas.

6. Penggunaannya yang serba guna (multiple use). Dengan kegunannya yang banyak tersebut maka pihak individu atau swasta dapat memanfaatkannya dan sisanya menjadi barang umum yang dapat menimbulkan eksternalitas.

7. Berbobot besar dan memakan tempat (bulky). Apabila ditambah dengan biaya yang tinggi untuk mewujudkan hak-hak kepemilikannya, akan menyebabkan air bersifat open access.

8. Nilai kultural yang melekat pada sumberdaya air. Sebagian besar masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menganggap air sebagai barang bebas anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak patut untuk dikomersialkan, sehingga menjadi kendala dalam alokasinya pada sistem pasar.

2.2 Konsep Ekonomi Sumberdaya Air

Sumberdaya air sebagai komoditas ekonomi pertama kali dideklarasikan pada International Conference on Water and Environment di Dublin pada tahun 1992. Menurut Perry et al. (1997), air dikategorikan sebagai barang ekonomi karena air memenuhi kriteria sebagaimana definisi ilmu ekonomi, yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia terkait dengan pemenuhan kebutuhannya dengan sumberdaya yang terbatas yang bisa digunakan dalam berbagai alternatif


(30)

15 pemanfaatan. Air memenuhi kebutuhan manusia dari untuk minum, mandi dan mencuci, hingga untuk keperluan irigasi, rekreasi, hingga kebutuhan lingkungan. Selain sebagai barang ekonomi, air juga dikategorikan sebagai barang publik (public goods). Meskipun pada banyak kasus air dapat diperlakukan sebagai barang ekonomi murni, namun peran air sebagai kebutuhan dasar semua mahluk hidup, barang yang mempunyai manfaat ekonomi, sosial, finansial, dan lingkungan, menyebabkan sumberdaya yang penting ini dikategorikan pula sebagai barang publik. Artinya, pengelolaan sumberdaya air harus dilakukan secara ekstra hati-hati agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara efektif dan efisien.

Tietenberg (1984) menyatakan bahwa sumberdaya dapat dikelola secara efisien asalkan sistem kepemilikan terhadap sumberdaya tersebut dibangun atas sistem property right yang efisien pula, antara lain:

1. Universality, yang berarti bahwa semua sumberdaya dimiliki secara pribadi (private owned) dan seluruh hak-haknya diperinci dengan lengkap dan jelas. 2. Exclusivity, berarti bahwa semua keuntungan dan biaya yang dibutuhkan

sebagai akibat dari kepemilikan dan pemanfaatan sumberdaya tersebut harus dimiliki hanya oleh pemilik tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dalam transaksi atau penjualan ke pihak lain.

3. Tranferability, berarti seluruh hak kepemilikan dapat dipindahtangankan dari satu pemilik ke pihak lainnya dengan transaksi yang bebas dan jelas.

4. Enforceability, berarti bahwa hak kepemilikan tersebut harus aman dari perampasan atau pengambilalihan secara tidak baik dari pihak lain.


(31)

16 Kusuma (2006) menyatakan bahwa sumberdaya air secara ekonomi tergolong ke dalam sumberdaya milik bersama. Sumberdaya semacam ini biasanya akan menghadapi masalah eksploitasi yang melebihi daya generasinya. Adanya permasalahan yang timbul menimbulkan sulitnya menegaskan hak-hak kepemilikan sumberdaya yang bersangkutan. Nilai dari air dibedakan dari dua elemen yaitu permintaan yang merupakan kebutuhan manusia dan keinginan membayar untuk kebutuhan tersebut serta penawaran yang merupakan biaya untuk menyediakan sumberdaya pada kuantitas, kualitas dan lokasi tertentu (Cech, 2005).

2.3 Konsep Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Menurut Saberan (1997) dalam Kusuma (2006), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) memiliki konsep yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan pada umumnya. PDAM memiliki dua orientasi yakni orientasi keuntungan (profit oriented) dan orientasi pelayanan (social service). Salah satu tujuan PDAM adalah turut serta dalam melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional pada umumnya, dengan cara menyediakan air minum yang bersih, sehat dan memenuhi persyaratan kesehatan bagi masyarakat di suatu daerah.

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 690-069 Tahun 1992 tentang Pola Petunjuk Teknis, Perusahaan Daerah Air Minum mempunyai tugas pokok pelayanan umum kepada masyarakat, dimana dalam menjalankan fungsinya PDAM harus mampu membiayai dirinya sendiri dan harus mengembangkan tingkat pelayanannya. Disamping itu, PDAM juga diharapkan mampu memberikan sumbangan pembangunan kepada pemerintah daerah.


(32)

17 Sedangkan menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 690-327 tahun 1994 tentang Pedoman dan Pemantauan Kinerja Keuangan PDAM, tujuan pendirian PDAM adalah untuk memenuhi pelayanan dan kebutuhan akan air bersih masyarakat, serta sebagai salah satu sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah) untuk mencapainya maka pengelolaan terhadap PDAM harus berdasarkan prinsip-prinsip dan asas ekonomi perusahaan sehat.

2.4 Penawaran dan Permintaan Air Bersih 2.4.1 Fungsi Permintaan

Air merupakan barang penting yang sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup, terutama manusia. Karena sifatnya sebagai barang ekonomi, air memiliki harga tertentu yang harus dibayarkan untuk dapat mengonsumsinya. Fungsi permintaan dibentuk dari jumlah permintaan air dengan harga yang bersedia dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan air dalam jumlah tertentu.

Kebutuhan air ini akan meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk, taraf hidup, dan perkembangan sektor industri. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi permintaan dalam teori ekonomi antara lain harga komoditi itu sendiri, rata-rata penghasilan rumah tangga, harga barang-barang lainnya, selera konsumen, distribusi pendapatan dan besarnya populasi atau jumlah penduduk. Sanim dalam Fadillah (2011) menyatakan bahwa pengendalian sumberdaya air dalam menghindari adanya pencemaran dan eksploitasi air yakni dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas. Kualitas air merupakan salah satu aspek yang makin banyak mendapat perhatian dalam pengelolaan sumberdaya air. Hal ini disebabkan karena para konsumen air tidak hanya menginginkan jumlah yang cukup, tetapi juga kualitas yang sesuai keperluan mereka.


(33)

18

2.4.2 Fungsi Penawaran

Fungsi penawaran menggambarkan jumlah barang yang ditawarkan penjual kepada konsumen dimana konsumen memiliki daya beli terhadap barang tersebut. Semakin tinggi permintaan, produsen biasanya akan menyesuaikan produksinya sehingga penawaran akan suatu barang akan turut meningkat.

Model penawaran dan permintaan digunakan untuk menentukan harga dan kuantitas yang terjual di pasar. Model ini memperkirakan bahwa dalam suatu pasar yang kompetitif harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen, sehingga terciptalah keseimbangan ekonomi antara harga dan kuantitas. Model ini mengakomodasi kemungkinan adanya faktor-faktor yang dapat mengubah keseimbangan yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk terjadinya pergeseran dari permintaan atau penawaran (Nicholson, 1995).

2.5 Fungsi Biaya Produksi

Biaya adalah pengorbanan sumberdaya ekonomi yang dinyatakan dalam bentuk uang yang telah atau akan terjadi untuk tujuan tertentu, biaya produksi adalah biaya yang dipakai untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi, pembiayaan pengolahan sumberdaya air ditetapkan berdasarkan kebutuhan nyata pengelolaan sumberdaya air agar pelaksanaannya dilakukan secara wajar untuk menjamin keberlanjutan fungsinya. Menurut Nugroho (2002) dalam Fadillah (2011), jenis pembiayaan pengelolaan sumberdaya air meliputi biaya sistem informasi, perencanaan, pelaksanaan kontruksi termasuk didalamnya biaya konservasi sumberdaya air, operasi, pemeliharaan, pemantauan, evaluasi dan biaya pemberdayaan masyarakat.


(34)

19 Doll dan Orazam (1984), mendefinisikan biaya produksi sebagai pengeluaran yang terjadi dalam melaksanakan proses produksi. Produk yang dihasilkan dalam produksi air PDAM hanya satu jenis dalam suatu proses produksi, maka untuk menetapkan harga pokok air PDAM dapat dilakukan dengan metode pembagian yaitu membagi seluruh biaya produksi dengan jumlah satuan air yang diproduksi pada periode tertentu sedangkan rumus matematikanya adalah :

��� = �� � =

���+��� �

Keterangan : TC = Total Cost

TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap total)

TVC = Total Variable Cost ( biaya variabel total) HPP = Harga Pokok Penjualan

Q = Jumlah air yang dijual

2.6 Penetapan Tarif PDAM

Suparmoko (1995) menyatakan bahwa ada dua cara untuk menentukan harga air, yaitu atas dasar biaya marjinal (MC) dan atas dasar biaya rata-rata (AC). Selain itu, ada dua hal yang harus dipertimbangkan yakni faktor laba atau faktor distribusi agar lebih banyak barang atau air yang tersedia bagi masyarakat. Pada Gambar 4 dapat dilihat apabila harga ditetapkan dengan dasar marginal cost pricing, maka harga yang berlaku adalah sebesar OP1 = AS dan produksi yang dihasilkan adalah sebesar OA. Pada keadaan ini, harga yang dicapai yakni P1 akan bernilai sama dengan biaya marjinal (MC), yakni biaya tambahan yang harus


(35)

20 R

B A

MR Harga

Jumlah/ Volume Air P1

P2

dikeluarkan untuk menambah produksi air sebanyak satu satuan. Pada titik ini, biaya rata-rata (AC) lebih rendah dari P1. Karena harga yang bersedia dibayar oleh konsumen lebih tinggi daripada biaya per unit air, maka penerimaan (TR) akan lebih tinggi dari biaya total (TC) sehingga perusahaan mendapat keuntungan. Namun jika perusahaan menetapkan harga atas dasar average cost pricing (AC), maka harga yang berlaku adalah sebesar OP2 = BR. Karena biaya yang bersedia dibayar oleh konsumen besarnya sama dengan biaya per unit produksi maka perusahaan tidak mendapatkan keuntungan (break even point), laba bernilai nol.

MC

AC S

D= AR

Sumber: Suparmoko (1995)

Gambar 2. Penentuan Harga Air Atas Dasar Biaya Marjinal dan Biaya Rata-rata.

Berdasarkan uraian diatas, jika perusahaan mempunyai orientasi perolehan keuntungan, maka harga terbaik yang diberlakukan adalah harga yang ditetapkan atas dasar biaya marjinal (MC pricing). Hal ini dikarenakan pada titik tersebut perusahaan mengalami biaya yang semakin menurun (decreasing cost) yakni pada daerah sebelah kiri OA yang artinya perusahaan mengalami keuntungan. Namun jika perusahaan mempunyai orientasi pelayanan, dengan


(36)

21 pertimbangan distribusi yang lebih banyak, maka penentuan harga terbaik adalah pada harga yang diambil atas dasar biaya rata-rata (AC pricing) yang menyebabkan perusahaan tidak akan mendapat keuntungan, namun seluruh biaya produksi tetap terpenuhi.

2.7 Penelitian Terdahulu

Sudrajat (1997) melakukan penelitian mengenai pengelolaan air PDAM di Kotamadya Pontianak. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui kondisi biaya-biaya produksi yang mempengaruhi PDAM sebagai suatu unit usaha. Alat analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah analisis biaya variabel total (TVC), biaya variabel rata-rata (AVC) dan biaya marjinal (MC). Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis kebijakan tarif air PDAM yang akan dianalisis menggunakan analisis permintaan atau konsumsi air PDAM dengan menggunakan fungsi double log dan analisis keinginan membayar konsumen dengan cara menghitung keinginan dan kemampuan untuk membeli (willingness to pay). Hasil penelitian Sudrajat menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik biaya, dengan semakin meningkatnya produksi perusahaan, biaya variabel rata-rata dan biaya marginal semakin menurun sehingga terjadi eksternalitas teknis pada pengelolaan air PDAM Kotamadya Pontianak. Pada umumnya, pelanggan PDAM adalah golongan masyarakat dengan pendapatan lebih tinggi, sehingga semakin tinggi volume bak mandi yang dimiliki maka akan semakin tinggi konsumsi PDAM per kapita. Hal tersebut dikarenakan pemilik bak cenderung menggunakan baknya untuk menampung air PDAM dibanding menampung air hujan. Hasil penelitian


(37)

22 yang overestimated ini menunjukan bahwa sumberdaya air PDAM sudah memiliki nilai tinggi di tangan konsumen.

Perhitungan harga pokok air menggunakan metode pembagian yaitu membagi keseluruhan biaya produksi dengan banyaknya air PDAM yang terjual. Penetapan tarif air minum didasarkan pada kemampuan membayar dan konsep increasing block tariff. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa rumah tangga memiliki respon bahwa air PDAM memiliki nilai yang tinggi. Adapun hasil pendugaan terhadap permintaan air PDAM oleh pelanggan rumah tangga dengan menggunakan analisis regresi menunjukan bahwa konsumsi air PDAM oleh golongan rumah tangga dipengaruhi oleh harga riil air PDAM, jumlah anggota keluarga, pendapatan rumah tangga, lama berlangganan air, penilaian kualitas air PDAM, golongan pelanggan dan kepemilikan sumber lain sebagai alternatif.

Penelitian lainnya oleh Kusuma (2006) melakukan penelitian mengenai pengelolaan air dan kebijakan tarif air di Kota Madiun. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan tarif dan mengestimasi variabel-variabel yang mempengaruhi fungsi biaya pengelolaan air bersih dengan menggunakan regresi linier berganda dan analisis penetapan tarif dengan marginal cost pricing dan variasi tarif serta melihat penyesuaian tarif air dengan melihat perhitungan laba rugi dari PDAM. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa hasil analisis model biaya pengelolaan air PDAM Madiun dari tahun 1995-2005 menunjukkan bahwa baik biaya variabel, biaya investasi maupun jumlah produksi air berpengaruh nyata dengan arah yang positif terhadap total biaya pengelolaan air PDAM dan penetapan tarif air baik secara ekonomi maupun finansial telah dapat memberikan


(38)

23 susunan tarif yang sesuai dengan kondisi masyarakat telah mencapai kondisi full cost recovery.

Esanawati (2009) melakukan penelitian mengenai fungsi produksi, penetapan tarif dan alokasi air minum yang efisien di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengidentifikasi pengelolaan air dan memproyeksikan pengembangan kapasitas produksi PDAM Tirta Patriot sepuluh tahun yang akan datang dengan menggunakan metode pemulusan dengan teknik eksponensial ganda yang dilakukan dengan analisis kapasitas produksi, analisis deskriptif juga melihat analisis pola pengelolaan sumberdaya air.

Hasil penelitian Esanawati menunjukkan bahwa tingkat kekeruhan air baku berpengaruh nyata dan negatif, penggunaan tarif yang berlaku belum memenuhi besaran tarif dasar dengan mekanisme biaya pemulihan penuh sebesar Rp. 2.239/m3kemudian proyeksi produksi air dengan model ARIMA 2,1,0, tren

produksi air yang meningkat dari tahun ke tahun dengan menggunakan teknik pemulusan data eksponensial ganda menunjukkan hasil yang berfluktuatif yang cenderung meningkat setiap tahunnya.

Fadillah (2011) melakukan penelitian mengenai analisis ekonomi pengelolaan sumberdaya air pada instalasi pengolahan air di PDAM Bekasi. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengidentifikasi pengelolaan sumberdaya air, biaya produksi air, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi air, serta harga pokok air bersih berdasarkan instalasi pengolahan air di PDAM Bekasi. Hasil yang didapat menyatakan bahwa air baku, air produksi, penggunaan bahan kimia, dan penggunaan daya listrik berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi air. Sedangkan biaya instalasi dan produksi air diketahui berpengaruh


(39)

24 nyata terhadap fungsi biaya produksi air. Laju pertumbuhan marginal cost dan average cost diketahui bernilai positif setiap tahunnya dan berbeda-beda untuk setiap cabang instalasi pengolahan air. Penetapan harga air PDAM berdasarkan marginal cost pricing sudah dapat mencapai kondisi tertutupinya seluruh biaya pengelolaan.


(40)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM 3.1.1 Biaya Produksi Air PDAM

Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk berupa air bersih. Suparmoko (1995) menyatakan bahwa biaya produksi air bervariasi pada tiga dimensi yaitu jumlah pelanggan, kapasitas untuk menyediakan dalam arti kapasitas yang berbeda-beda untuk melayani daerah yang berbeda-beda dan jarak pengiriman atau penyerahan air ke tempat pemakai. Atas dasar klasifikasi tersebut, biaya produksi air dibagi ke dalam biaya kapasitas, biaya langganan dan biaya penyerahan.

Biaya kapasitas berkaitan dengan ukuran perusahaan seperti instalasi pengolahan air minum. Biaya langganan berkaitan dengan jumlah dan penyebaran para pelanggan yang meliputi biaya penagihan, biaya meteran, dan biaya pelayanan atau perbaikan-perbaikan nama pada rekening serta biaya untuk membaca meteran dan rekening. Biaya penyerahan berkaitan dengan volume pengiriman air sepeti biaya transport dan biaya penyaluran.

Komponen biaya produksi pengelolaan air PDAM adalah biaya pengadaan bahan baku, biaya pengolahan, biaya transmisi, biaya distribusi, biaya umum, biaya administrasi, biaya penyusutan dan biaya amortisasi instalasi non pabrik1. Salah satu maksimisasi keuntungan produsen/perusahaan adalah dengan minimisasi biaya produksi. Biaya eksplisit adalah pengeluaran aktual (secara akuntansi) perusahaan untuk penggunaan sumber daya dalam proses produksi.

1


(41)

26 Sedangkan biaya implisit merupakan biaya ekonomi perusahaan atas penggunaan sumber daya yang ditimbulkan karena proses produksi.

3.1.2 Biaya Pengelolaan Produksi Air PDAM

Menurut McNeill dan Tate (1991) dalam Ariestis (2004), biaya pengelolaan air PDAM terdiri atas biaya ekspansi (expansion cost), biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (average cost). Yang dimaksud dengan biaya ekspansi adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka pengembangan kapasitas pelayanan PDAM kepada masyarakat pelanggan. Contoh dari biaya ekspansi adalah pengeluaran untuk sambungan baru. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan air PDAM yang tidak berubah-ubah dalam waktu yang pendek terlepas dari volume air yang disalurkan. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap antara lain adalah biaya gaji pegawai yang tidak berhubungan dengan proses produksi air, biaya penyusutan peralatan, biaya beban kantor, biaya perjalanan dinas dan lain-lain. Komponen biaya terakhir yaitu biaya variabel adalah biaya yang besarannya berubah-ubah atau bervariasi sesuai dengan jumlah (volume) air yang disalurkan kepada pelanggan dan yang terbuang dalam waktu yang pendek. Contoh biaya variabel adalah biaya produksi air serta biaya penelitian dan pengembangan.

3.2 Penetapan Harga Air pada PDAM 3.2.1 Harga Pokok Air PDAM

Manulang (1988) dalam Ristiani (2005) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan harga pokok adalah jumlah biaya untuk memproduksikan suatu produksi ditambah biaya lainnya sehingga barang itu berada di pasar. Unsur harga pokok dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu :


(42)

27 1. Biaya langsung, adalah biaya yang langsung diterapkan kepada sejumlah

hasil produksi tertentu, biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan mentah dan upah yang dibayar kepada tenaga kerja dalam suatu proses produksi dan merupakan biaya langsung kepada hasil produksi yang bersangkutan.

2. Biaya tidak langsung, adalah biaya yang tak langsung ditetapkan kepada sejumlah hasil produksi tertentu akan tetapi kepada suatu prestasi, dengan perkataan lain biaya tak langsung merupakan biaya kepada prestasi tertentu dan termasuk biaya umum dan biaya penjualan.

Kusuma (2006) menyatakan yang termasuk biaya langsung dalam proses produksi air PDAM adalah biaya sumber, biaya pengolahan, biaya transmisi, serta distribusi. Sedangkan yang termasuk dalam biaya tidak langsung adalah biaya administrasi dan umum yang terdiri dari biaya pegawai, biaya kantor, biaya hubungan langganan, biaya litbang, biaya keuangan, biaya pemeliharaan, rupa-rupa biaya umum, penyusutan, instalasi biaya umum dan biaya bank.

Penetapan harga pokok dilakukan dengan Metode Pembagian (Dealings Model) yakni dengan membagi total biaya keseluruhan yang dikeluarkan untuk proses produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan. Metode ini hanya dapat digunakan jika barang yang diproduksi hanya satu jenis barang yang homogen. Karena air merupakan barang tersebut, maka metode ini dirasa paling cocok untuk diterapkan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Harga Pokok Air = Total biaya produksi air Jumlah air yang diproduksi


(43)

28

3.2.2 Penetapan Tarif Air PDAM

Air merupakan barang ekonomi yang harus dikelola secara efisien. Penetapan tarif penggunaan air bersih sangat mempengaruhi tingkat efisiensi pengelolaan sumberdaya air tersebut. Metode penetapan tarif air bisanya dibuat sedemikian rupa agar dapat memberikan manfaat atau penerimaan bagi pegelola sumberdaya air yakni PDAM itu sendiri, serta dapat menjamin keberlangsungan pengelolaan dan sumberdaya itu sendiri.

3.2.2.1 MarginalCostPricing

Efisiensi alokasi penggunaan umumnya dapat dicapai pada suatu titik dimana keuntungan marjinal (marginal benefit) bernilai sama dengan biaya marjinalnya (marginal cost), sehingga efisiensi ekonomi terjadi pada saat harga air ditetapkan sama dengan biaya marjinal yang bertujuan memaksimumkan nilai manfaat sosial bersih (Net Social Benefit). Hall (1996) dalam Syaukat (2000) menyatakan bahwa marginal cost pricing memiliki dua tujuan. Pertama, sebagai sinyal kepada konsumen mengenai biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan tambahan air. Dengan menggunakan informasi ini konsumen dapat memilih untuk mengonsumsi sejumlah tambahan air yang hanya jika dapat memberi tambahan manfaat yang setidaknya sama besar dengan biaya marjinal untuk memproduksi air. Kedua, bagi pengelola air tujuannya adalah untuk memberi sinyal berapa jumlah yang bersedia dibayar oleh konsumen pada tingkat harga tersebut. Berdasarkan harga yang direspon oleh konsumen, pengelola air dapat melihat mampu tidaknya konsumen membayar biaya marjnal dalam penyediaan air.

Syaukat (2000) menyatakan bahwa sebagian besar ahli ekonomi berpendapat penetapan biaya marjinal dapat menunjukkan bahwa kegunaan


(44)

29 S

S

(utility) mengalami defisit. Hal ini bergantung pada hubungan antara biaya marjinal dengan biaya rata-rata produksi air. Masalah defisit tidak akan muncul pada kondisi ketika biaya marjinal lebih tinggi daripada biaya rata-rata pada jumlah output dengan harga tertentu. Namun jika utilitas memiliki bentuk kurva biaya rata-rata yang menurun, maka penetapan harga atas dasar biaya marjinal akan menyebabkan kerugian.

(a) Rising Arverage Cost (Naik) (b) Falling Average Cost (Turun)

Sumber: Hall dalam Syaukat (2000)

Gambar 3. Kurva Marginal Cost dan Average Cost pada Average Cost Naik (Rising) dan Menurun (Falling)

Gambar 3 bagian (a) menunjukkan kondisi saat average cost mengalami kenaikan. Kurva dd’ adalah kurva permintaan agregat. Biaya marjinal dan biaya rata-rata penawaran air ditunjukkan oleh kuva MC dan AC pada gambar. Biaya marginal (MC) seharusnya lebih kecil dari biaya rata-rata (AC) pada saat bentuk kurvanya menurun dan lebih besar ketika bentuk kurvanya naik. Jika sebuah harga tunggal untuk air dibebankan untuk menutupi biaya, maka harga akan

d d

V R R

d’ y price

MC AC

d’

y price

MC

AC

B A A B

U

U

T T

O O


(45)

30 bernilai sama dengan OT dan air yang diproduksi sebesar OA. Dalam hal ini harga sama dengan biaya satuan dan kegunaan (utility) tidak mendapat keuntungan (keuntungan sama dengan nol atau normal profit). Bagaimanapun juga, ini bukan merupakan solusi untuk penggunaan sumberdaya yang terbaik. Pengggunaan sumberdaya yang terbaik adalah memproduksi air pada tingkat dimana marginal cost untuk tambahan penawaran air sama dengan harga air yang ingin dibayar konsumen. Pada solusi tersebut, jumlah keluaran yang tepat adalah sejumlah OB dengan harga marginal sebesar BS. Harga BS lebih besar daripada average cost, sehingga ada keuntungan bagi perusahaan. Keuntungan ini terletak antara penerimaan dan biaya, sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan ekspansi di masa depan.

Masalah mengenai marginal cost pricing timbul ketika kurva marginal benefit (dd’) memotong kurva average cost dalam selang AC yang masih menurun, seperti yang digambarkan pada Gambar 3 bagian (b). Jumlah output dan harga output yang berdasarkan biaya rata-rata adalah sebesar OA dan AR, sementara jumlah output dan harga output yang berdasarkan biaya marjinal adalah sebesar OB dan BS. Pada kondisi ini, perusahaan akan mengalami kerugian. Kerugian yag terjadi sebesar selisih antara biaya rata-rata (AC) dan harga sebesar U dikalikan dengan jumlah output pada kondisi efisien. Kerugian yang dialami sebesar SV dikalikan dengan OB.

3.2.2.2 FullCostRecoveryPricing

Marginal Cost Pricing hanya fokus pada kondisi biaya marjinal yang ditunjukkan saat keuntungan marjinal dari mengkonsumsi air sama dengan biaya marjinalnya dan mengabaikan kondisi secara total. Kondisi keduanya baik biaya


(46)

31 total dan marjinal perlu diaplikasikan saat menentukan tingkat harga dan kuantitas. Penetapan harga atau tarif yang memperhatikan kondisi total adalah dengan FCRP. Hanemann (1998) dalam Fadillah (2011) membagi metode FCRP kedalam tiga bentuk :

a) Ramsey Pricing : digunakan untuk menunjukkan sebuah kumpulan harga yang sama yang memaksimumkan keuntungan sosial bersih.

b) Coase’s Two-part Tarif : metode ini menggunakan sebuah strategi tarif dua bagian untuk menemukan kondisi total dimana keuntungan total seharusnya melebihi total biaya. Ketika harga air dibentuk berdasarkan tarif dua bagian, konsumen atau pelanggan harus membayar ongkos tetap atau biaya masuk dalam bentuk sewa meteran dan bea administrasi dengan tujuan untuk menutupi biaya penggunaan air yang tidak berubah menurut jumlah penjualan. c) Decreasing and Increasing Block Rates: Metode ini merupakan perluasan dari

penetapan tarif dua bagian increasing atau decreasing block rates dibedakan hanya pada tingkat urutan harga. Increasing block rate terjadi ketika p1<p2<p3…<pn yakni harga akan semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah penggunaan air dan sebaliknya untuk decreasing block rate. Pemberlakuan sistem decreasing dan increasing block rate berbeda-beda tergantung kondisi yang dimiliki daerah. Decreasing block rate biasanya digunakan pada daerah atau negara yang memiliki jumlah sumberdaya air yang melimpah. Sistem penentuan harga yang berlaku di Indonesia adalah increasing block tariff yaitu konsep dimana tingkat harga yang sesuai dengan peningkatan jumlah air dengan tujuan meningkatkan subsidi silang dari golongan masyarakat.


(47)

32

3.3 Kerangka Pemikiran Operasional

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) memiliki tanggung jawab dalam melakukan pengelolaan sumberdaya air di suatu daerah. Dalam penyelenggaraannya, PDAM berusaha mengolah air yang didapat dari sumber air tertentu menjadi air bersih yang layak untuk dikonsumsi dan kemudian menyalurkannya kepada masyarakat. Namun kegiatan yang dilakukan oleh PDAM seringkali mengalami kendala dan permasalahan dalam pelaksanaannya. Kendala yang dihadapi seringkali cukup rumit dan kompleks mulai dari kelembagaan, anggaran, respon masyarakat, teknologi, maupun kendala-kendala lingkungan. Salah satu masalah yang tengah dialami oleh beberapa PDAM di Indonesia adalah masalah dana serta biaya-biaya produksi dan operasional pengelolaan air. Peningkatan ini dipicu oleh krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia dan berdampak besar bagi PDAM sebagai penyedia air bersih. Suatu solusi atau alternatif kebijakan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini harus ditemukan agar keberlangsungan pengelolaan air bisa tetap terjaga.

Tahap pertama penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya air oleh PDAM Menang Mataram dengan menggunakan analisis deksriptif. Tahapan ini meliputi berbagai hal antara lain mengenai deskripsi produksi air, bagaimana pengelolaan air baku hingga menjadi air bersih yang siap disalurkan, serta kendala-kendala yang dihadapi. Tahap kedua adalah dengan menganalisis fungsi biaya produksi dengan cara regresi linear berganda. Hal ini dilakukan untuk melihat pengelolaan dan penawaran air bersih dari sisi PDAM sebagai supplier.


(48)

33 Tahap berikutnya adalah mengetahui respon terhadap air bersih dari sisi konsumen. Pada tahapan ini peneliti bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan air bersih serta bagaimanakah bentuk kurva permintaan tersebut. Tahap terakhir adalah melakukan evaluasi terhadap penetapan tarif air bersih PDAM dengan mekanisme marginal cost pricing. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 4.


(49)

34

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

Pengelolaan Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih

Perusahaan Daerah Air

Kelangkaan Ketersediaan Air Bersih, Biaya Produksi Tinggi, Cakupan Pelayanan Rendah, Tarif Air PDAM

Sistem Pengelolaa n SD Air

Estimasi Fungsi Permintaan Air

Penetapan Tarif Air Secara Ekonomi Sisi Produsen

Sisi Konsumen

Analisis Ekonomi

Estimasi Fungsi Biaya Produksi

Evaluasi Tarif Air Bersih PDAM


(50)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di tiga kabupaten yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara dengan mengambil kasus pengelolaan sumberdaya air oleh PDAM Menang Mataram. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PDAM Menang Mataram memiliki fungsi dan peran yang strategis terhadap penyediaan air bersih di tiga kabupaten di Pulau Lombok namun wilayah cakupannya masih sangat kecil serta pengelolaan yang kurang efisien. Pemilihan lokasi ini bertujuan untuk menganalisis sistem pengelolaan sumberdaya air PDAM Menang Mataram dalam mengolah dan memanfaatkan sumberdaya air, mengestimasi fungsi biaya produksi, mengestimasi fungsi permintaan terhadap air serta mengevaluasi kebijakan tarif air yang sedang berlaku dengan metode marginal cost pricing. Pengambilan data primer penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2012.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden melalui kuesioner. Data primer berupa data cross section yang meliputi data mengenai respon dan permintaan konsumen terhadap air PDAM, data-data mengenai pengelolaan sumberdaya air di PDAM Menang Mataram dan datalainnya yang terkait dengan penelitian. Data sekunder berupa data deret waktu (time series) yang meliputi data-data terkait yang dibutuhkan dalam penelitian ini,


(51)

36 antara lain data-data produksi air, biaya produksi, kebijakan tarif, serta data-data lainnya yang dibutuhkan di dalam penelitian ini. Data-data ini diperoleh dari berbagai pustaka serta data yang tersedia di PDAM Menang Mataram.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Sampel yang dimaksud merupakan rumah tangga konsumen air PDAM yang mencakup seluruh daerah pelayanan PDAM Menang Mataram yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok Utara. Sampel yang digunakan dihitung dengan rumus Slovin sebanyak 99 konsumen PDAM Menang Mataram yang mencakup konsumen rumah tangga dan kelompok sosial melalui perhitungan berikut.

� = �

1 +��2

� = 81940

1 + 81940. (0,1)2 � = 99,8

Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang sudah dipersiapkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Matriks Pengumpulan Data dan Metode Analisis No Tujuan Penelitian Data yang

Diperlukan

Sumber Data

Metode Analisis 1. Mengidentifikasi

pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air oleh PDAM Menang Mataram

Data sumber air baku PDAM Menang Mataram, mekanisme pengelolaan air baku,

PDAM Menang Mataram

Analisis Deskriptif

2. Mengestimasi Fungsi Biaya Produksi Air Bersih

Data Produksi air, Data Biaya Total Produksi, Data Bagian Produksi dan Bagian Estimasi fungsi TC melalui regresi linier .


(52)

37 No Tujuan Penelitian Data yang

Diperlukan Sumber Data Metode Analisis Komponen-komponen Biaya Total Keuangan PDAM Menang Mataram 3 Mengestimasi

Permintaan Air Bersih PDAM Menang Mataram

Konsumsi air bersih, Pendapatan, Harga air, Data sumur/embung, Tingkat Pendidikan, Aggota Keluarga,

Data Primer Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan air besih melalui regresi linear berganda 4 Evaluasi tarif air

PDAM Menang Mataramt melalui mekanisme MC Pricing

Seluruh komponen biaya , tarif air yang berlaku, volume air terproduksi,

terdistribusi, terjual, pendapatan air, pendapatan non air

Bagian keuangan dan Profil Perusahaan PDAM Menang Mataram, wawancara. Metode Marginal Cost Pricing

4.4 Metode Analisis Data

Pengolahan dan analisis data-data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Excell 2007 dan SPSS 16.

4.4.1 Analisis Deskriptif

Juanda (2007) menyatakan bahwa analisis data pada dasarnya digunakan dalam rangka mengungkap informasi yang relevan di dalam data dan menyajikan hasil dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana. Analisis deskriptif diperlukan dalam melakukan analisis data dengan menggunakan berbagai cara misalnya dengan menampilkan grafik, diagram serta rekapitulasi data dalam bentuk tabel. Analisis deskriptif bersifat eksploratif berupaya menelusuri dan mengungkapkan struktur dan pola data tanpa mengaitkan secara kaku asumsi-asumsi tertentu.


(53)

38 Analisis deskriptif digunakan agar penelitian tidak hanya terbatas pada data statistik yang bersifat kaku, selain itu agar penelitian dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih menarik. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan antara lain untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai karakteristik pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air oleh PDAM Menang Mataram untuk masyarakat Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara.

4.4.2 Fungsi Biaya Produksi Air PDAM

Analisis fungsi biaya air PDAM merupakan analisis yang menjelaskan hubungan antara jumlah biaya total produksi air dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan biaya produksi tersebut. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pembentukan biaya total produksi tersebut adalah jumlah air yang di produksi serta biaya-biaya langsung dan tidak langsung yang harus ditanggung oleh perusahaan. Biaya langsung dan tak langsung tersebut terdiri dari biaya investasi seperti biaya instalasi sumber air dan biaya instalasi reservoir, serta biaya operasional seperti biaya pegawai dan biaya administrasi perusahaan.

Model dibangun dengan mentransformasi fungsi Cobb Douglass menjadi fungsi linear sebagai berikut:

��= �0�1

menjadi :

ln��= �0+ �1ln��+ �

dengan:

TC : Biaya total produksi air (Rp) Q : Jumlah produksi air bersih (M3)


(54)

39 t : Bulan ke t

tanda parameter yang diharapkan adalah : �0,�1, > 0

Metode statistik yang digunakan untuk menerangkan hubungan sebab akibat antara biaya produksi total dengan faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi itu sendiri adalah regresi linear dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square, OLS).

4.4.3 Fungsi Permintaan Air PDAM

Analisis fungsi permintaan merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan antara tingkat permintaan air PDAM dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya pembentukan tingkat permintaan air tersebut. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap permintaan air PDAM adalah tingkat konsumsi air bersih per rumah tangga, harga atau tarif air yang ditetapkan, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga serta kepemilikan sumur atau embung (tampungan air). Model fungsi permintaan dibangun dengan pendekatan metode regresi linear dan dirumuskan sebagai berikut:

�� =�0+�1���+�2��� + �3�� + �4���+ �5��� + �� dengan :

�� : Permintaan air per rumah tangga (M3)

��� : Jumlah anggota keluarga rumah tangga ke- i

��� : Pendapatan rumah tangga ke- i (Rp)

�� : Kepemilikan sumur/embung

��� : Lama pendidikan (tahun)

��� : Harga/tarif air PDAM yang rata-rata dibayarkan oleh rumah tangga ke- i per bulan (Rp/M3)


(55)

40

�0,�1,�2,�4,�5 : koefisien regresi

�3 : dummy sumur/embung, bernilai 1 jika rumah tangga mempunyai sumur/embung dan bernilai 0 jika sebaliknya.

Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah �1,�2,�4 > 0 dan �3,�5 < 0. Metode statistik yang digunakan untuk menerangkan hubungan antara tingkat permintaan air dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah regresi linear dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square, OLS).

4.4.4 Penetapan Tarif dengan Marginal Cost Pricing

Harga air yang efisien dan sesuai dengan marginal cost pricing adalah pada saat harga p = MC = d. Persamaan MC dapat diperoleh melalui penurunan fungsi biaya total pengelolaan sumberdaya air. Penurunan fungsi MC dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut:

�� = ���

��� = �0���1−1

Setelah mendapatkan fungsi MC, plotkan kurva MC dengan kurva demand sehingga akan terdapat titik perpotongan antara dua kurva. Titik ini merupakan titik dimana PDAM dapat berproduksi dengan alokasi sumberdaya air yang efisien. Harga dengan MC pricing ini kemudian akan dibandingkan dengan biaya rata-rata produksi dan tarif air yang diberlakukan.

4.5 Uji Kesesuaian Model

Evaluasi parameter terutama dilakukan berdasarkan kriteria ekonomi yaitu apakah tanda dan besaran estimator sesuai dengan yang diprediksi teori (theoretically meaningful). Seperti yang dikatakan Koutsoyiannis (1977) jika parameter yang dihasilkan memiliki tanda dan besaran yang tidak sesuai dengan yang diprediksi teori ekonomi maka hasil yang diperoleh harus ditolak kecuali


(56)

41 terdapat alasan yang kuat untuk membuktikannya dan penjelasan itu harus dinyatakan secara eksplisit.

Kriteria berikutnya adalah kriteria statistik yaitu parameter yang dihasilkan memuaskan secara statistik, memiliki koefisien determinasi (R2) tinggi dan standard error yang kecil (statistically satisfactory). R2 yang tinggi menunjukkan explanatory variable yang digunakan dapat menjelaskan sebagian besar variasi dari nilai variabel endogenous dan standard error parameter yang kecil menunjukkan tingginya reliabilitas model. Menurut Utama (2006), pengujian statisatik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel dependennya.

Kriteria terakhir yang digunakan adalah kriteria ekonometrika yaitu apakah asumsi yang diperlukan (terutama asumsi yang paling kritis) telah terpenuhi atau tidak. Jika asumsi tersebut tidak terpenuhi maka parameter estimasi tersebut boleh jadi bersifat bias atau bahkan tidak valid untuk digunakan dalam prediksi. Pengujian ekonometrik tersebut meliputi uji normalitas, autokorelasi, uji multikolinearitas serta uji heteroskedatisitas.

4.5.1. Goodness of Fit (R- Square)

R-Square adalah proporsi variasi dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya. R-Square memiliki range 0≤R-Square≤1. Jika R-Square bernilai 1 maka 100 variasi dalam variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen dalam model. Sedangkan jika R-Square bernilai 0 maka variasi dalam variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya. Nilai R-Square dirumuskan sebagai berikut:


(57)

42 R-Square = ���

��� dimana:

RSS = Jumlah kuadrat regresi; TSS = Jumlah kuadrat total.

4.5.2. Uji Statistik F

Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel eksogen secara bersama-sama memberikan pengaruh kepada variabel endogen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan distribusi F yang memiliki derajat kebebasan pembilang k-1 dan penyebut n-k. Nilai uji statistik untuk pengujian regresi k variabel dirumuskan sebagai berikut:

F-hitung = �2 �−1 1−�2 (�−�)−�

=

��� �−1 ��� (�−�)

dimana:

F−tabel = Fα (k-1, n-k) n : Jumlah pengamatan k : Jumlah variabel α : Selang kepercayaan Hipotesis :

H0 : β1 = β2 β1 = 0 H1 : β1 ≠ β2 β1 ≠ 0 F hitung > F tabel : Tolak H0


(58)

43 Jika F-hitung lebih besar dari f tabel pada selang kepercayan tertentu dengan derajat bebas k-1, n-k maka tolak H0, artinya variabel-variabel eksogen secara bersama-sama mampu memberikan pengaruh kepada variabel endogen. Sebaliknya jika nilai F-hitung lebih kecil, artinya parameter estimasi tidak berbeda dengan nol sehingga tidak akan memberikan pengaruh kepada variabel endogen.

4.5.3. Uji Statistik T

Pengaruh masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen dapat diketahui melalui uju statistik t yang dirumuskan sebagai berikut:

� − ℎ�����=�� − �� �� (��)

dimana: i = 0,1,2,3...n t tabel = tα/2, (n-k)

dengan:

ai : nilai koefisien regresi atau parameter se (ai) : Standar error dugan parameter

n : Jumlah pengamatan

k : Jumlah variabel

α : Selang kepercayaan

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 H1 : β1 ≠ 0 t-hitung > t-tabel : Tolak H0


(59)

44 Apabila t-hitung lebih besar daripada nilai t-tabel pada selang kepercayaan tertentu dengan derajat kebebasan n-k maka tolak H0, berarti variabel eksogen tersebut berpengaruh nyata secara statistik terhadap variabel endogen. Semakin besar nilai t-hitung, semakin menyatakan bahwa variabel tersebut signifikan secara statistik. Sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel maka artinya variabel tersebut tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel endogen.

4.5.4. Uji Multikolinearitas

Model yang melibatkan banyak variabel bebas seringkali mengalami masalah multikolinearitas. Menurut Gujarati (1995), multikolinearitas adalah adanya hubungan linear antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi sehingga nilai koefisien sulit untuk ditentukan. Jika dalam suatu persamaan regresi terdapat perfect multicolinearity maka nilai koefisien tidak dapat ditentukan dan nilai standar error menjadi tidak terhingga (infinite). Metode OLS (Ordinary Least Square) yang digunakan untuk menduga persamaan yang mengandung near multicolinearity akan tetap menghasilkan parameter yang tidak bias dan tetap mempunyai varians yang minimum.

Salah satu cara mendeteksi adanya multikolinearitas dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10 maka tidak terdapat multikolinearitas. Sebaliknya, jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) > 10 maka terdapat multikolinearitas.

4.5.5. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan salah satu pelanggaran asumsi klasik yang menyatakan bahwa dalam pengamatan yang berbeda tidak terdapat korelasi antar


(1)

127

Lampiran 9. Profit Dari Setiap Kelompok Langganan

No Kategori Pengguna Profit /pelanggan /bulan

Profit/pelanggan /tahun

Profit per

/bulan Profit /tahun

1 Kelompok Sosial

Sosial A -24 129 -289 544 -14 694 382 -176 332 588

Sosial B 3 224 38 687 2 156 773 25 881 279

Sosial C 73 779 885 345 3 320 044 39 840 526

Sosial D 72 891 874 695 49 784 720 597 416 644

2 Rumah Tangga

Rumah Tangga A 26 071 312 854 391 067 4 692 808

Rumah Tangga B 1 295 15 540 9 252 775 111 033 300

Rumah Tangga C 9 683 116 193 589 726 283 7 076 715 400 Rumah Tangga D 43 016 516 190 105 474 834 1 265 698 006

Rumah Mewah 85 302 1 023 629 42 992 403 515 908 839

3 Instansi Pemerintah

Instansi Pem Kab/Kota 343 272 4 119 267 123 921 281 1 487 055 371 Instansi Pem Prov 764 559 9 174 709 172 025 785 2 064 309 418

4 Niaga

Hotel Melati 77 126 925 515 3 393 555 40 722 665

Industri dan Niaga Besar 471 755 5 661 063 188 230 330 2 258 763 964

Niaga Kecil 54 899 658 791 48 530 910 582 370 922

Niaga Sedang 30 298 363 574 144 702 493 1 736 429 920

5 Kelompok Khusus

Koperasi Karya Bhari 1 052 159 12 625 912 3 156 478 37 877 735 PT Pelindo2 1 934 876 23 218 509 17 413 882 208 966 579

PT ASDP 16 478 374 197 740 490 32 956 748 395 480 980

GUMESE -6 457 969 -77 495 628 -12 915 938 -154 991 255 Air Segar Trawangan 15 069 308 180 831 690 15 069 308 180 831 690

Profit 18 629 996 047

Rugi -331 323 843

Total profit 18 298 672 203

Abonemen 478 398 000

Total Profit


(2)

128

Lampiran 10. Biaya Investasi dan Peningkatan Pelanggan

2008 2009 2010 2011 Rata-rata

Total Biaya Investasi

Per Tahun 5780267832 6348105651 9381909508 13296534470 8701704365 Kenaikan Biaya

Investasi 10% 48% 42% 33%

Biaya Total 25444247320 28497911796 34325812489 40299156926 32141782133 Persentase Biaya

Investasi 23% 22% 27% 33% 26%

Pelanggan 56649 60811 68168 75580 65302

Kenaikan Pelanggan 7% 12% 11% 10%

Profit Tahun 2011 18777070203

Profit PDAM (45%) 8449681591

Kenaikan Pelayanan yang Bisa


(3)

119

Lampiran 11. Proyeksi Kenaikan Pelanggan

Tahun Proyeksi Rumah Tangga* Pelanggan (9,8%) Pelanggan (21,8%)

Mataram Lombok Barat Lombok Utara Mataram Lombok Barat Lombok Utara Mataram Lombok Barat Lombok Utara

2007 98928 158.069 52.824 35153 17958 35153 17958

2008 100623 170.360 56.932 37185 19464 37185 19464

2009 104443 182.330 60.932 39558 17025 4228 39558 17025 4228

2010 111436 168.813 55.547 42690 20667 4811 42690 20667 4811

2011 115893 172189 56658 46231 24208 5141 46231 24208 5141

2012 120529 175633 57791 50762 26580 5645 56309 29485 6262

2013 125350 179146 58947 55736 29185 6198 68585 35913 7627

2014 130364 182729 60126 61198 32045 6805 83536 43742 9289

2015 135579 186383 61328 67196 35186 7472 101747 53278 11315

2016 141002 190111 62555 73781 38634 8205 123928 64893 13781

2017 146642 193913 63806 81012 42420 9009 150944 79039 16785

2018 152508 197791 65082 88951 46577 9892 96270 20445

2019 158608 201747 66384 97668 51142 10861 117257 24902

2020 164953 205782 67711 107239 56154 11925 142819 30330

2021 171551 209898 69066 117749 61657 13094 173953 36942

2022 178413 214096 70447 129288 67699 14377 211875 44995

2023 185549 218378 71856 141958 74334 15786 258063 54804

2024 192971 222745 73293 155870 81619 17333 66752

2025 200690 227200 74759 171146 89617 19032 81304

2026 208718 231744 76254 187918 98400 20897

2027 217066 236379 77779 206334 108043 22945

2028 225749 241107 79335 226555 118631 25193


(4)

120

2029 234779 245929 80921 130257 27662

2030 244170 250847 82540 143022 30373

2031 255864 84191 157038 33350

2032 260981 85875 172428 36618

2033 266201 87592 189326 40207

2034 271525 89344 207880 44147

2035 276956 91131 228252 48473

2036 282495 92953 250621 53224

2037 288145 94812 275182 58440

2038 293908 96709 302150 64167

2039 98643 70455

2040 100616 77360

2041 102628 84941

2042 104681 93265

2043 106774 102405

2044 108910 112441

Keterangan: *Data tahun 2007-2010 digunakan untuk memproyeksi pertumbuhan rumah tangga sampai dengan tahun 2044


(5)

131

Lampiran 12. Peta Lokasi Sumber Air dan Reservoir PDAM Menang Mataram


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dea Amanda, lahir pada tanggal 24 Juli 1991 di Jepara,

Jawa Tengah. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara, pasangan

Bapak Dr. Ir. Anas Zaini, M.Sc dan Ibu Dr. Halimatus Sa’diyah, M.Sc. Penulis

menamatkan sekolah dasar di SD Negeri 16 Mataram pada tahun 2002. Kemudian

melanjutkan ke SMP Negeri 2 Mataram, lulus pada tahun 2005. Penulis

selanjutnya diterima di SMA Negeri 1 Mataram dan lulus di tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi

yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI). Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan minor

Riset Operasi dari Departemen Matematika dan

supporting course

.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan dan

kepanitiaan. Penulis merupakan anggota muda BEM Fakultas Ekonomi dan

Manajemen pada periode kepengurusan 2009/2010 dan Staf Departemen

Kewirausahaan BEM Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada periode

kepengurusan 2010/2011.