Marginal Cost Pricing Penetapan Tarif Air PDAM

28

3.2.2 Penetapan Tarif Air PDAM

Air merupakan barang ekonomi yang harus dikelola secara efisien. Penetapan tarif penggunaan air bersih sangat mempengaruhi tingkat efisiensi pengelolaan sumberdaya air tersebut. Metode penetapan tarif air bisanya dibuat sedemikian rupa agar dapat memberikan manfaat atau penerimaan bagi pegelola sumberdaya air yakni PDAM itu sendiri, serta dapat menjamin keberlangsungan pengelolaan dan sumberdaya itu sendiri.

3.2.2.1 Marginal Cost Pricing

Efisiensi alokasi penggunaan umumnya dapat dicapai pada suatu titik dimana keuntungan marjinal marginal benefit bernilai sama dengan biaya marjinalnya marginal cost, sehingga efisiensi ekonomi terjadi pada saat harga air ditetapkan sama dengan biaya marjinal yang bertujuan memaksimumkan nilai manfaat sosial bersih Net Social Benefit. Hall 1996 dalam Syaukat 2000 menyatakan bahwa marginal cost pricing memiliki dua tujuan. Pertama, sebagai sinyal kepada konsumen mengenai biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan tambahan air. Dengan menggunakan informasi ini konsumen dapat memilih untuk mengonsumsi sejumlah tambahan air yang hanya jika dapat memberi tambahan manfaat yang setidaknya sama besar dengan biaya marjinal untuk memproduksi air. Kedua, bagi pengelola air tujuannya adalah untuk memberi sinyal berapa jumlah yang bersedia dibayar oleh konsumen pada tingkat harga tersebut. Berdasarkan harga yang direspon oleh konsumen, pengelola air dapat melihat mampu tidaknya konsumen membayar biaya marjnal dalam penyediaan air. Syaukat 2000 menyatakan bahwa sebagian besar ahli ekonomi berpendapat penetapan biaya marjinal dapat menunjukkan bahwa kegunaan 29 S S utility mengalami defisit. Hal ini bergantung pada hubungan antara biaya marjinal dengan biaya rata-rata produksi air. Masalah defisit tidak akan muncul pada kondisi ketika biaya marjinal lebih tinggi daripada biaya rata-rata pada jumlah output dengan harga tertentu. Namun jika utilitas memiliki bentuk kurva biaya rata-rata yang menurun, maka penetapan harga atas dasar biaya marjinal akan menyebabkan kerugian. a Rising Arverage Cost Naik b Falling Average Cost Turun Sumber: Hall dalam Syaukat 2000 Gambar 3. Kurva Marginal Cost dan Average Cost pada Average Cost Naik Rising dan Menurun Falling Gambar 3 bagian a menunjukkan kondisi saat average cost mengalami kenaikan. Kurva dd’ adalah kurva permintaan agregat. Biaya marjinal dan biaya rata-rata penawaran air ditunjukkan oleh kuva MC dan AC pada gambar. Biaya marginal MC seharusnya lebih kecil dari biaya rata-rata AC pada saat bentuk kurvanya menurun dan lebih besar ketika bentuk kurvanya naik. Jika sebuah harga tunggal untuk air dibebankan untuk menutupi biaya, maka harga akan d d V R R d’ y price MC AC d’ y price MC AC B A A B U U T T O O 30 bernilai sama dengan OT dan air yang diproduksi sebesar OA. Dalam hal ini harga sama dengan biaya satuan dan kegunaan utility tidak mendapat keuntungan keuntungan sama dengan nol atau normal profit. Bagaimanapun juga, ini bukan merupakan solusi untuk penggunaan sumberdaya yang terbaik. Pengggunaan sumberdaya yang terbaik adalah memproduksi air pada tingkat dimana marginal cost untuk tambahan penawaran air sama dengan harga air yang ingin dibayar konsumen. Pada solusi tersebut, jumlah keluaran yang tepat adalah sejumlah OB dengan harga marginal sebesar BS. Harga BS lebih besar daripada average cost, sehingga ada keuntungan bagi perusahaan. Keuntungan ini terletak antara penerimaan dan biaya, sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan ekspansi di masa depan. Masalah mengenai marginal cost pricing timbul ketika kurva marginal benefit dd’ memotong kurva average cost dalam selang AC yang masih menurun, seperti yang digambarkan pada Gambar 3 bagian b. Jumlah output dan harga output yang berdasarkan biaya rata-rata adalah sebesar OA dan AR, sementara jumlah output dan harga output yang berdasarkan biaya marjinal adalah sebesar OB dan BS. Pada kondisi ini, perusahaan akan mengalami kerugian. Kerugian yag terjadi sebesar selisih antara biaya rata-rata AC dan harga sebesar U dikalikan dengan jumlah output pada kondisi efisien. Kerugian yang dialami sebesar SV dikalikan dengan OB.

3.2.2.2 Full Cost Recovery Pricing