72
6.3 Fungsi Permintaan Air PDAM
Fungsi permintaan air PDAM dibentuk dari beberapa variabel yang diduga memiliki pengaruh terhadap permintaan air pelanggan. Variabel yang
digunakanmeliputi jumlah anggota keluarga, pendapatan, sumber air lain yang dimiliki, pendidikan, serta harga air. Sampel yang diteliti berjumlah 99 orang
yang merupakan pelanggan PDAM Menang Mataram dari berbagai kelompok langganan. Hasil pendugaan fungsi permintaan dapat dilihat pada Tabel 12
berikut.
Tabel 12. Hasil Pendugaan Fungsi Permintaan Air PDAM Menang
Model Unstandardized
Coefficients t
Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Tolerance VIF
Constant 4.052
1.464 2.768
.007
LnAK
.503 .102
4.931 .000
.852 1.174
LnPa
.331 .092
3.588 .001
.479 2.088
D
-.176 .112
-1.569 .120
.664 1.505
LnEa
-.044 .184
-.241 .810
.669 1.495
LnP
-.858 .123
-6.972 .000
.874 1.144
R-square=0,603 Adj R-Square=0,582 DW=1,933
Sumber: Penulis, diolah 2012 Model persamaan regresi permintaan air PDAM menghasilkan parameter
estimasi sesuai dengan yang harapan yaitu jumlah anggota keluarga dalam suatu rumah tangga pengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen terhadap
permintaan air bersih. Dari hasil regresi didapatkan nilai koefisien sebesar 0,503 dimana interpretasinya adalah apabila rata-rata anggota keluarga naik sebesar
1 persen maka akan meningkatkan rata-rata permintaan air suatu rumah tangga sebesar 0,503 persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa dengan semakin
bertambahnya jumlah anggota rumah tangga maka jumlah permintaan rumah
73 tangga terhadap air bersih akan meningkat pula. Peningkatan tersebut
disebabkankan oleh bertambahnya konsumsi air bersih rumah tangga. Dari survey yang dilakukan setiap rumah tangga memiliki jumlah anggota keluarga rata-rata
sebanyak 4 orang. Pendapatan rumah tangga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
pada taraf nyata 5 persen terhadap permintaan air bersih. Nilai koefisien yang berhasil diperoleh untuk variabel ini sebesar 0,331 dimana interpretasinya adalah
apabila jumlah pendapatan rumah tangga naik sebesar 1 persen maka akan meningkatkan permintaan air bersih sebesar 0,331 persen per bulannya untuk
suatu rumah tangga. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa peningkatan pendapatan rumah tangga akan membawa pengaruh yang positif yakni dengan
meningkatkan jumlah permintan air rumah tangga. Dummy
kepemilikan sumber air lain dalam rumah tangga memiliki pengaruh yang negatif terhadap permintaan air bersih dan berpengaruh nyata pada
taraf nyata 15 persen. Dummy bernilai 0 jika rumah tangga hanya menggunakan air bersih dari PDAM Menang Mataram untuk konsumsi dan sebaliknya dummy
bernilai 1 jika rumah tangga memiliki sumber air bersih lain selain air bersih dari PDAM Menang Mataram. Nilai koefisien yang berhasil diperoleh untuk variabel
ini sebesar - 0,176 dimana interpretasinya adalah apabila rumah tangga memiliki sumber air lain dummy bernilai 1 maka akan menurunkan permintaan air bersih
PDAM Menang Mataram sebesar 0,176 persen per bulannya untuk suatu rumah tangga. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa kepemilikan barang substitusi
akan air bersih PDAM akan membawa pengaruh negatif terhadap permintaan air bersih PDAM oleh rumah tangga.
74 Harga Air memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada taraf nyata
5 persen terhadap permintaan air bersih. Nilai koefisien yang berhasil diperoleh untuk variabel ini sebesar 0,857 dimana interpretasinya adalah apabila harga air
yang dibayarkan oleh rumah tangga naik sebesar 1 persen maka akan meningkatkan permintaan air bersih sebesar 0,857 persen per bulannya untuk
suatu rumah tangga. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa harga dengan permintaan memiliki hubungan yang bertanda negatif, dimana jika harga suatu
barang naik maka permintaan terhadap barang tersebut akan turun. Tingkat pendidikan yang diukur dengan lama pendidikan kepala keluarga
atau kepala rumah tangga memiliki hubungan yang negatif yang berarti semakin lama masa pendidikan kepala keluarga maka rumah tangga akan cenderung
melakukan penghematan air dengan menurunkan tingkat konsumsinya. Namun variabel ini memiliki nilai p-value yang sangat besar yakni sebesar 0,81 sehingga
variabel ini tidak signifikan. Berdasarkan kriteria statistik maka model yang dihasilkan dalam
penelitian tergolong relatif baik karena nilai R
2
yang dihasilkan bernilai 60,3 persen. Nilai tersebut memiliki arti bahwa keragaman permintaan air bersih
PDAM Menang Mataram dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam model sebesar 60,3 persen dan sisanya sebesar 39,7 persen dijelaskan oleh
variabel lain diluar model.Nilai F hitungsebesar 28,284 dengan nilai P-value uji F sebesar 0,000 menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas dalam model secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan air bersih PDAM Menang Mataram
pada taraf α yang digunakan 5persen.
75 Agar mendapatkan model yang handal secara ekonometrik maka model
regresi linier berganda tersebut harus memenuhi sejumlah asumsi penting antara lain: tidak ada masalah multikolinieritas, autokorelasi, homoskedastisitas, dan
normalitas. Hasil uji tersebut disajikan pada bagian berikut: 1. Uji Normalitas
Pemeriksaan asumsi normalitas sisaan menyebar normal dilakukan dengan melihat grafik sebaran data. Dari grafik diperoleh hasil bahwa data menyebar
normal dan mendekati garis normal atau membentuk garis normal sehingga dapat dikatakan bahwa data menyebar normal. Berikut adalah gambar yang
menunjukkan hasil uji asumsi normalitas.
Sumber: Data primer, diolah 2012
Gambar 12. Normal P-Plot pada Jumlah Permintaan Air Bersih PDAM Menang Mataram.
2. Uji Multikolinearitas Dalam model, tidak ditemukan adanya indikasi multikolinearitas karena
dengan nilai R
2
yang cukup tinggi hampir seluruh variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap model. Pengujian terhadap multikolinieritas
76 dilakukan dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF variabel-variabel penjelas tidak ada
yang bernilai lebih dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model.
3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antar
error dalam model yang diperoleh. Autokorelasi cenderung akan mengestimasi
standar errorlebih kecil daripada nilai sebenarnya, sehingga nilai statistic-t akan lebih besar. Uji yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji DW
Durbin Watson test. Nilai statistik DW diperoleh sebesar 1,933 berada diantara 1,803 dan 2,197 maka menunjukkan tidak terjadi autokorelasi dalam model.
4. Uji Homokedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
error mepunyai varians yang sama atau tidak dari pengamatan satu ke
pengamatan lain. Untuk menguji heteroskedastisitas dapat diketahui dari nilai signifikasi korelasi Rank Spearman antara masing-masing variabel independen
dengan residualnya. Pada lampiran dapat dilihat bahwa nilai signifikan masing- masing variabel berada diatas nilai α sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas dalam model. Selain itu pemeriksaaan terhadap
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat sebaran errorpada scatterplot. Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tidak
membentuk pola.
77 Sumber: Data primer, diolah 2012
Gambar 13 . Scatterplot residual pada tingkat permintaan air bersih PDAM
Menang Mataram.
Fungsi permintaan air bersih sebagai hubungan antara tingkat permintaan dengan harga diperoleh dengan memasukkan nilai rata-rata variabel independen
selain variabel dummy dan variabel harga, yakni variabel jumlah anggota keluarga, pendapatan, serta pendidikan. Nilai dummy yang digunakan adalah
dummy bernilai 1 agar sesuai dengan konsep pasar persaingan. Fungsi permintaan
air diperoleh sebagai berikut: Ln Qa = Ln 803351660 – 0,857 Ln P
Ln P = 23,92 – 1,166 Ln Qa. 6.4 Evaluasi Kebijakan Tarif Air PDAM Menang Mataram dengan
Marginal Cost Pricing
Dalam menjalankan kedua fungsi yang dimilikinya, PDAM harus mempertimbangkan kepentingan kedua pihak yang terlibat. Dalam fungsinya
sebagai Badan Usaha Milik Daerah BUMN PDAM Menang Mataram harus mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan. Selain itu PDAM juga harus
memenuhi fungsi sosialnya dalam pemenuhan air bersih bagi masyarakat. Selama
78 ini penentuan tarif air bersih yang berlaku ditentukan oleh PDAM atas dasar
pertimbangan biaya produksi rata-rata dengan sistem subsidi silang antar kelompok langganan dan penerapan tarif progresif.
Marginal Cost Pricing merupakan suatu metode penentuan harga pokok air
bersih pada suatu titik dimanamanfaat marginal marginal benefit bernilai sama dengan biaya marginalnya marginal cost sehingga efisiensi ekonomi akan
terjadi saat harga air bersih ditetapkan pada titik ini. Perusahaan tidak bisa menerapkan tarif monopoli karena penetapan tarif ini tidak sesuai dengan fungsi
sosial perusahaan sebagai penyedia air bersih dengan tarif yang terjangkau bagi masyarakat, sedangkan average cost pricing tidak dapat diterapakan karena pada
titik ini keuntungan yang diperoleh akan bernilai nol sehingga PDAM tidak dapat melaksanakan fungsi ekonominya. Manfaat marginal sendiri digambarkan oleh
fungsi permintaan air sementara fungsi biaya marginal didapat dari diferensial fungsi biaya pengelolaan air bersih total.Dari perpotongan kedua fungsi tersebut
diperoleh harga dan kuantitas keseimbangan yang mencerminkan terjadinya market clearing
. Sementara itu besarnya keuntungan atau profit diketahui dengan mencari biaya rata-rata yang diperlukan untuk memproduksi air pada kuantitas
yang menjamin terpenuhinya market clearing tersebut. Hasil analisis dengan pendekatan marginal cost pricing ditampilkan pada gambar berikut.
79
Gambar 14.Hasil Analisis Marginal Cost Pricing Pada PDAM Menang
Mataram
Dengan menggunakan pendekatan marginal cost pricing terlihat bahwa market clearing price
terjadi pada harga air Rp. 1356 per m
3
dengan jumlah air yang diproduksi sebesar 1,67 juta m
3
. Pada tingkat produksi tersebut biaya rata- rata untuk memproduksi air adalah Rp. 742 per m
3
, sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp. 1 026 067 373 per tahun [1356-742 x 1671090].
Dalam pelaksanaannya PDAM Menang Mataram tidak menggunakan harga tetapi tarif yang pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah daerah
sebagai pemegang saham perusahaan yang sekaligus sebagai regulator bagi bekerjanya pasar air. Oleh karena itu selain konsep keuntungan, maka dalam
konteks kebijakan penetapan tarif tersebut digunakan juga konsep rente ekonomi yang mengacu pada selisih antara besarnya tarif dengan harga market
clearing .Penggunaan konsep rente ekonomi sangat penting untuk menegaskan
bahwa manfaat dan beban yang diterima berbagai pelaku ekonomi PDAM,
1.671.09
Tarif
D
1.356 MC = 0,0095 .
Q
0,828
Q M
3
P Rpm
3
AC= 0,0052 .
Q
0,828
742 Rente Ekonomi
PROFIT
80 pelanggan sosial, rumah tangga, pemerintah, dan industri tidak seluruhnya
merupakan hasil mekanisme pasar tetapi sebagian merupakan intervensi pemerintahmelaluipenetapan tarif. Dengan demikian nilai rente ekonomi dapat
menunjukkan keberpihakan pemerintah terhadap kelompok kepentingan tertentu. Jika PDAM menerima rente ekonomi positif pada golongan tarif tertentu maka
kebijakan tersebut berpihak kepada PDAM, namun jika rente ekonomi tersebut negatif berarti kebijakan pemerintah berpihak ke pengguna dari golongan tarif
tersebut. Dalam pelaksanaannya, perhitungan rente ekonomi relatif rumit karena
PDAM Menang tidak menggunakan tarif tunggal tapi dengan menerapkan tarif yang berbeda-beda berdasarkan golongan pengguna rumah tangga, sosial,
industri, lembaga pemerintah dan blokjumlah pemakaian air konsumsi seperti disajikan pada Tabel 5 dalam Bab V. Dengan menggunakan harga market
clearing sebagai acuan maka dapat dihitung besarnya rente ekonomi yang
diterima PDAM Menang Mataram.
Gambar 15. Analisis Profit PDAM Menang Mataram
Qa MC = 0,0095 .
Q
0,828
AC= 0,0052 .
Q
0,828
Qa = 803351660.P
-0,857
Tarif
Q M
3
P
Rpm
3
895 PROFIT
81 Selain itu, untuk keperluan analisis pertumbuhan pelanggan yang menjadi
target perusahaan digunakan konsep keuntungan ekonomi economic profit. Keuntungan ekonomi didefinisikan sebagai selisih antara tarif dengan biaya rata-
rata average cost. Biaya produksi rata-rata yang diperoleh untuk tahun 2011 adalah sebesar Rp 895 untuk setiap kelompok langganan karena pada dasarnya
biaya produksi air sama untuk setiap kelompok. Konsep ini digunakan sebagai landasan perhitungan bagi perusahaan untuk melakukan reinvestasi keuntungan
guna mencapai jumlah pelanggan yang diinginkan pemegang saham Pemda Lombok Barat dan Kota Mataram. Tabel 13 berikut menyajikan besaran tarif dan
rente ekonomi yang diterima PDAM Menang dari berbagai kelompok pengguna menurut golongan dan blokjumlah pemakaian masing-masing.
Tabel 13.Besaran Tarif, Rente, dan Profit menurut Kategori Pengguna dan Blok Pemakaian
No Kategori Pengguna
Tarif,rente ekonomi dan profitmenurut blok pemakaian Rpm
3
0-10 10-20
20-30 30
1 Kelompok I
Sosial A 500
500 500
500 -856
-856 -856
-856 -395
-395 -395
-395 Sosial B
500 700
1.000 1.500
-856 -656
-356 144
-395 -195
105 605
Sosial C 550
800 1.400
1.800 -806
-556 44
444 -345
-95 505
905 Sosial D
600 900
1.700 2.200
-756 -456
344 844
-295 5
805 1.305
2 Kelompok II
Rumah Tangga A 650
1.000 2.000
2.500 -706
-356 644
1.144 -245
105 1.105
1.605 Rumah Tangga B
750 1.200
2.400 2.900
-606 -156
1.044 1.544
-145 305
1.505 2.005
82
No Kategori Pengguna
Tarif,rente ekonomi dan profitmenurut blok pemakaian Rpm
3
0-10 10-20
20-30 30
Rumah Tangga C 800
1.200 2.700
3.300 -556
-156 1.344
1.944 -95
305 1.805
2.405 Rumah Tangga D
900 1.400
3.000 3.600
-456 44
1.644 2.244
5 505
2.105 2.705
Instansi Pem KabKota 1.100
1.600 3.400
4.300 -256
244 2.044
2.944 205
705 2.505
3.405 Niaga Kecil
1.300 2.700
4.000 5.000
-56 1.344
2.644 3.644
405 1.805
3.105 4.105
Niaga Sedang 1.500
3.400 4.700
5.800 144
2.044 3.344
4.444 605
2.505 3.805
4.905
3 Kelompok III
Instansi Pem Prov 1.900
3.400 5.400
6.500 544
2.044 4.044
5.144 1.005
2.505 4.505
5.605 Rumah Mewah
1.500 2.700
5.400 6.500
144 1.344
4.044 5.144
605 1.805
4.505 5.605
Hotel Melati 2.200
4.000 6.000
7.200 844
2.644 4.644
5.844 1.305
3.105 5.105
6.305 Industri dan Niaga Besar
3.000 4.700
6.500 7.500
1.644 3.344
5.144 6.144
2.105 3.805
5.605 6.605
Kelompok IV Khusus Berdasarkan Kesepakatan
Koperasi Karya Bahari
4500 3144
3.605 PT Pelindo2
10000 8644
9.105 PT ASDP
7500 6144
6.605 GUMESE
200 -1156
-695 Air Segar Trawangan
7500 6144
6.605
83 Keterangan:
a
baris pertama menyatakan tarif pada masing-masing kategori pengguna
b
baris kedua menyatakan rente ekonomi berdasarkan kategori pengguna\
c
baris ketiga menyatakan normal profit berdasarkan kategori pengguna Rente dihitung sebagai selisih antaratarif dengan harga market clearing
Negatif berarti perusahaan mensubsidi pengguna
Dengan menggunakan besaran tarif tersebut maka rente ekonomi yang diterima PDAM dari berbagai kelompok pengguna pada masing-masing blok
pemakaian dapat dihitung. Berdasarkan data rata-rata konsumsi air untuk setiap kelompok pengguna maka besarnya rente ekonomi yang diterima PDAM
disajikan pada Gambar 16 berikut.
Gambar 16. Rente Ekonomi yang Diterima PDAM Menang dari Pengguna Kelompok Sosial
Gambar 16 diatas menunjukkan bahwa pada tingkat konsumsi air sepanjang tahun 2011 pelanggan lembaga sosial kategori C dan D membayar air
-52 -17
23 35
609 669
45 683
61 43
111 82
-24 3
74 73
-200 -100 100
200 300
400 500
600 700
800 Sosial A
Sosial B Sosial C
Sosial D
Sosial A Sosial B
Sosial C Sosial D
Profit plgn bulan Ribu Rp -24
3 74
73 Penggunaanplgnbln M3
61 43
111 82
Jumlah Pelanggan 609
669 45
683 Renteplgnbulan Ribu Rp
-52 -17
23 35
84 sedikit di atas harga market clearing.Hal ini memberikan kontribusi positif
terhadap rente ekonomi yang diterima PDAM masing-masing sebesar Rp 22 698dan Rp 35 131 per pelanggan per bulan. Lembaga sosial kategori A dan B
menghasilkan rente negatif masing-masing sebesar Rp 52 289 dan Rp 16 758 per pelanggan per bulan. Meskipun penggunaan air per pelanggan kategori C dan D
lebih tinggi, namun karena jumlah pelanggan lebih kecil, maka secara keseluruhan kelompok lembaga sosial ini menghasilkan rente yang negatif, jumlahnya
mencapai Rp 216 471 898 per tahun. Profit diterima perusahaan dari ketiga kelompok langganan yakni Sosial B, Sosial C dan Sosial D sementara kelompok
Sosial A menghasilkan tingkat profit yang negatif atau kerugian sebesar Rp 24 129 per pelanggan per bulan. Namun PDAM masih mendapatkan profit yang
positif dari kelompok sosial yakni sebesar Rp 486 805 860 per tahun.
Gambar 17. Rente Ekonomi yang Diterima PDAM Menang dari Kelompok Rumah tangga
7525 -7512
-1474 26311
70144
15 7,145
60,905 2,452
504
40 19
24 36
33
26071 1295
9683 43016
85302
-20000 20000
40000 60000
80000 100000
Rumah Tangga A Rumah Tangga B
Rumah Tangga C Rumah Tangga D
Rumah Mewah
Rumah Tangga A
Rumah Tangga B
Rumah Tangga C
Rumah Tangga D
Rumah Mewah
Profit plgn bulan Ribu Rp 26071
1295 9683
43016 85302
Penggunaanplgnbln M3 40
19 24
36 33
Jumlah Pelanggan 15
7,145 60,905
2,452 504
Renteplgnbulan Rp 7525
-7512 -1474
26311 70144
85 Pelanggan terbanyak dari PDAM Menang Mataram adalah pelanggan
rumah tangga yang mencapai 71 ribu dimana 85 persen lebih adalah rumah tangga golongan 2C namun mengkonsumsi air relatif sedikit rata-rata 24 m
3
bulan. Gambar 17 menunjukkan bahwa meskipun struktur tarif kategori 2B dan 2C lebih
tinggi dibandingkan rumah tangga kategori 2A, namun karena jumlah konsumsinya relatif rendah,maka tidak memberikan kontribusi terhadap rente
ekonomi, sebaliknya justru menghasilkan rente yang negatif sebesar Rp 7 512 per rumahtangga per bulan untuk kategori 2B dan Rp 1 474 per rumah tangga per
bulan untuk kategori 2C.Besarnya jumlah pelanggan rumah tangga kategori 2B dan 2C, yakni sebesar 68 050 rumah tangga menyebabkan rente negatif yang
sangat besar mencapai Rp 143 444 460 per bulan.Hal tersebut menyebabkan secara keseluruhan perusahaan menerima rente yang negatif dari kelompok rumah
tangga ini kategori 2A, 2B, 2C, 2D dan 3B sebesar Rp 43 463 337 per bulan atau Rp 521 560 039 per tahun. Meskipun rente yang dihasilkan bernilai negatif,
namun profit yang diperoleh PDAM dari kelompok rumah tangga merupakan yang terbesar yakni sejumlah Rp 8 974 048 353 per tahun.
86
Gambar 18. Rente Ekonomi yang Diterima PDAM Menang dari Instansi Pemerintah
Berbeda dengan kategori 1 dan 2, struktur tarif setiap blok pemakaian pada kelompok pengguna instansi pemerintah lebih tinggi dari harga market clearing,
sehingga berapapun tingkat penggunaan air selalu memberikan kontribusi yang positif terhadap besarnya rente yang diterima perusahaan. Instansi pemerintah
propinsi memberikan rente sekitar 30 persen lebih besar dibandingkan instansi pemerintah tingkat kabupatenkota, tidak saja disebabkan oleh tingkat tarif yang
lebih tinggi, namun juga oleh tingkat penggunaan yang lebih tinggi. Besarnya rente ekonomi yang disumbangkan oleh instansi pemerintah baik tingkat propinsi
maupun kabupatenkota sebesarRp 3 120 823 833 per tahun, sementara besarnya normal profit yang siberikan sebesar Rp 562 342 071. Total profit yang diterima
PDAM dari kelompok langganan instansi pemerintah adalah sebesar Rp 3 551 364 790.
694 288
225 361
152 121
343 765
100 200
300 400
500 600
700 800
900 Instansi Pem Prov
Instansi Pem KabKota
Instansi Pem Prov Instansi Pem KabKota
Profit plgn bulan Ribu Rp 343
765 Penggunaanplgnbln M3
152 121
Jumlah Pelanggan 225
361 Renteplgnbulan Ribu Rp
694 288
87
Gambar 19. Rente Ekonomi yang Diterima PDAM Menang dari Kelompok Industri dan Niaga Komersial
Struktur tarif penggunaan air pada kelompok komersial juga selalu berada di atas harga market clearing untuk seluruh blok penggunaan, sehingga berapapun
tingkat penggunaan air, kelompok ini selalu memberikan kontribusi rente ekonomi yang positif kepada PDAM. Tingkat penggunaan air pada kelompok
komersial lebih rendah dibandingkan kelompok instansi pemerintah.Meskipun demikian kelompok komersial memberikan kontribusi rente ekonomi 20 persen
lebih tinggi dikarenakan jumlah pelanggan lebih besar, dan struktur tarif lebih tinggi. Besarnya rente ekonomi yang disumbangkan kelompok komersial cukup
besar, yakni mencapai Rp3 757 707 173 per tahun. Industri dan Niaga Besar memberikan kontribusi rente ekonomi terbesar diantara kelompok komersial,
yakni sebesarRp 2 073 375 102 per tahun,yang disebabkan oleh penggunaan air
41 21
433 65
884 4,776
399 44
30 20
84 26
55 30
472 77
-500 500
1500 2500
3500 4500
5500 Niaga Kecil
Niaga Sedang Industri dan Niaga Besar
Hotel Melati
Niaga Kecil Niaga Sedang
Industri dan Niaga Besar
Hotel Melati Profit plgn bulan Ribu Rp
55 30
472 77
Penggunaanplgnbln M3 30
20 84
26 Jumlah Pelanggan
884 4,776
399 44
Renteplgnbulan Ribu Rp 41
21 433
65
88 dan tarif yang lebih besar dibandingkan lainnya. Sedang Niaga Sedang meskipun
tingkat penggunaan airnya paling kecil, namun karena jumlah pelanggannya terbesar, maka kontribusi sumbangan rente ekonominya menduduki peringkat ke
dua pada kelompok komersial ini, yakni sebesarRp1 216 473 832.Begitu pula dengan profit yang dihasilkan, Industri dan Niaga Besar menghasilkan profit
tertinggi pada kelompok ini sebesar Rp 2 258 763 964 disusul oleh kelompok Niaga Sedang sebesar Rp 1 736 429 920. Secara total PDAM memperoleh profit
dari kelompok Niaga sebesar Rp 4 618 287 472. Secara keseluruhan, strukturblock tarifyang sekarang diberlakukan, di satu
sisi telah membuat perusahaan ini dapat menjalankan fungsi sosial public service
sebagai penyedia layanan pemenuhan kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat dengan jalan memberikan subsidi terutama kepada kelompok lembaga
sosial dan perumahan, di sisi lain juga dapat menjalankan fungsinya sebagai perusahaan komersial yang dapat memberikan keuntungan bagi pemegang
sahamnya. Besarnya rente negatif yang dihasilkan mencapaiRp 2 495 795 769 per tahun menunjukkan keberpihakan pengambil keputusan terhadap masyarakat
dengan penetapan tarif yang lebih rendah untuk beberapa golongan khususnya kelompok Sosial dan Rumah tangga.Sementara itu besarnya rente ekonomi yang
dapat diciptakan sebesar Rp 9 146 005 301 per tahun, sehingga rente bersih yang diciptakan mencapai Rp 6 650 209 532 per tahun.Secara finansial PDAM juga
menerima profit sebesar Rp 18 629 996 047 serta mengalami kerugian sebesar Rp 331 323 843 sehingga profit bersih yang PDAM dapatkan berjumlah
Rp 18 298 672 203. Selain dari pembayaran air per m
3
penggunaan, PDAM juga menerima pemasukan dari abonemen yang dibayarkan oleh pelanggan yakni
89 sebesar Rp 6 000 per bulan atau sebesar Rp 478 398 000 per tahun. Secara
keseluruhan, PDAM menerima total profit yang terdiri dari profit dan abonemen sebesar Rp 18 777 070 203. Keuntungan yang diperoleh disetorkan kepada
pemerintah daerah sebesar 55 persen atau Rp 10 327 388 612 sehingga PDAM menerima keuntungan bersih sebesar Rp 8 449 681 591. Sebagai pembanding,
laba bersih yang diterima PDAM pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 11,11 miliar dan disumbangkan sebagai PAD kepada Pemda sebanyak Rp 6 miliar. Perbedaan
laba bersih riil dengan perhitungan profit kemungkinan disebabkan oleh tingginya biaya produksi rata-rata pada tahun 2011 yakni sebesar Rp 1199 per m
3
sehingga laba bersih riil bernilai lebih kecil sementara perhitungan profit menggunakan
fungsi biaya produksi rata-rata yang diperoleh selama 4 tahun terakhir yakni sebesar Rp 895 per m
3
. Keuntungan yang diperoleh oleh PDAM digunakan untuk investasi lebih
lanjut dengan tujuan agar PDAM bisa meningkatkan fungsi sosialnya dengan meningkakan pelayanan. Dari data tahun 2008-2011 diketahui bahwa investasi
sebesar Rp 8 701 704 365 dapat meningkatkan cakupan pelayanan sebesar 10 persen sehingga jika seluruh keuntungan yang diterima perusahaan digunakan
untuk investasi maka cakupan pelayanan dapat ditingkatkan sebesar 9,8 persen per tahun.Peningkatan pelayanan ini diproyeksikan untuk beberapa tahun kedepan
dan dibandingkan dengan perkembangan jumlah rumah tangga di ketiga wilayah pelayanan.
Proyeksi dilakukan untuk membandingkan peningkatan rumah tangga dengan peningkatan jumlah pelanggan. Jumlah rumah tangga mewakili tingkat
permintaan air dengan asumsi tidak terjadi perubahan gaya hidup yang signifikan
90 sehingga penggunaan air tiap rumah tangga cenderung stabil. Dari perhitungan
diperoleh bahwa Kota Mataram akan terlayani secara penuh pada tahun 2028, Kabupaten Lombok Barat akan terlayani secara penuh pada tahun 2038 dan
Kabupaten Lombok Utara akan terlayani secara penuh pada tahun 2044. Jika Pemda turut menyumbangkan seluruh keuntungan yang diperolehnya, maka
peningkatan pelayanan yang dapat dilakukan akan semakin besar yakni sejumlah 21,8 persen per tahun, sehingga pelayanan penuh untuk ketiga wilayah akan lebih
cepat tercapai. Kota Mataram akan dilayani secara penuh pada tahun 2016, Kabupaten Lombok Barat akan terlayani penuh pada tahun 2023, dan Kabupaten
Lombok Utara akan terlayani secara penuh pada tahun 2025.
6.5. Simulasi Rente Ekonomi Berdasarkan Kategori Pengguna dan JumlahKonsumsi Air