Lapisan Tanah 0–10 cm Frekuensi ditemukananya Makrofauna Tanah

Oligochaeta cacing tanah. Cacing tanah sering ditemukan di plot pengamatan karena cocoknya kondisi lingkungan untuk pertumbuhan cacing tanah seperti pH tanah 5–5.5 dan suhu tanah 19.7–23 C. Menurut Lee 1985 dalam Brata 2009 kebutuhan lingkungan tanah atau media tempat hidup cacing tanah tersebut adalah kecukupan dan kesesuaian pakan, kelembaban, temperatur, pH dan konsentrasi elektrolit, aerasi media, perlindungan cahaya serta tektur tanah. Menurut Khairuman dan Amri 2009, idealnya suhu untuk kehidupan cacing tanah adalah 15–25 C, jika melebihi angka tersebut bisa dipastikan pertumbuhan dan kenyamanan hidup cacing tanah bakal terganggu. Spesies cacing tanah yang terdapat di Indonesia kebanyakan tergolong ke dalam famili Megascolacidae. Cacing tanah Perionyx sp. dan Pheretima sp. sering ditemukan pada setiap plot pengamatan dengan frekuensi 25. Suin 1997 menyatakan bahwa cacing tanah Pheretima sp. banyak ditemukan di pulau Jawa, baik di dataran rendah, rumput, maupun dataran tinggi. Minnich 1997 dalam Soedarmo 1995 mengemukakan bahwa Pheretima sp. adalah spesies cacing yang mempunyai adaptasi yang mengagumkan. Ada beberapa spesies makrofauna tanah yang hanya ditemukan pada lapisan tanah saja, diantaranya yaitu Dalodesmidae sp.2, Hirudinea sp.1, Salticidae sp., Scolopendridae sp., Pyrgodesmidae sp., Perionyx sp.2, Perionyx sp.3 dan Pheretima sp.

3.2.4.2 Lapisan Serasah

Serasah merupakan salah satu habitat yang digunakan oleh makrofauna tanah terutama yang ada di permukaan atau dekat permukaan tanah. Kondisi serasah sangat berpengaruh terhadap keberadaan makrofauna tanah. Makrofauna tanah non insekta yang sering ditemukan pada lapisan serasah yaitu Dalodesmidae sp. 20.83, Mecistocephalidae sp. 16.67, Cylistidae sp. 16.67, dan Oxyopidae sp. 12.50. Spesies makrofauna tanah yang hanya ditemukan pada lapisan serasah, diantaranya yaitu Hirudinea sp2, Lycocidae sp, Oniscidae sp.1, Oniscidae sp.2, Araneae sp.2, Cylistidae sp., Trombididae sp., Dysderidae sp., Spirobolidae sp., dan Metaphire sp. Kelas crustaceae ditemukan hampir merata pada semua tipe tegakan. Hal ini diduga karena melimpahnya serasah sebagai tempat berlindung dan sekaligus menjadi bahan makanan. 3.2.5 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Keanekaragaman Makrofauna Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kehidupan oganisme tidak tersendiri, tetapi berinteraksi dengan faktor lainnya, seperti faktor fisika dan faktor kimia dari lingkungan tempatnya hidup. Adanya interaksi itu sangat menentukan penyebaran dan kepadatan hewan tersebut Suin 2006. Makrofauna tanah akan melimpah pada habitat yang mampu menyediakan faktor-faktor yang dapat mendukung kehidupan makrofauna tanah seperti ketersediaan makanan, suhu yang optimal, dan ada atau tidaknya musuh alami. Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, sehingga suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah Suin 2006. Suhu tanah yang terdapat di plot pengamatan berkisar 19–23 C, kondisi kondisi tersebut diduga cocok sebagai tempat hidup makrofauna tanah non insekta hal ini dilihat dari kelimpahan makrofauna tanah non insekta yang ada. Cahaya masuk ke dalam tanah pada kedalaman 1–2 cm. Aktivitas makrofauna tanah akan terhambat dengan cahaya yang berlebihan terutama sinar ultra violet Buliyansih 2005. Penutupan tajuk yang semakin rapat diduga memiliki kecenderungan untuk semakin meningkatnya kelimpahan makrofauna tanah. Makrofauna tanah juga dipengaruhi oleh kehadiran vegetasi dan spesies vegetasi Wallwork 1970. Tegakan campuran memiliki nilai keanekaragaman yang tetinggi yaitu H’= 2.16, hal ini diduga bahwa keanekaragaman makrofauna tanah secara tidak langsung dipengaruhi oleh keanekaragaman vegetasi karena semakin tinggi keanekaragaman vegetasi akan meningkatkan variasi pakan untuk makrofauan tanah, sehingga makrofauna tanah yang ada semakin beragam. Biasanya keanekaragaman yang semakin meningkat akan diikuti dengan kelimpahan yang menurun karena akan ada persaingan untuk memperoleh pakan sehingga relung ekologi semakin menyempit. Data korelasi antara faktor lingkungan suhu tanah, penutupan tajuk, dan ketebalan serasah dengan nilai keanekaragaman spesies makrofauna tanah non insekta pada semua plot dapat disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Hubungan faktor lingkungan dengan keanekaragaman Diversity Index \ Faktor lingkungan 7 Diversity Index Suhu Penutupan tajuk Ketebalan serasah H Agathis rapat 20.00 95.70 3.70 1.93 Agathis jarang 21.00 66.50 1.50 1.55 Pinus rapat 19.70 86.00 3.00 1.59 Pinus jarang 19.80 67.60 1.50 0.94 Campuran rapat 20.00 87.70 2.50 1.97 Campuran jarang 20.00 65.80 2.00 1.50 Pinus terbakar rapat 21.00 92.50 2.70 1.51 Pinus terbakar jarang 23.00 62.90 2.30 1.60 7 = nilai rata-rata dari 24 plot.

3.2.6 Analisis Tanah warna dan tekstur tanah pada setiap Plot

Tanah memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda. Salah satunya adalah warna dan tekstur tanah. Ordo Oligochaeta cacing tanah merupakan salah satu makrofauna tanah yang mempunyai kelimpahan tertinggi pada setiap tipe tegakan. Jenis-jenis cacing tanah local atau asli native biasanya ditemukan hidup pada berbagai jenis tanah, baik tanah bertekstur halus, tanah liat, tanah liat berdebu, maupun lempung berdebu. Namun jarang ditemukan pada tanah berpasir Khairuman dan Amri 2009. Hasil penelitian menunjukan bahwa kelimpahan tertinggi makrofauna tanah adalah cacing tanah dengan memiliki tekstur tanah liat, liat berpasir ringan, liat berdebu dan lempung ringan. Data analisis tanah warna dan tekstur tanah pada setiap plot disajikan pada Tabel 11.