48
terjadi realokasi sumberdaya lahan antar sektor, dimana realokasinya lebih diprioritaskan kepada penggunaan yang memiliki rate of return yang tertinggi
yaitu seperti penggunaan untuk kegiatan industri sebagai kegiatan utama yang dapat menarik perkembangan kegiatan lainnya seperti pemukiman, perdagangan
dan prasarana lainnya, sehingga alih fungsi lahan yang terus terjadi pun tidak dapat dihentikan. Alih fungsi lahan pertanian yang terjadi dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Selain disebabkan oleh faktor internal yang berasal dari petani sendiri, faktor eksternal yang berasal dari tingkat wilayah juga turut
mempengaruhi alih fungsi lahan.
6.3.1 Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan di
Kabupaten Karawang
Kabupaten Karawang sebagai tingkat wilayah turut mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Kabupaten Karawang yang mengarahkan
penataan ruangnya untuk menjadikan pertanian dan industri sebagai basis perekonomiannya ingin mensinergikan keduanya sehingga alih fungsi lahan
pertanian tidak terjadi. Namun dalam kenyataannya hal tersebut justru mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian khususnya lahan sawah. Alih fungsi lahan
pertanian di Kabupaten Karawang pada tahun 2002 – 2012 dipengaruhi berbagai
faktor. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi penurunan lahan sawah di Kabupaten Karawang adalah PDRB sektor industri, laju pertambahan jumlah
penduduk, jumlah industri, dan proporsi luas lahan sawah terhadap luas wilayah. Analisis dalam penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi
lahan pertanian di tingkat wilayah digunakan analisis regresi linear berganda. Data yang digunakan dalam menentukan model tersebut merupakan data time series
tahun 2002 – 2012. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi
lahan pertanian ke non-pertanian industri, permukiman, dan sarana prasarana lainnya dapat dilihat pada Tabel 11 dibawah ini.
49
Tabel 11. Hasil Estimasi Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah di Kabupaten Karawang
Variable Coefficient
t-Statistic Prob.
VIF Keterangan Variabel
C 6.157863
4.747285 0.0051
Konstanta X1
0.011902 1.398043
0.2210 5 781
PDRB Industri X2
0.002250 1.086440
0.3269 1 174
LPP X3
-0.146367 -2.38346
0.0629 5 412
Jumlah Industri X4
0.937210 6.217458
0.0016 4 804
Proporsi Luas Lahan Sawah Terhadap Luas
Wilayah
R-squared 0.977181
F-statistik 53.52860
Adjusted R-squared 0.958926
Prob F-statistik 0.000271
Prob. Chi-squared 3.72223
Prob Jarque-Bera 0.303359
ObsR-Squared 5.319518
Prob 0.503533
Sumber : Badan Pusat Statistika, berbagai terbitan diolah Keterangan : nyata pada taraf 10 persen
Bedasarkan Tabel 11, diperoleh nilai R-squared adalah sebesar 0.977 97.7 persen yang menunjukkan bahwa keragaman dari variabel dependen yaitu
penurunan lahan sawah dapat diterangkan oleh variabel independennya yaitu PDRB sektor industri, laju pertambahan jumlah penduduk, jumlah industri, dan
proporsi luas lahan sawah terhadap luas wilayah sebanyak 97.7 persen, sisanya diterangkan oleh variable lain di luar model. Adjusted R-squared yang diperoleh
bernilai 95.8 persen. Pengaruh bersama-sama antara variabel independen dengan variabel dependen secara keseluruhan dapat dilihat dari nilai probabilitas F-
statistik. Nilai Prob F-statistik yang diperoleh sebesar 0.000271 yang lebih kecil
dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0.1 10 persen memiliki arti bahwa dari hasil estimasi regresi minimal ada satu variabel independen yang mempengaruhi
variabel dependennya. Untuk melihat signifikan atau tidaknya pengaruh setiap variabel independen
secara individu terhadap variabel dependennya dilihat dari uji t-statistik tiap variabel independennya. Bedasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa variabel
independen yang mempengaruhi alih fungsi lahan sawah adalah jumlah industri dan proporsi luas lahan sawah terhadap luas wilayah yang berpengaruh nyata pada
taraf nyata α=10 persen. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan sawah adalah PDRB sektor industri dan laju
pertambahan penduduk.
50
Model yang digunakan cukup baik karena telah memenuhi kriteria BLUE Best Linear Unbiased Estimator. Dalam membuktikan tidak terjadi
multikolinearitas dalam model maka digunakan nilai VIF dengan kriteria jika nilai VIF yang dihasilkan dibawah 10 maka tidak terjadi multikolinearitas didalam
model. Bedasarkan hasil pengolahan data, masing-masing variabel dalam model memiliki nilai VIF yang berkisar antara 1 sampai 5. Hal ini membuktikan tidak
terjadi masalah multikolinearitas yang serius dalam model. Model ini memiliki error yang terdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas Jarque-
Bera yang lebih besar dari taraf nyata α=10 persen. Dapat disimpulkan bahwa
pada model ini tidak terjadi permasalahan normalitas. Untuk memeriksa asumsi autokorelasi, dilakukan dengan uji Breusch-Godfrey. Bedasarkan hasil uji
diperoleh nilai Prob. Chi-Squared sebesar 0.372223. Nilai tersebut lebih besar dari taraf n
yata α=10 persen, artinya tidak terjadi masalah autokorelasi dalam model. Sedangkan untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas digunakan uji
white heteroscedasticity . Pengujian ini menghasilkan nilai probabilitas ObsR-
squared sebesar 0.503533. Nilai tersebut lebih besar daripada taraf nyata yang
digunakan sebesar 10 persen sehingga dapat dikatakan bahwa model telah terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Model hasil estimasi regresi faktor-
faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan sawah di tingkat wilayah, sebagai berikut :
LnY = 6.157863 + 0.011902 LnX
1
+ 0.002250 LnX
2
– 0.146367 LnX
3
+ 0.937210 LnX
4
Bedasarkan hasil estimasi, PDRB sektor industri berpengaruh positif terhadap alih fungsi lahan sawah namun tidak berpengaruh nyata, dimana nilai
probabilitas 0.2210 lebih besar dari taraf nyata yang digunakan 10 persen 0.22100,1. Hal ini menunjukkan banyaknya industri yang berdiri di Kabupaten
Karawang menggeser peruntukkan lahan sawah ke penggunaan non-sawah, tetapi pertumbuhan ekonomi dari sektor industri tidak mempercepat pergeseran alih
fungsi lahan tersebut. Koefisien laju pertambahan penduduk berpengaruh positif namun tidak
berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan sawah dimana nilai probabilitas 0.3269 taraf nyata 10 persen. Hal ini logis karena adanya peningkatan laju
pertambahan penduduk mengakibatkan kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Luas lahan yang tetap sementara kebutuhan lahan yang terus meningkat sehingga
51
menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian terutama lahan sawah. Peningkatan laju pertambahan penduduk menunjukkan adanya peningkatan
jumlah penduduk setiap tahunnya di Kabupaten Karawang. Pembangunan untuk penyediaan pemukiman, sarana dan prasarana guna memenuhi kebutuhan
penduduk di Kabupaten Karawang pada awalnya menggunakan lahan non- pertanian seperti lahan-lahan yang tandus, lahan kering, dan lain-lain, namun
seiring permintaan lahan yang terus meningkat terjadilah pergeseran penggunaan lahan ke pertanian khususnya lahan sawah.
Variabel jumlah industri berpengaruh negatif dan signifikan terhadap alih fungsi lahan sawah pada taraf nyata 10 persen 0.0629 0.1. Hal ini berarti
adanya peningkatan jumlah industri terutama industri besar dimana membutuhkan luas lahan lebih besar menyebabkan sedikit penurunan luas lahan sawah.
Koefisien jumlah industri tidak sesuai dengan hipotesis awal dimana telah disebutkan bahwa jumlah industri berpengaruh positif terhadap penurunan luas
lahan sawah atau semakin meningkat jumlah industri maka semakin meningkat pula penurunan luas lahan pertanian. Adanya sedikit penurunan luas lahan sawah
terhadap peningkatan jumlah industri terutama industri besar mengindikasikan bahwa pembangunan industri tidak hanya dilakukan pada lahan sawah.
Pembangunan industri yang ada di Kabupaten Karawang banyak juga dilakukan pada lahan-lahan non-sawah. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Karawang bahwa lahan lahan non-sawah yang digunakan untuk pembangunan industri, yaitu berupa lahan tegalan dan kebun
campuran sehingga jumlah industri besar tidak terlalu berpengaruh terhadap penurunan luas lahan sawah.
Koefisien proporsi luas lahan sawah terhadap luas wilayah berpengaruh positif dan berpengaruh nyata pada taraf 10 persen 0.0016 0.1. Hal ini sesuai
dengan hipotesis awal dimana semakin luas proporsi lahan sawah maka semakin tinggi penurunan luas lahan sawah akibat kegiatan alih fungsi. Semakin luas lahan
sawah dapat diartikan bahwa luas lahan non-sawah semakin sempit. Hal tersebut mengindikasikan adanya perubahan lahan sawah untuk pembangunan diberbagai
sektor yang membutuhkan lahan yang cukup luas seperti sektor industri, perumahan, dan jasa. Kabupaten Karawang yang terkenal sebagai lumbung padi
52
nasional menjadikan wilayah ini sebagian besar merupakan lahan sawah. Hal tersebut mendorong wilayah Kabupaten Karawang untuk terus mempertahankan
lahan sawah. Namun, kebutuhan lahan di Kabupaten Karawang untuk pembangunan baik industri, perumahan, dan sarana prasarana juga semakin
meningkat. Proporsi luas lahan sawah terhadap luas wilayah yang semakin tinggi dan kebutuhan lahan untuk pembangunan juga semakin tinggi mendorong
terjadinya penurunan luas lahan sawah lebih besar dibandingkan dengan lahan kering ladang, padang rumput, tegalan, hutan, perkebunan, rawa, tambak, kolam,
dan lainnya yang jumlahnya lebih sedikit.
6.3.2 Faktor Internal yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan di Kecamatan Karawang Barat