52
nasional menjadikan wilayah ini sebagian besar merupakan lahan sawah. Hal tersebut mendorong wilayah Kabupaten Karawang untuk terus mempertahankan
lahan sawah. Namun, kebutuhan lahan di Kabupaten Karawang untuk pembangunan baik industri, perumahan, dan sarana prasarana juga semakin
meningkat. Proporsi luas lahan sawah terhadap luas wilayah yang semakin tinggi dan kebutuhan lahan untuk pembangunan juga semakin tinggi mendorong
terjadinya penurunan luas lahan sawah lebih besar dibandingkan dengan lahan kering ladang, padang rumput, tegalan, hutan, perkebunan, rawa, tambak, kolam,
dan lainnya yang jumlahnya lebih sedikit.
6.3.2 Faktor Internal yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan di Kecamatan Karawang Barat
Alih fungsi lahan yang terjadi di pedesaan tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat wilayah namun juga dipengaruhi oleh keputusan petani sendiri. Hal ini
disebabkan karena lahan yang mengalami alih fungsi dimiliki oleh petani sehingga petani sendirilah yang menjual lahannya. Keputusan petani dalam
melakukan alih fungsi lahan dipengaruhi oleh luas lahan, produktivitas, jumlah tanggungan, proporsi pendapatan sektor pertanian, dan biaya usaha tani.
Dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani melakukan alih fungsi lahan digunakan metode analisis regresi logistik dengan
memasukkan variabel independent ke dalam variabel dependent. Adapun variabel- variabel independent yang diduga mempengaruhi keputusan petani dalam
mengalihfungsikan lahannya adalah luas lahan, produktivitas, jumlah tanggungan, proporsi pendapatan sektor pertanian, dan biaya usaha tani. Variabel dependent
yang digunakan terdapat dua kemungkinan. Bagi responden yang melakukan alih fungsi lahan pertanian diberi nilai 1 Y=1 dan bagi responden yang tidak
melakukan alih fungsi lahan diberi nilai 0 Y=0. Hasil pengolahan data dengan menggunakan Metode Enter disajikan pada Tabel 12.
53
Tabel 12. Hasil Estimasi Terhadap Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Petani Dalam Mengalih Fungsikan Lahan Pertanian
Variable Coefficient
Sig. Odds Ratio
Keterangan X1
0.315 0.776
1 370 Luas Lahan X2
0.062 0.074
1 064 Proporsi Pendapatan X3
-1.082 0.390
0 339 Tanggungan X4
1.225 0.231
3 404 Produktivitas X5
0.000 0.006
1 000 Biaya Usaha Tani Constant
-14.971 0.012
0 000 Konstanta
Sumber : Data Primer diolah
Keterangan : nyata pada taraf 10 persen
Tabel hasil regresi logistik lainnya dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik tersebut diperoleh nilai Sig pada
Omnimbus test sebesar 0.000. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata yang
digunakan yaitu 10 persen 0.000 0.100, artinya variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan petani untuk menjual lahan.
Dari hasil analisis juga didapat nilai Cox Snell R Square sebesar 0.499 dan Nagelkerke R Square
sebesar 0.687. Nilai Nagelkerke R Square yang lebih besar dari Cox Snell R Square menunjukan kemampuan kelima variabel bebas dalam
menjelaskan varian alih fungsi lahan sebesar 68.7 persen dan terdapat 31.3 persen faktor lain di luar model yang menjelaskan variabel terikat. Nilai Sig pada Hosmer
and Lemeshow Test yang diperoleh adalah sebesar 0.875. Nilai tersebut lebih
besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen 0.875 0.100, artinya model yang dibuat dapat diterima dan pengujian hipotesis dapat dilakukan.
Selanjutnya nilai overall percentage pada classification table yang diperoleh sebesar 82.5 persen. Hal ini menunjukan bahwa model yang dihasilkan baik.
Model yang diperoleh dari hasil regresi logistik adalah sebagai berikut : =
−14.971 + 0.315
1
+ 0.062
2
− 1.082
3
+ 1.225
4
+ 0.000
5
Berdasarkan model yang diperoleh dapat terlihat bahwa dari lima variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap keputusan petani untuk mengalih
fungsikan lahan ternyata hanya dua variabel yang berpengaruh signifikan. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani tersebut adalah
proporsi pendapatan dan biaya usaha tani. Signifikan atau tidaknya pengaruh suatu variabel dilihat dari nilai Sig pada Tabel 12 yang lebih kecil dari taraf nyata
yang digunakan yaitu 10 persen. Variabel lain mempunyai nilai Sig yang lebih besar dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen. Hal ini berarti luas lahan
54
sawah yang dimiliki, jumlah tanggungan dan produktivitas lahan sawah tidak berpengaruh secara nyata terhadap peluang keputusan petani untuk mengalih
fungsikan lahannya. Variabel proporsi pendapatan memiliki nilai Sig. sebesar 0.074. Nilai
tersebut berarti bahwa proporsi pendapatan berpengaruh nyata terhadap peluang terjadinya alih fungsi lahan oleh petani pada taraf nyata 10 persen 0.074 0.100.
Koefisien hasil yang diperoleh bertanda positif 0.062 dan nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 1 064. Jika proporsi pendapatan petani bertambah satu persen,
maka peluang untuk mengalihfungsikan lahan lebih besar 1 064 kali dibandingkan dengan tidak mengalihfungsikan lahan. Hal ini tidak sesuai dengan
hipotesis, dimana semakin rendah proporsi pendapatan dari hasil usaha tani maka akan semakin tinggi peluang petani untuk mengalihfungsikan lahan. Pada
kenyataan di lapangan, hal-hal yang mempengaruhi proporsi pendapatan adalah pendapatan dari bertani dan pendapatan diluar usaha tani, dimana salah satu faktor
yang mempengaruhi pendapatan dari bertani adalah produktivitas sawah. Pendapatan dari bertani akan meningkat jika produktivitas sawahnya tinggi dan
proporsi pendapatan akan tinggi jika pendapatan dari luar usaha taninya rendah. Bedasarkan informasi yang diperoleh bahwa banyak lahan yang memiliki
produktivitas tinggi berada di jalan utama. Hal ini menyebabkan lahan memiliki opportunity cost
yang tinggi. Pemilik lahan cenderung mengalihfungsikan lahan yang dimiliki karna walaupun lahan yang mereka punya memiliki produktivitas
tinggi namun hasil dari penjualan lahan masih lebih tinggi daripada hasil produksi padi yang diperoleh.
Variabel persentase biaya usaha tani memiliki nilai Sig sebesar 0.006. Nilai tersebut berarti bahwa persentase biaya usaha tani berpengaruh nyata terhadap
peluang terjadinya alih fungsi lahan oleh petani pada taraf nyata 10 persen 0.006 0.100. Koefisien hasil yang diperoleh bertanda positif 0.000 dan nilai odds
ratio yang diperoleh sebesar 1 000. Hal ini berarti bahwa jika persentase biaya
usaha tani bertambah satu rupiah, maka peluang petani untuk mengalihfungsikan lahan lebih besar 1 000 kali dibandingkan untuk tidak mengalihfungsikan lahan.
Semakin besar persentase biaya usaha tani maka semakin besar peluang petani tersebut untuk melakukan alih fungsi lahan.
55
6.4 Dampak Akibat Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non-Pertanian