Uji Autokorelasi Uji Asumsi Klasik

Dengan jumlah variabel bebas k = 2 dan jumlah sampel n = 27, maka berdasarkan tabel Durbin-Watson didapat dl = 1,24 dan du = 1,56. Tabel 5. Ringkasan uji autokorelasi durbin-watson Kelompok dl du Durbin- Watson d 4-du 4-dl Keputusan A 1,24 1,56 1,804 2,4 2,76 tidak ada autokorelasi B 1,24 1,56 1,573 2,4 2,76 tidak ada autokorelasi C 1,24 1,56 2,119 2,4 2,76 tidak ada autokorelasi D 1,24 1,56 1,878 2,4 2,76 tidak ada autokorelasi E 1,24 1,56 2,300 2,4 2,76 tidak ada autokorelasi F 1,24 1,56 2,085 2,4 2,76 tidak ada autokorelasi Berdasarkan uji diatas dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas autokorelasi.

4.1.4 Uji Heterokedastisitas

Berdasarkan pengamatan terhadap scatterplot sebagaimana terdapat pada Lampiran 3, titik-titik yang muncul memiliki kecenderungan untuk menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi cukup baik homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.2. Analisis Kinerja Reksa Dana

Pada bagian ini ditampilkan kinerja kelompok reksa dana yang dihitung berdasarkan periode penelitian Januari 2008 sampai dengan Maret 2010, yaitu periode dimana IHSG mengalami fase kejatuhan market crash dan pemulihan pasar market rebound yang dihitung berdasarkan tingkat pengembalian rata-rata disetahunkan annual average return. Kemudian kinerja kelompok reksa dana saham di Indonesia diperbandingkan berdasarkan metode pengukuran dengan penyesuaian risiko yang dimilikinya risk-adjusted measures menggunakan indeks pengukuran kinerja Sharpe, Treynor, dan Jensen Alpha. Indeks Sharpe menggambarkan kinerja portofolio berdasarkan total risiko yang dimilikinya melalui pengukuran risk premium terhadap standar deviasi atau dl du 4-du 4-dl 4 2 terima tolak h0 tolak h0 simpangan baku dari fluktuasi perubahan nilai. Semakin tinggi nilai indeks Sharpe maka reksa dana tersebut memiliki kinerja yang semakin baik. Indeks Treynor sejatinya mirip dengan Indeks Sharpe, namun yang membedakan adalah pada Treynor mengukur volatilitas portofolio dengan membandingkan terhadap risiko sistematik pasar yang didapat dari nilai Beta . Semakin tinggi nilai indeks Treynor juga diartikan reksa dana tersebut memiliki kinerja yang semakin baik. Sedangkan Indeks Jensen Alpha digunakan untuk menilai apakah manajer investasi dalam mengelola portofolio reksa dana dapat memberikan tingkat pengembalian diatas kinerja pasar sesuai dengan risiko yang dimilikinya risk adjusted . Indeks Jensen Alpha didapat dengan mengukur perbedaan risiko premium portofolio portfolio risk premium dari risiko premium pasar market risk premium pada tingkat beta portofolio tertentu. Semakin tinggi nilai alpha α positif menunjukkan kinerja portofolio yang semakin baik. Tabel 6. Definisi operasional variabel Variabel Definisi Formula keterangan Return Reksa Dana atau Return Portfolio Rp Perbandingan antara selisih return pada akhir dengan awal periode. Return reksa dana disetahunkan. Risk Free Rate Tingkat suku bunga bebas risiko pada periode t Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI tenor 1 bulan Standar Deviasi Tingkat penyimpangan return yang diperoleh dari tingkat return rata-rata. Nilai standar deviasi disetahunkan. Beta Coefficient Risiko sistematik portofolio Risiko Premium Portofolio portfolio risk premium Selisih antara return portofolio dengan tingkat suku bunga bebas risiko Rp - Rf Risiko Premium Pasar market risk premium Selisih antara return pasar IHSG dengan tingkat suku bunga bebas risiko SBI Rm - Rf