Uji Autokorelasi Uji Heterokedastisitas

a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola tertentu yang jelas seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terdapat heteroskedastisitas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Asumsi Klasik

4.1.1 Uji Normalitas

Berdasarkan analisis grafik P-Plot sebagaimana terdapat pada Lampiran 1, data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya yang menunjukkan pola distribusi normal sehingga model regresi dapat memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan berdasarkan uji statistik Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov terhadap residual regresi didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4. Ringkasan uji normalitas non-parametrik kolmogorov-smirnov Kelompok Kolmogorov-Smirnov Z Asymp.sig 2-tailed Kesimpulan A 0,895 0,399 terdistribusi normal B 0,656 0,782 terdistribusi normal C 0,968 0,305 terdistribusi normal D 0,457 0,985 terdistribusi normal E 0,810 0,529 terdistribusi normal F 0,815 0,520 terdistribusi normal Terlihat bahwa nilai P-value yaitu Asymp.sig 2-tailed bernilai di atas 0,05 level of significant α, maka dapat disimpulkan bahwa residual telah memenuhi asumsi distribusi normal berdasarkan uji statistik normalitas Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov.

4.1.2 Uji Multikolinieritas

Dengan melihat tabel coefficient hasil regresi didapatkan nilai toleransi 0,785 dan nilai VIF Variance Inflation Factor 1,274. Dengan syarat terjadinya multikolinieritas apabila nilai toleransi ≤ 0,10 atau VIF ≥ 10, maka berdasarkan hasil uji tersebut variabel dinyatakan bebas multikolinieritas dan bisa digunakan dalam model regresi.

4.1.3 Uji Autokorelasi

Untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya maka dilakukan uji autokorelasi. Dengan jumlah variabel bebas k = 2 dan jumlah sampel n = 27, maka berdasarkan tabel Durbin-Watson didapat dl = 1,24 dan du = 1,56. Tabel 5. Ringkasan uji autokorelasi durbin-watson Kelompok dl du Durbin- Watson d 4-du 4-dl Keputusan A 1,24 1,56 1,804 2,4 2,76 tidak ada autokorelasi B 1,24 1,56 1,573 2,4 2,76 tidak ada autokorelasi C 1,24 1,56 2,119 2,4 2,76 tidak ada autokorelasi D 1,24 1,56 1,878 2,4 2,76 tidak ada autokorelasi E 1,24 1,56 2,300 2,4 2,76 tidak ada autokorelasi F 1,24 1,56 2,085 2,4 2,76 tidak ada autokorelasi Berdasarkan uji diatas dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas autokorelasi.

4.1.4 Uji Heterokedastisitas

Berdasarkan pengamatan terhadap scatterplot sebagaimana terdapat pada Lampiran 3, titik-titik yang muncul memiliki kecenderungan untuk menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi cukup baik homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.2. Analisis Kinerja Reksa Dana

Pada bagian ini ditampilkan kinerja kelompok reksa dana yang dihitung berdasarkan periode penelitian Januari 2008 sampai dengan Maret 2010, yaitu periode dimana IHSG mengalami fase kejatuhan market crash dan pemulihan pasar market rebound yang dihitung berdasarkan tingkat pengembalian rata-rata disetahunkan annual average return. Kemudian kinerja kelompok reksa dana saham di Indonesia diperbandingkan berdasarkan metode pengukuran dengan penyesuaian risiko yang dimilikinya risk-adjusted measures menggunakan indeks pengukuran kinerja Sharpe, Treynor, dan Jensen Alpha. Indeks Sharpe menggambarkan kinerja portofolio berdasarkan total risiko yang dimilikinya melalui pengukuran risk premium terhadap standar deviasi atau dl du 4-du 4-dl 4 2 terima tolak h0 tolak h0