Bahan dan Alat Rancangan Percobaan Pengumpulan Data Analisis Data

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Februari sampai dengan bulan April 2010. Kegiatan pemeliharaan benih ikan dilakukan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, analisis darah dan histologi insang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pengujian kadar glukosa darah dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut: kantong plastik, es batu, minyak sereh , dan benih ikan kerapu macan ukuran 7±0,5 cm. Alat yang digunakan adalah sebagai berikut: kotak stirofom ukuran 100 x 50 x 34 cm 3

3.3 Prosedur Penelitian

, akuarium untuk wadah pemeliharaan, termometer, pH-meter, DO-meter dan spektrofotometer.

3.3.1 Puasa Ikan

Puasa ikan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan ikan bisa bertahan hidup tanpa diberi makan. Penentuan puasa ikan dilakukan dengan cara menyiapkan akuarium berukuran 40 × 32 × 30 cm 3

3.3.2 Tingkat Konsumsi Oksigen

yang telah dibersihkan dan dikeringkan selama 2 hari kemudian diisi air laut sebanyak 25 liter yang diaerasi selama 2 hari lalu dimasukkan ikan kerapu macan berukuran 7±0,5 cm sebanyak 10 ekor. Pengamatan tingkah laku ikan serta kualitas air dilakukan setiap hari. Kualitas air yang ukur yaitu oksigen terlarut dengan menggunakan DO-meter, suhu dengan termometer dan pH dengan pH-meter Tingkat konsumsi oksigen TKO ditentukan bertujuan untuk menghitung kebutuhan oksigen benih ikan kerapu macan per jam, dengan cara menyiapkan 3 stoples bervolume 3 liter yang telah dibersihkan dan dikeringkan, kemudian diisi air bersalinitas 31 gl yang sebelumnya diaerasi selama 3 hari hingga jenuh. Ikan uji yang digunakan berukuran 7±0,5 cm dengan bobot 4,02 gram. Ikan uji dipuasakan selama 2 hari kemudian dimasukkan kedalam wadah masing-masing dengan kepadatan 3 ekor setiap wadah, kemudian ditutup dengan penutup plastik. Kandungan DO diukur setiap jam selama 4 jam dengan memasukkan DO-meter ke dalam stoples.

3.3.3 Uji Letal Konsentrasi LC

50 -96 jam Uji letal konsentrasi yang mematikan selama 96 jam LC 50 -96 jam dengan 4 tingkat konsentrasi termasuk kontrol. Untuk mendapatkan konsentrasi yang dikehendaki dilakukan pengenceran dari larutan stok berkonsentrasi 1000 ppm, dengan menggunakan rumus: N 1 V 1 = N 2 V 2

3.3.4 Analisis Darah

. Selanjutnya konsentrasi tersebut ditetapkan sebagai konsentrasi perlakuan yaitu perlakuan A 60 ppm, B 80 ppm, C 100 ppm, D 120 ppm dan E 140 ppm, kemudian ikan yang sudah dipuasakan selama 48 jam dimasukkan kedalam media yang sudah mengandung konsentrasi minyak sereh tertentu, lalu diamati tingkah laku ikan sampai ada perlakuan yang mengalami kematian 50. Analisis darah yang dilakukan selama penelitian meliputi parameter : 1 Sel darah merah eritrosit Penghitungan jumlah sel darah merah dilakukan pada ikan normal, pasca pengangkutan dan 7 hari setelah pemeliharaan. Pengamatan dan penghitungan jumlah sel darah merah dilakukan berdasarkan prosedur dari Blaxhall dan Daisley 1973. Darah diambil dari ikan dengan menggunakan injeksi yang terlebih dahulu telah diisi dengan cairan antikoagulan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah. Darah yang tersedot dimasukkan kedalam ependorf, dan kemudian darah dihisap dengan menggunakan pipet pencampur sampai dengan skala 0,5 dan ditambahkan dengan larutan hayems yang dihisap dengan menggunakan pipet yang sama hingga mencapai skala 101. Setelah itu, pipet digoyang membentuk angka delapan selama 3-5 menit. Tetesan pertama dibuang dan tetesan berikutnya diteteskan kedalam hemositometer dan ditutup dengan kaca penutup. Penghitungan dilakukan pada 5 kotak kecil yaitu pada sudut kiri atas, sudut kanan atas, sudut kiri bawah, sudut kanan bawah dan pada bagian tengah. Jumlah sel darah merah yang terhitung dikonversikan dengan rumus : Jumlah sel darah merah = ∑ sel darah merah terhitung x 10 6 selmm 3 2 Sel darah putih leukosit Penghitungan jumlah sel darah putih dilakukan pada ikan normal, pasca pengangkutan dan 7 hari setelah pemeliharaan. Pengamatan dan penghitungan jumlah sel darah putih dilakukan berdasarkan prosedur dari Blaxhall dan Daisley 1973. Metode pengambilan darahnya sama dengan metode pengambilan darah merah. Darah dihisap dengan pipet pencampur sampai dengan skala 11. Kemudian pipet digoyangkan hingga membentuk angka delapan selama 3-5 menit. Tetesan pertama dibuang, dan tetesan selanjutnya diteteskan diatas hemositometer lalu ditutup dengan kaca penutup. Penghitungan dilakukan pada 5 kotak besar. Jumlah sel darah putih yang terhitung dikonversikan dengan rumus : Jumlah sel darah putih = ∑ sel darah putih terhitung x 50 selmm 4 Kadar Hemoglobin Hb 3 3 Diferensiasi Leukosit Dengan cara menghitung jumlah neutrofil, limfosit, monosit, trombosit dalam darah tersebut dengan pengamatan dilakukan sebanyak 10 lapang pandang kemudian perhitungan dalam bentuk persentase Pengukuran kadar hemoglobin pada prinsipnya adalah mengkonversikan hemoglobin dalam darah ke dalam bentuk asam hematin oleh asam klorida dan dinyatakan dalam persen Hb. Kadar HB dilakukan pada ikan normal, pasca pengangkutan dan 7 hari setelah pemeliharaan Anderson dan Swicki 1993. Prosedur pengukuran kadar hemoglobin. Mula-mula darah diisap menggunakan pipet sahli hingga skala 20 mm 3 , kemudian dipindahkan ke dalam tabung Hb yang berisi HCl 0,1 N sampai skala 10 kuning. Didiamkan selama 3–5 menit agar Hb bereaksi dengan HCl membentuk asam hematin, kemudian diaduk dan ditambahkan aquadestila sedikit demi sedikit hingga warnanya sama dengan standar. Pembacaan skala dilakukan dengan melihat tinggi permukaan larutan yang dikocok dengan skala lajur g yang menunjukkan banyaknya Hb dalam gram setiap 100 ml darah dan dinyatakan dalam persentase Hb. 4. Glukosa Darah Pengukuran dilakukan untuk mengevaluasi tingkat stres pada ikan. Prosedur pengukuran glukosa darah ikan yaitu: darah diambil dari ikan dengan menggunakan injeksi yang telah diisi dengan cairan antikoagulan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah. Darah yang tersedot dimasukkan ke dalam tabung ependorf, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 12.000 rpm selama 5 menit. Setelah terbentuk lapisan-lapisan yang terdiri dari lapisan plasma yang jernih di bagian atas, selanjutnya ambil 10 µ l lapisan plasma tambahkan kedalam tabung reaksi berisi 1 ml regen glucose liquicolor selanjutnya dihomogenkan dengan menggunakan vortex, diinkubasi selama 10 menit pada suhu kamar, baca nilai absorban pada spektrofotometer dengan λ 500 nm. Kadar glukosa darah diukur mengikuti Wedemeyer dan Yatsuke 1977 yaitu : Absorban sampel Glukosa darah = x Konsentrasi standar Absorban standar Analisis Histopatologi Histopatologi dilakukan pada ikan normal, pasca pengangkutan, dan setelah pemeliharaan 7 hari diukur di Laboratorium Kesehatan ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Jaringan yang diamati adalah insang. Pengamatan dilakukan dengan membuat preparat histologi. Prosedur pembuatan preparat histologi insang disajikan pada Lampiran 2.

3.3.6 Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur dalam penelitian ini seperti terlihat pada Tabel 4 dan dilakukan pengukuran setiap 24 jam sekali. Tabel 4 Parameter air yang diukur dan alat yang digunakan Parameter Satuan Metodealat yang digunakan Suhu o Termometer C Salinitas gL Refraktometer pH pH-meter Oksigen terlarut DO mgL DO-meter Karbon dioksida CO 2 mgL Titrasi larutan NaOH 0,0227 N, indikator phenolphthalein pp, indikator Methyl Orange 0,05 Amoniak mgL Pereaksi uji amoniak 1 tetes MnSO 4 Nitrit , 0,6 ml phenat, 0,5 ml chlorox Spektofotometer panjang gelombang 630 mgL Sulfanilamit 5 tetes, NED 5 tetes Spektofotometer panjang gelombang 543 Alkalinitas mgL Titrasi PP 2 tetes, BCG+MR 2 tetes, HCl 0,0200 N Kesadahan mgL Titrasi Buffer hardnes 1 ml, EBT 2-3 tetes, EDTA 0,0141 N

3.3.7 Derajat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Spesifik

Pengamatan kelangsungan hidup survival rate, SR ikan kerapu macan dilakukan setiap 6 jam sekali selama pengangkutan. Derajat kelangsungan hidup ikan kerapu ditentukan dengan menggunakan rumus Effendi 1978 : 100 x No Nt Sr = Keterangan : SR = derajat kelangsungan hidup Nt = jumlah hewan uji pada akhir penelitian ekor No = jumlah hewan uji pada awal penelitian ekor Laju pertumbuhan spesifik spesific growth rate, SGR ikan kerapu macan ditentukan dengan menggunakan rumus Zonneveld 1991 : 100 ln ln x t W Wt SGR − = Keterangan: SGR = Laju pertumbuhan spesifik W t = Berat tubuh ikan pada waktu t W = Berat tubuh ikan pada awal penelitian t = Waktu penelitian

3.3.8 Prosedur Pengangkutan

Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan masing-masing 2 ulangan. Setiap kantong dilengkapi dengan kran pengeluaran air, kemudian diisi air laut dan oksigen dengan perbandingan 1 : 3 kemudian diikat dengan karet gelang, setelah itu dimasukkan ke dalam kotak stirofom dan diberi es batu kemudian ditutup. Pengangkutan dilakukan secara simulasi yaitu dengan memasukkan stirofom ke dalam bak kemudian air dialirkan dari kran dan juga digerakkan dengan pompa. Pengamatan keadaan ikan dilakukan setiap 6 jam dengan cara mengeluarkan kantong dari stirofom, sedangkan pengambilan sampel air dilakukan setiap 24 jam sekali dengan mengalirkan air dari kran sehingga kantong tetap dalam keadaan tertutup.

3.4 Rancangan Percobaan

Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan dengan 2 ulangan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan model rancangan menurut Steel dan Torrie 1989 : Yij = µ + τi + έij Keterangan: Yij = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τi = pengaruh perlakuan ke-i έij = kesalahan percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Rancangan perlakuannya adalah sebagai berikut: K = Tanpa minyak sereh A = Minyak sereh dosis 10 mgL B = Minyak sereh dosis 20 mgL C = Minyak sereh dosis 30 mgL

3.5 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data kematian ikan, berat ikan, TAN, suhu, pH, oksigen, CO 2

3.6 Analisis Data

, salinitas, alkalinitas, kesadahan, nitrit, sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin, hematokrit, glukosa darah, dan histologi insang. Kemudian data yang terkumpul digunakan untuk menghitung nilai parameter penelitian yaitu tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik SGR, kualitas air, jumlah SDM, jumlah SDP, hematokrit, hemoglobin, N:L rasio, dan glukosa. Kemudian histologi insang digunakan untuk mengetahui tingkat kerusakan yang terjadi pada insang. Data glukosa darah digunakan untuk mengetahui tingkat stres pada ikan. Data berupa TAN, amoniak, sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin, hematokrit, N:L rasio, glukosa darah, kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam anova dengan uji F pada selang kepercayaan 95 untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh. Jika perlakuan berpengaruh nyata, maka untuk melihat perbedaan antar perlakuan diuji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur BNJ. Data kualitas air dianalisis secara deskriptif dengan menampilkan tabel dan grafik, sedangkan histopatologi menggunakan gambar. Analisis data dilakukan dengan bantuan program Ms Excel 2003 dan SPSS 16.0

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

4.1.1 Puasa Ikan

Pemuasaan ikan dilakukan pada awal penelitian yaitu sebelum dilakukan pengepakan, dengan tujuan untuk mengetahui lama waktu ikan hidup tanpa diberi makan. Kemampuan puasa ikan dapat dilihat pada Tabel 5. Dari hasil puasa ikan didapatkan bahwa ikan kerapu macan dengan bobot rata-rata 4,02±0,132 gram mampu bertahan hidup dalam keadaan puasa lebih dari 8 hari. Tabel 5 Kemampuan puasa ikan Hari ke- Σ ikan hidup ekor Σ ikan mati ekor SR Suhu ºC pH DO mgL Tingkah laku ikan 1 2 3 4 5 6 7 8 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100 100 100 100 100 100 100 27 26 26 26 26 27 26 26 7,4 7,2 7,1 7,4 7 7,2 7 7,1 5,8 5,5 4,8 4,6 4,3 4,8 4,3 4,2 Berenang aktif Berenang aktif Berenang aktif Berenang aktif Berenang aktif Berenang aktif Berenang aktif Berenang aktif

4.1.2 Tingkat Konsumsi Oksigen

Pengukuran tingkat konsumsi oksigen TKO dilakukan pada awal penelitian sebelum pengepakan ikan, untuk mengetahui kebutuhan oksigen ikan per jam. Dari hasil uji TKO ikan kerapu macan, diperoleh bahwa pada ukuran ikan 4,02 gram membutuhkan oksigen sebesar 0,352 mg O 2 .g -1 .jam -1 , sehingga kebutuhan oksigen untuk ikan kerapu macan ukuran 4,02 gram yang diangkut selama 56 jam adalah sebesar 79,24 mg O 2 .g -1 .jam -1

4.1.3 Uji Letal Konsentrasi LC

. Berdasarkan hasil uji pendahuluan, maka dilakukan uji lanjut untuk mendapatkan kisaran kritis konsentrasi mematikan 50 ikan uji selama 96 jam LC 50 -96 jam dengan menggunakan 5 konsentrasi yaitu 60 mgl, 80 mgl, 100 mgl, 120 mgl dan 140 mgl ditambah dengan satu kontrol tanpa minyak sereh.

Dokumen yang terkait

Analysis of suitability of mandeh bay for culturing tiger grouper (E. fuscoguttatus) in floating nets cage, pesisir selatan regency, West Sumatera Province

0 7 183

Toxicity of heavy metal’s lead (Pb) and its effects on oxygen consumption and hematological response of juvenile tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus)

1 7 164

Toxicity of heavy metal’s lead (Pb) and its effects on oxygen consumption and hematological response of juvenile tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus)

0 6 96

Analysis of suitability of mandeh bay for culturing tiger grouper (E. fuscoguttatus) in floating nets cage, pesisir selatan regency, West Sumatera Province

0 4 96

Immunocytochemical Study on Blood and Organ Suspension of Tiger Grouper (Epinephelus fuscoguttatus) Infected with Field Isolate of Viral Nervous Necrosis | Lestari | Jurnal Sain Veteriner 5426 11269 1 PB

0 0 8

mn149a hatchery management of tiger grouper epin 11814

1 2 72

Examination of Viral Nervous Necrosis Virus in The Water Sample of The Tiger Grouper (Epinephelus fuscoguttatus) with Immunocytochemistry of Streptavidin Biotin | Sudaryatma | Jurnal Sain Veteriner 2489 4230 1 SM

0 1 11

Keywords: Tiger Grouper, Sawdust and Dry Transportation Systems PENDAHULUAN - UJI KETAHANAN HIDUP IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN TEKNIK IMOTILISASI SUHU RENDAH DALAM TRANSPORTASI SISTEM KERING

0 0 7

EFFECT OF LEMONGRASSE OIL DOSAGE (Cimbopogon citrates (DC) Stapf ) TO GOING CONCERN ON Anesthetic OF TIGER FISH (Datnioides mescrolepis) WITH TRANSPORTATION CLOSED

0 0 6

EFFECTS OF VITAMIN C IN HIGH-ENERGY FEEDS ON GROWTH AND SURVIVAL RATE OF TIGER GROUPER SEEDS (Epinephelus fuscoguttatus)

0 0 7