Sel Darah Merah Sel Darah Putih

yaitu sekitar 3 dari berat tubuhnya. Darah mempunyai fungsi vital diantaranya adalah mengedarkan nutrien seperti ke seluruh sel-sel tubuh, membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh serta membawa hormon dan enzim ke organ yang memerlukannya, menjaga keseimbangan tubuh dan untuk mengangkut hasil buangan metabolisme seperti karbon dioksida dan asam laktat. Darah juga membawa materi ion anorganik Na + , Mg 2+ , Cl - , dan senyawa organik seperti hormon, vitamin, dan beberapa protein plasma. Pemeriksaan darah penting artinya untuk mendiagnosa suatu penyakit dan kondisi ikan. Penyimpangan fisiologi ikan menyebabkan komponen-komponen darah juga mengalami perubahan. Perubahan gambaran darah dapat menentukan kondisi atau status kesehatan ikan Wedemeyer 1996.

2.7.2.1 Sel Darah Merah

Sel darah merah terbentuk di jaringan hematopoetik ginjal dan pada ikan merupakan sel yang terbanyak. Lagler et al. 1977 membagi darah ikan berdasarkan warna dan fungsinya yaitu sel darah merah eritrosit dan sel darah putih leukosit. Sel darah merah ikan pada umumnya mempunyai inti dengan bentuk oval hingga bundar, intinya kecil dengan sitoplasma, berwarna merah kekuningan dan berukuran 10 x 11 μm sampai 12 x 13 μm dengan diameter inti 4- 5 μm dan jumlah sel darah merah 1,43 x 10 6 selmm 3 sampai 3,18 x 10 6 selmm 3 . Pada ikan bertulang keras jumlah sel darah merah dalam keadaan normal berkisar antara 1,05-3,00 x 10 6 selmm 3 Jumlah sel darah putih lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah. Penyimpangan sel darah putih dari keadaan normal mempunyai arti klinis penting untuk evaluasi proses penyakit Dallman dan Brown 1989. Sel darah putih dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan ada tidaknya butir-butir granula . Sel darah merah berfungsi sebagai transport oksigen. Rendahnya jumlah eritrosit menandakan ikan menderita anemia dan kerusakan organ ginjal, sedangkan tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stres Wedemeyer dan Yasutake 1977; Nabib dan Pasaribu 1989. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah merah adalah spesies, perbedaan induk genetik, kondisi nutrisi, aktifitas fisik, dan umur Dallman dan Brown 1989.

2.7.2.2 Sel Darah Putih

dalam sel, yaitu agranulosit dan granulosit. Agranulosit dibagi menjadi limposit, trombosit, dan monosit, sedangkan granulosit berupa netrofil. Sel darah putih berdiferensiasi pada ginjal menjadi beberapa tipe khusus seperti limposit, netrofil, dan trombosit. Netrofil berfungsi melawan penyakit bersama-sama dengan eosinofil yang disebabkan oleh organisme mikroseluler seperti bakteri dan virus. Sifat melawan penyakit ini disebut sifat fagositik yaitu memakan dan menghancurkan sel penyebab penyakit Lagler et al. 1977. Secara normal pada individu yang sehat jumlah sel darah putih di dalam darah adalah 1 dari total jumlah darah. Sel darah putih tidak berwarna, jumlahnya setiap mm 3 berkisar 20.000-150.000 butir Affandi dan Tang 2002. Peningkatan sel darah putih dapat disebabkan oleh penyakit, infeksi, parasit, stres akibat penanganan dan pengaruh lingkungan Guyton dan Hall, 1997. Kadar limfosit pada ikan kerapu normal adalah 72 dari total leukositnya, sedangkan yang diberi perlakuan hormon steroid LHRHa dosis 50 mgkg bobot tubuh yaitu 54,5 Fris et al. 2003. Limfosit merupakan jenis leukosit yang paling dominan dalam leukosit dengan kisaran 71,1-82,88 dari total leukosit Rostagi 1997. Jumlah limfosit yang tinggi dalam sirkulasi darah akan diimbangi dengan jumlah netrofil yang rendah dan sebaliknya. Penurunan jumlah limfosit dalam darah terjadi karena sebagian besar limfosit dari sirkulasi darah berkonsentrasi dalam jaringan dimana terjadi peradangan Jawad et al. 2004

2.7.2.3 Hemoglobin

Dokumen yang terkait

Analysis of suitability of mandeh bay for culturing tiger grouper (E. fuscoguttatus) in floating nets cage, pesisir selatan regency, West Sumatera Province

0 7 183

Toxicity of heavy metal’s lead (Pb) and its effects on oxygen consumption and hematological response of juvenile tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus)

1 7 164

Toxicity of heavy metal’s lead (Pb) and its effects on oxygen consumption and hematological response of juvenile tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus)

0 6 96

Analysis of suitability of mandeh bay for culturing tiger grouper (E. fuscoguttatus) in floating nets cage, pesisir selatan regency, West Sumatera Province

0 4 96

Immunocytochemical Study on Blood and Organ Suspension of Tiger Grouper (Epinephelus fuscoguttatus) Infected with Field Isolate of Viral Nervous Necrosis | Lestari | Jurnal Sain Veteriner 5426 11269 1 PB

0 0 8

mn149a hatchery management of tiger grouper epin 11814

1 2 72

Examination of Viral Nervous Necrosis Virus in The Water Sample of The Tiger Grouper (Epinephelus fuscoguttatus) with Immunocytochemistry of Streptavidin Biotin | Sudaryatma | Jurnal Sain Veteriner 2489 4230 1 SM

0 1 11

Keywords: Tiger Grouper, Sawdust and Dry Transportation Systems PENDAHULUAN - UJI KETAHANAN HIDUP IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN TEKNIK IMOTILISASI SUHU RENDAH DALAM TRANSPORTASI SISTEM KERING

0 0 7

EFFECT OF LEMONGRASSE OIL DOSAGE (Cimbopogon citrates (DC) Stapf ) TO GOING CONCERN ON Anesthetic OF TIGER FISH (Datnioides mescrolepis) WITH TRANSPORTATION CLOSED

0 0 6

EFFECTS OF VITAMIN C IN HIGH-ENERGY FEEDS ON GROWTH AND SURVIVAL RATE OF TIGER GROUPER SEEDS (Epinephelus fuscoguttatus)

0 0 7