Salinitas Karbondioksida CO pH

Berka 1986 menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut bukan merupakan faktor pembatas dalam transportasi ikan hidup apabila suhu air tidak banyak berubah sehingga tidak mempengaruhi aktifitas metabolisme ikan. Suhu sangat mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen, peningkatan suhu akan meningkatkan laju metabolisme dan menyebabkan konsumsi oksigen pada jaringan lebih tinggi, sehingga kandungan oksigen terlarut berkurang Berka 1986. Menurut Wibowo et al. 1997 pada suhu 21-27 C cenderung terjadi peningkatan metabolisme sehingga laju respirasi dan ekskresi amoniak meningkat.

2.4.3 Salinitas

Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium Na, kalium K, kalsium Ca, magnesium Mg. Klorit Cl, sulfat SO 4 dan bikarbonat HCO 3 . Salinitas dinyatakan dalam satuan gkg atau promil ‰ Effendi 2003. Salinitas ikan kerapu berkisar antara 34,259 – 34,351‰ Langkosono 2006. Sedangkan menurut Kantor Menteri Negara dan Lingkungan Hidup 1988 salinitas untuk ikan kerapu adalah berkisar antara 33 – 35 ‰.

2.4.4 Karbondioksida CO

2 Karbondioksida dalam air pada umumnya merupakan hasil respirasi dari ikan dan mikroba. Kadar CO 2 lebih tinggi dari 10 mgL diketahui bersifat racun bagi ikan. Kadar karbondioksida tinggi juga menunjukkan lingkungan air yang asam meskipun demikian karbondioksida diperlukan dalam proses pembufferan. Kadar karbondioksida lebih dapat ditoleransi oleh ikan dibandingkan dengan amoniak, bahkan banyak ikan yang hidup pada air dengan kadar CO 2 lebih besar dari 60 mgL Boyd 1992. Kadar CO 2 sebesar 50 - 100 mgL dapat membunuh ikan dalam waktu yang relatif lama. Kadar CO 2 dalam air juga mempengaruhi nilai pH air. Apabila kandungan CO 2 dalam air tinggi maka nilai pH air rendah dan sebaliknya bila kandungan CO 2

2.4.5 pH

rendah maka nilai pH tinggi Boyd 1992. Nilai pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen H + di dalam air. Nilai pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan makhluk-makhluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka. Besaran pH berkisar dari 0 sangat asam sampai dengan 14 sangat basaalkalin. Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa alkalin, sedangkan pH = 7 disebut sebagai pH netral. Fluktuasi pH air sangat ditentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula dari setiap gangguan terhadap perubahan pH. Dengan demikian kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan alkalinitas dan tingkat kesadahan air.

2.4.6 Alkalinitas

Dokumen yang terkait

Analysis of suitability of mandeh bay for culturing tiger grouper (E. fuscoguttatus) in floating nets cage, pesisir selatan regency, West Sumatera Province

0 7 183

Toxicity of heavy metal’s lead (Pb) and its effects on oxygen consumption and hematological response of juvenile tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus)

1 7 164

Toxicity of heavy metal’s lead (Pb) and its effects on oxygen consumption and hematological response of juvenile tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus)

0 6 96

Analysis of suitability of mandeh bay for culturing tiger grouper (E. fuscoguttatus) in floating nets cage, pesisir selatan regency, West Sumatera Province

0 4 96

Immunocytochemical Study on Blood and Organ Suspension of Tiger Grouper (Epinephelus fuscoguttatus) Infected with Field Isolate of Viral Nervous Necrosis | Lestari | Jurnal Sain Veteriner 5426 11269 1 PB

0 0 8

mn149a hatchery management of tiger grouper epin 11814

1 2 72

Examination of Viral Nervous Necrosis Virus in The Water Sample of The Tiger Grouper (Epinephelus fuscoguttatus) with Immunocytochemistry of Streptavidin Biotin | Sudaryatma | Jurnal Sain Veteriner 2489 4230 1 SM

0 1 11

Keywords: Tiger Grouper, Sawdust and Dry Transportation Systems PENDAHULUAN - UJI KETAHANAN HIDUP IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN TEKNIK IMOTILISASI SUHU RENDAH DALAM TRANSPORTASI SISTEM KERING

0 0 7

EFFECT OF LEMONGRASSE OIL DOSAGE (Cimbopogon citrates (DC) Stapf ) TO GOING CONCERN ON Anesthetic OF TIGER FISH (Datnioides mescrolepis) WITH TRANSPORTATION CLOSED

0 0 6

EFFECTS OF VITAMIN C IN HIGH-ENERGY FEEDS ON GROWTH AND SURVIVAL RATE OF TIGER GROUPER SEEDS (Epinephelus fuscoguttatus)

0 0 7