Kemandirian nilai
Remaja dapat dikatakan mandiri dalam nilai jika sudah memiliki keyakinan, nilai-nilai dan pendapat sendiri Moore 1987; Smolak 1993 sehingga
nantinya remaja cukup mudah dalam menolak tekanan untuk mengikuti permintaan orang lain Steinberg 1993. Hasil penelitian, dalam Tabel 31,
menjelaskan bahwa hampir seluruh contoh telah memiliki prinsip yang kuat tentang konsep benar dan salah, sehingga mereka dapat menghargai pendapat
orang lain 96.8, meyakini sesuatu hal 88.9, dan menganggap perbedaan bukan sebagai masalah 76.2.
Tabel 31 Sebaran contoh berdasarkan kemandirian nilai
No Pernyataan
Tidak Pernah
Total n
n n
1 Meyakini bahwa sesuatu yang dilakukan adalah
benar 7
11.1 56
88.9 63
100 2
Menghargai pendapat orang lain 2
3.2 61
96.8 63
100 3
Menganggap perbedaan bukan sebagai masalah
15 23.8
48 76.2
63 100
4 Kebersamaan menjaga kebersihan
2 3.2
61 96.8
63 100
5 Memiliki prinsip yang kuat
6 9.5
57 90.5
63 100
Kemandirian secara nilai pada Tabel 32 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh telah meyakini bahwa hal yang dilakukan adalah benar dan sudah
semestinya dilakukan. Salah satu contohnya adalah bersedia berteman dengan siapa saja 79.4 untuk menjelaskan bahwa perbedaan bukanlah hal negatif
dan wajar terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Kesimpulannya adalah contoh sudah memiliki prinsip yang kuat dan sudah mampu membedakan mana yang
salah dan benar serta berani mengatakan tidak jika ada suatu hal yang tidak sesuai dengan hati nuraninya Steinberg 1993.
Tabel 32 Sebaran contoh berdasarkan hal yang dilakukan dalam kemandirian nilai
No Pernyataan
Persentase Tidak
memilih Pilihan 1
Pilihan 2 Pilihan 3
Pilihan 4
1 Meyakini
bahwa sesuatu yang
dilakukan adalah benar
7.9 Melakukan
sesuatu sesuai dengan hati
nurani dan sebaik mungkin
66.7 Melakukan
sesuatu dengan petunjuk
guruorangtua 9.5
Melakukan sesuatu hanya
karena ikut- ikutan teman
15.9 Lainnya
Tabel 32 Lanjutan
No Pernyataan
Persentase Tidak
memilih Pilihan 1
Pilihan 2 Pilihan 3
Pilihan 4
2 Menghargai
pendapat orang lain
3.2 Tidak tergantung
siapa yang berpendapat
79.5 Menganggap
bahwa hanya pendapat saya
yang benar 6.3 Tidak peduli
dengan pendapat orang lain 7.9
Lainnya 3.2
3 Menganggap
perbedaan bukan
sebagai masalah
6.3 Berteman
dengan siapa saja 79.4
Berteman hanya dengan yang
sedaerah 1.6 Tidak mau
berteman dengan yang
miskin dan tidak pintar 6.3
Lainnya 6.3
4 Kebersamaan
menjaga kebersihan
1.6 Tetap menjaga
kebersihan kelasasrama
walaupun tidak piket pada hari
itu 71.4 Tugas menjaga
kebersihan hanyalah tugas
bagi anak yang piket pada hari
itu 17.5 Tidak peduli
dengan kebersihan
kelasasrama 7.9
Lainnya 1.6
5 Memiliki prinsip
yang kuat 9.5
Berani menolak ajakan teman
jika hal itu salah 4.8
Berani menolak ajakan teman
karena ada teman lain yang
menolak juga Tidak berani
menolak ajakan teman karena
takut dimusuhi 85.7
Lainnya
Ket : = disebutkan didalam lampiran 3
Kemandirian contoh dikategorikan kedalam tiga kelompok, pada Tabel 33, yaitu kurang 0-5, sedang 6-10, dan baik 11-15. Secara keseluruhan
contoh termasuk dalam kategori kemandirian yang baik 87.3 dan begitu pula jika dibedakan dari jenis kelaminnya yaitu laki-laki 78.1 dan perempuan
96.8. Hasil uji beda t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata
p0.05 antara tingkat kemandirian contoh laki-laki dan perempuan. Tabel 33 Sebaran contoh berdasarkan kategori kemandirian
Kategori Laki-laki
Perempuan Total
n n
n Kurang 0-5
Sedang 6-10 7
21.9 1
3.2 8
12.7 Baik 11-15
25 78.1
30 96.8
55 87.3
Total 32
100 31
100 63
100 Min-maks
8-15 10-15
8-15 Rata-rata±SD
12.72±2.08 13.55±1.38
13.13±1.80 P-Value
0.068 Keterangan : p0.068 = 0.05
Hasil ini sesuai dengan penelitian Harter 1999 yang menjelaskan bahwa contoh laki-laki dan perempuan berada pada tingkat kesulitan yang sama dalam
hal kemampuan mengeluarkan opini ketika mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama SMP dan sekolah menengah atas SMA. Steinberg 1993
menyatakan bahwa seorang remaja baru bisa dikatakan memiliki kemandirian jika ia sudah mampu mandiri tidak hanya secara perilaku melainkan juga secara
emosi dan nilai. Penelitian yang dilakukan Karma 2002 menjelaskan bahwa kemandirian nilai merupakan kemandirian yang paling kompeks dan umumnya
berkembang paling akhir sehingga paling sulit untuk dicapai.
Pola asuh emosi
Persepsi terhadap pola asuh dalam penelitian ini merupakan sebuah proses yang aktif dari contoh dalam memilah, mengelompokkan serta
memberikan makna terhadap informasi yang diterima atau perlakuan yang dirasakan
contoh mengenai
pola asuh
yang dilakukan
pengasuh ustadustadzah di pondok pesantren. Sedangkan pola asuh adalah cara
berinteraksi yang paling dominan dalam berhubungan dengan para santri. Menurut Gottman 2004 pola asuh terbagi menjadi empat macam yaitu
1 pelatih emosi : mengajarkan anak tentang apa yang mereka rasakan dan bagaimana mengatasi perasaan tersebut dengan cara yang benar; 2 pengabai
emosi : menganggap perasaan anak tidak penting dan bagi para orangtua, pengasuh atau guru cenderung untuk mengatakan kalimat “lupakan saja apa
yang dirasakan;” 3 tidak menyetujui : menganggap kemarahan atau tangisan anak sebagai upaya untuk mencari perhatian dan anak akan mendapat hukuman
atas apa yang telah mereka rasakan; dan 4 Laissez-faire : memberikan
kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan segala hal yang dirasakan oleh anak dengan tidak memberi batasan dan sedikit bimbingan.
Pola asuh pelatih emosi Coaching
Berdasarkan Tabel 34, sebagian besar contoh setuju bahwa ustadustadzah menghargai emosi negatif contoh dan bersedia meluangkan
waktu untuk mendengarkan kesedihan contoh 44.5 dan menanyakan apa yang sedang contoh pikirkan dan penyebab dari kesedihan atau kemarahan itu
63.5. Disamping itu, ustadustadzah juga mengajarkan kepada contoh tentang apa yang mereka rasakan serta bagaimana mengatasi perasaan
tersebut dengan cara yang positif seperti membolehkan contoh melakukan sesuatu asal bertanggung jawab 63.5.
Tabel 34 Sebaran contoh berdasarkan pola asuh pelatih emosi
No Pernyataan
Persentase SS
S KS
TS Total
1 Jika saya sedih, saya membicarakan kesedihan itu
bersama-sama dengan Ustadustadzah 44.5 22.2 22.2 11.1
100 2
Ustadustadzah membolehkan saya melakukan
sesuatu sesuai kehendak saya, tetapi saya harus berani
dan bisa
mempertanggungjawabkan perbuatan saya tersebut
63.5 22.2 9.5