Urutan Kelahiran
Berdasarkan urutan kelahiran dalam keluarga contoh tersebar mulai anak pertama hingga anak ke-6 enam dengan persentase terbesar 49.2 sebagai
anak pertama dengan rata-rata urutan kelahiran contoh 1.81 Tabel 6. Lebih dari separuh contoh laki-laki 56.3 dan hampir separuh contoh perempuan 45.2
tergolong  pada  kelompok  anak  pertama.  Anak  pertama  dalam  sebuah  keluarga digambarkan  sebagai  anak  yang  lebih  dewasa,  penolong,  mengalah,  lebih
cemas, mampu mengendalikan diri dan kurang agresif jika dibandingkan dengan saudaranya Santrock 2003.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan urutan kelahiran dan jenis kelamin
Urutan lahir Laki-laki
Perempuan Total
n n
n 1
18 56.3
13 41.9
31 49.2
2 7
21.9 14
45.2 21
33.3 3
3 9.4
4 12.9
7 11.1
4 2
6.2 2
3.2 6
2 6.2
2 3.2
Total 32
100 31
100 63
100 Min-maks
1-6 1-3
1-6 Rata-rata±SD
1.91±1.40 1.71±0.69
1.81±1.11
Hurlock 1978 menjelaskan bahwa anak pertama lebih merasa tidak pasti, tidak mudah  percaya,  tidak  merasa  aman,  lihai,  bakhil,  bergantung,  bertanggung
jawab,  berkuasa,  iri  hati,  konservatif,  kurang  adanya  dominasi  dan  agresivitas, mudah  dipengaruhi,  mudah  merasa  senang,  sensitif,  murung,  introvert,  sangat
terdorong berprestasi, membutuhkan afiliasi, pemarah, manja, dan mudah terlibat dalam gangguan perilaku.
Karakteristik Keluarga Usia orangtua contoh
Usia  ayah  contoh  berkisar  antara  31  hingga  56  tahun  dengan  rata-rata 42.34 tahun sedangkan usia ibu berkisar antara 26 hingga 50 tahun dengan rata-
rata  38.46  tahun  Tabel  7.  Lebih  dari  separuh  contoh  memiliki  ayah  60.3 dengan  usia  antara  40-49  tahun  dan  ibu  54.0  dengan  usia  29-39  tahun.
Menurut Hurlock 1991 usia ibu termasuk dalam kelompok dewasa awal 18-40 tahun,  sedangkan  usia  ayah  termasuk  dalam  kelompok  dewasa  madya  40-60
tahun.  Hastuti  2008  menjelaskan  bahwa  usia  orangtua  berhubungan  dengan kestabilan emosi dan pengendalian diri. Oleh karena itu, semakin bertambah usia
orangtua  maka  kestabilan  emosi  dan  pengendalian  dirinya  akan  semakin bertambah pula. Pertambahan tersebut diharapkan dapat membuat cara berpikir
orangtua  dalam meningkatkan  perkembangan  anak menjadi  lebih  baik.  Tabel  7 berikut ini menjelaskan sebaran contoh berdasarkan usia orangtua.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan usia orangtua
Usia Orangtua tahun Ayah
Ibu n
n 29-39 tahun
16 25.4
34 54.0
40-49 tahun 38
60.3 27
42.9 50-56 tahun
9 14.3
2 3.1
Total 63
100 63
100 Min-maks
31-56 29-50
Rata-rata ±SD 42.34
±
5.76 38.46±4.99
Pendidikan orangtua contoh
Tingkat  pendidikan  orangtua  contoh  tersebar  mulai  SDsederajat  hingga sarjana  Tabel  8.  Pada  umumnya  tingkat  pendidikan  ayah  57.1  dan  ibu
47.6  contoh  adalah  SMAsederajat.  Sedangkan  orangtua  yang  memiliki tingkat pendidikan sarjana hanya sebanyak 15 orang untuk ayah 23.8 dan 10
orang  untuk  ibu  15.9.  Fenomena  yang  terjadi  sekarang  ini  menunjukkan bahwa kebanyakan orangtua menginginkan anaknya menjadi orang yang sukses
dalam pendidikan maupun karirnya, sehingga di masa yang akan datang mereka dapat  memperbaiki  kualitas  hidupnya  menjadi  lebih  baik  dari  sebelumnya
Sumardi 1982, diacu dalam Sumarto 2006. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan terakhir orangtua
Pendidikan Orangtua Ayah
Ibu n
n SDsederajat
2 3.2
8 12.7
SMPsederajat 7
11.1 12
19.0 SMAsederajat
36 57.1
30 47.6
AkademiDiploma 3
4.8 3
4.8 Sarjana
15 23.8
10 15.9
Total 63
100 63
100 Sumber data sekolah
Pekerjaan orangtua contoh
Orangtua  contoh  dalam penelitian  ini  memiliki  pekerjaan  yang  beragam. Mayoritas  contoh  69.8  memiliki  ayah  yang  berprofesi  sebagai  wiraswasta
sedangkan hampir separuh contoh 47.6 memiliki ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga Tabel 9. Pekerjaan sebagai wiraswasta tidak mengharuskan
ayah untuk absen dari rumah dalam waktu yang lama sehingga keretakan dalam hubungan  keluarga  tidak perlu  dikhawatirkan,  khususnya  dengan anak  Hurlock
1973. Begitu pula dengan pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga. Selama ibu memiliki waktu  yang  lebih  banyak  untuk  berada  di  rumah  maka  ibu  diharapkan
lebih mengetahui, memahami, dan dapat membimbing kehidupan keluarga agar menjadi lebih baik.
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua
Pekerjaan Orangtua Ayah
Ibu n
n PNS
7 11.1
8 12.7
Karyawan swasta 9
14.3 1
1.6 Wiraswasta
44 69.8
24 38.1
ABRIPolisi 3
4.8 Ibu rumah tangga
30 47.6
Total 63
100 63
100 Sumber data sekolah
Pendapatan orangtua
Pendapatan orangtua berkisar antara Rp 500.000 – Rp 5.000.001 Tabel 10.  Mayoritas  pendapatan  orangtua  contoh  63.5  berada  pada  kisaran  Rp
1.000.001  – Rp  3.000.000.  Kisaran  pendapatan  tersebut  menunjukkan  bahwa orangtua  mampu  membiayai  kebutuhan  pendidikan  anak,  khususnya  yang
menjadi  responden  dalam  penelitian  ini, setiap  bulan  dengan  iuran  rutin  Rp 540.000, biaya
laundry Rp 60.000, dan biaya-biaya lain termasuk uang saku. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orangtua
Pendapatan Orangtua RupiahBulan Jumlah
Persentase 500.000
2 3.2
500.001 - 1.000.000 9
14.3 1.000.001 - 3.000.000
40 63.5
3.000.001 - 5.000.000 12
19.0
Tabel 10 Lanjutan
Pendapatan Orangtua RupiahBulan Jumlah
Persentase 5.000.001
Total 63
100 Sumber data sekolah
Besar Keluarga
Berdasarkan  Hurlock  1991,  lebih  dari  separuh  contoh  60.3  berasal dari keluarga sedang dan 28.6 persen contoh lain dari keluarga kecil serta hanya
11.1  persen  contoh  yang  memiliki  keluarga  besar  Tabel  11.  Menurut Gunarsa dan Gunarsa 2000 kepadatan dalam sebuah keluarga dan jumlah anggota yang
semakin besar dapat menimbulkan ketegangan yang berakibat lebih buruk pada perilaku antar anggota keluarga itu sendiri. Keluarga dengan dua atau tiga orang
anak  cenderung  menjadi  sangat  mudah  berselisih  dibanding  keluarga  dengan satu  dan  enam  atau  lebih  orang  anak  Hurlock  1973.  Selain  itu,  kisaran
pendapatan  orangtua  juga  menunjukkan  bahwa  keluarga  sudah  mampu memenuhi  kebutuhan  masing-masing  anggota  keluarganya  dengan  Rp
200.000Rp 600.000kapitabulan. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
Besar keluarga Jumlah
Persentase Kecil
≤ 4 orang 18
28.6 Sedang 5-6 orang
38 60.3
Besar ≥ 7 orang
7 11.1
Total 63
100
Kecerdasan Emosional
Menurut  Goleman  1999  kecerdasan  emosi  atau Emotional  Intelligence
merupakan  suatu  kemampuan  untuk  mengenali  perasaan  kita  sendiri  dan perasaan  orang  lain,  kemampuan  memotivasi  diri  sendiri,  dan  kemampuan
mengelola  emosi  dengan  baik  pada  diri  sendiri  dan  dalam  hubungan  dengan orang  lain.  Seseorang  dikatakan  memiliki  emosi  yang  positif  jika  ia  dapat
memberikan tanggapan yang positif terhadap suatu objek Ali  Asrori 2009. Sesuai dengan beberapa item  dari tugas  perkembangan remaja  dan 11
indikator yang digunakan untuk melihat tingkat EQ seorang anak Hastuti 2008 maka  remaja  dikatakan  memiliki  kecerdasan  emosional  yang  baik  jika  sudah
memiliki  kesadaran  emosi  diri,  kemampuan  mengelola  emosi,  motivasi,
kemampuan  dalam  berempati  dan  berhubungan  yang  baik.  Kecerdasan emosional  dapat  dilihat  dari  lima  dasar  kecakapan  emosi  dan  sosial  tersebut
Goleman 1999 antara lain :
Kesadaran diri
Kesadaran  diri  mengharuskan  remaja  mengetahui  apa  yang  sedang dirasa sehingga dapat menggunakan perasaan tersebut untuk mengambil suatu
keputusan  sendiri.  Lalu  remaja  juga  diharapkan  dapat  memiliki  tolok  ukur  yang realistis  atas  kemampuan  diri  dan  kepercayaan  diri  yang  kuat  sehingga  dapat
melakukan  sesuatu  sesuai  dengan  kemampuan  yang  dimiliki  Goleman  1999. Tabel 12 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh 66.7 kadang-kadang
dapat  mengetahui  sifat  baik  yang  dimiliki,  akan  tetapi  contoh  belum  dapat mengetahui  penyebab  kekesalan  yang  dirasakan  66.7,  bagaimana  rasanya
ketika sedang marah 66.7, belum menyadari sifat jelek yang dimiliki 58.7, dan masih terlambat dalam menyadari kekecewaan yang dirasakan 54.0.
Contoh  terkadang  juga  merasa  jenuh  dan  bosan  ketika  merasa  tidak nyaman  49.2,  sedih  jika  tidak  dapat  membantu  teman  yang  sedang  dalam
masalah 49.2  dan  putus  asa  ketika mendapat  nilai  jelek  36.6. Walaupun lebih  dari  separuh  contoh  57.1  selalu  dapat  menyadari  kekurangan  yang
dimiliki. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pernyataan kesadaran diri
No Pernyataan
Selalu Kadang-
kadang Tidak
pernah Total
n n
n n
1 Saya mengetahui sifat baik yang saya miliki
18 28.6 42 66.7 3 4.7 63 100
2 Saya tidak mengetahui penyebab kekesalan
yang saya rasakan 7 11.1 42 66.7 14 22.2 63 100
3 Saya terlambat menyadari kekecewaan yang
saya rasakan 19 30.2 34 54.0 10 15.8 63 100
4 Saya menyadari kekurangan yang saya miliki
36 57.1 25 39.7 2 3.2 63 100
5 Ketika saya merasa tidak nyaman lagi dengan
suatu keadaan maka cepat atau lambat pasti saya akan merasa jenuh dan bosan
30 47.6 31 49.2 2 3.2 63 100
6 Saya tidak menyadari sifat jelek yang saya
miliki 10 15.9 37 58.7 16 25.4 63 100
7 Saya merasa sedih jika tidak dapat membantu
teman yang sedang dalam masalah 23 36.5 31 49.2 9 14.3 63 100
8 Saya merasa putus asa ketika mendapat nilai
jelek
20 31.7 23 36.6 20 31.7 63 100
9 Saya tidak tahu bagaimana rasanya ketika
saya sedang marah 9 14.3 42 66.7 12 19.0 63 100
Ket :  = pernyataan negatif
Tabel 13 menjelaskan bahwa lebih dari separuh contoh 63.5 memiliki kesadaran  diri  yang  tergolong  baik.  Dengan  demikian,  berarti  dapat  dikatakan
bahwa  contoh  sudah  mampu  mengenal  dan  menamakan  perasaannya, memahami penyebab perasaan, mengenal perbedaan perasaan dan perbuatan.
Selain  itu  juga  dapat  dikatakan  bahwa  contoh  sudah  dapat  beradaptasi  dan menyadari manfaat dari sejumlah peraturan yang berlaku di pesantren tersebut.
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesadaran diri
Kesadaran akan emosi diri Jumlah
n Kurang 0-9
Sedang 10-18 23
36.5 Baik 19-27
40 63.5
Total 63
100 Min-maks
15-27 Rata-rata ±SD
19.56
±
2.526
Pengaturan diri
Salah  satu  tugas  kemampuan  remaja  dalam  hal  mengatur  diri  adalah menangani emosi sedemikian rupa sehingga memiliki dampak yang positif. Lalu
remaja  juga  diharapkan  peka  terhadap  kata  hati,  sanggup  menjalankan  makna dari sebuah pepatah yang mengatakan “bersusah-susah dahulu baru bersenang-
senang kemudian,” dan dapat pulih kembali dari tekanan emosi  yang dirasakan Goleman 1999.
Berdasarkan Tabel  14  dijelaskan bahwa contoh  terkadang merasa kesal jika  permintaannya tidak  dipenuhi  69.8, berusaha  untuk  sabar, menahan  diri
dan  bersikap  tenang  dengan  tidak  membalas  ketika  menghadapi  kemarahan orang  lain  58.7,  berusaha  untuk  sabar  ketika  diperolok-olok  teman  57.1,
berusaha  mengalihkan  perhatian  serta  menghibur  diri  ketika  sedih  54.0, merasa  lebih  bangga  walau  mendapat  nilai  jelek  52.4,  berloncat-
loncatberteriak kegirangan jika sedang gembira 49.2, sulit mencari kata-kata untuk  menjelaskan  perasaan  46.0,  menerima  dengan  terpaksakesal  jika
rencana  rekreasi tertunda 44.4  dan merasa  gengsi untuk meminta maaf  jika terbukti  bersalah  42.9.  Lalu  lebih  dari  separuh  contoh  56.9  menyatakan
selalu  memaafkan  teman  yang  telah  menyakiti  perasaannya.  Hal  tersebut membuktikan  bahwa  contoh  terkadang  masih  menyimpan  rasa  kesal  walaupun
sudah memaafkan teman yang telah menyakiti perasaannya.
Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan pengaturan diri
No Pernyataan
Selalu Kadang-
kadang Tidak
pernah Total
n n
n n
1 Saya sulit mencari kata-kata untuk
menjelaskan perasaan yang sedang saya rasakan
27 42.9
29 46.0 7 11.1 63 100
2 Walaupun saya mendapat nilai jelek, saya
akan tetap merasa lebih bangga karena itu merupakan hasil kerja saya sendiri
28 44.4
33 52.4 2
3.2 63 100 3
Saya tidak akan memaafkan teman yang telah menyakiti perasaan saya
4 6.9
21 36.2 33 56.9 63 100
4 Ketika menghadapi kemarahan orang lain,
saya bersabar, menahan diri dan bersikap tenang dengan tidak membalas
kemarahannya 20
31.8 37
58.7 6 9.5 63 100