41 65.1 15 23.8 63 100 Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kepatuhan dan Kemandirian Santri Remaja di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah

dengan teman yang bermusuhan 57.1, dan tidak dapat menerima dan memahami pandangan teman yang berbeda 50.8. Empati yang sudah dimiliki contoh antara lain dapat menjaga rahasia teman dan berusaha menolong jika ada teman yang butuh pertolongan 54.0, serta berusaha menghibur jika ada teman yang sedihmurung 49.2. Lalu hampir separuh contoh 46.0 menyatakan selalu dan 46.0 persen contoh lain menyatakan kadang-kadang mengucapkan selamat kepada semua teman yang berulang tahun tanpa terkecuali. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya contoh sudah mampu berempati terhadap teman yang sedang dalam masalah tetapi masih belum dapat menerima pandangan atau pendapat orang lain yang berbeda dengan dirinya. Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan empati No Pernyataan Selalu Kadang -kadang Tidak pernah Total n n n n 1 Saya tidak menyadari ketika teman saya sedang mengalami musibah 7

11.1 41 65.1 15 23.8 63 100

2 Ketika teman saya sedihmurung, saya akan berusaha menghiburnya 28 44.4 31 49.2 4 6.4 63 100 3 Saya termasuk orang yang dapat menjaga rahasia teman 27 42.9 34 54.0 2 3.1 63 100 4 Saya tidak peduli dengan teman yang sedang bermusuhan 10 15.9 36 57.1 17 27.0 63 100 5 Saya tidak dapat menerima dan memahami pandangan teman yang berbeda dengan saya 14 22.2 32 50.8 17 27.0 63 100 6 Saya mengucapkan selamat ulang tahun kepada semua teman yang berulang tahun tanpa terkecuali 29 46.0 29 46.0 5 8 63 100 7 Saya akan berusaha menolong semampu saya jika ada teman yang membutuhkannya 28 44.4 34 54.0 1 1.6 63 100 Ket : = pernyataan negatif Berdasarkan pengkategorian pada Tabel 19 maka dapat dikatakan bahwa contoh termasuk kedalam kategori yang memiliki empati baik 69.8. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa contoh sudah dapat beradaptasi dengan teman-temannya yang beragam, dengan kebiasaan dan budaya yang berbeda, karena berasal dari suku dan asal keluarga yang berbeda pula. Dalam lingkungan pesantren contoh memang dilatih dan dituntut untuk memiliki rasa empati yang tinggi dengan pembiasaan tinggal dalam lingkungan yang dikelilingi oleh puluhan bahkan ratusan orang yang memiliki beragam sifat dan budaya. Hal ini bertujuan agar contoh sudah memiliki bekal sikap untuk tetap menghormati dan menghargai orang lain, meskipun berbeda agama, suku maupun ras, ketika berada di luar lingkungan pesantren. Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan kategori empati Kemampuan berempati Jumlah n Kurang 0-7 Sedang 8-14 19 30.2 Baik 15-21 44 69.8 Total 63 100 Min-maks 11-20 Rata-rata ±SD 15.87±2.246 Keterampilan sosial Poin terakhir kecerdasan emosi yang terdapat dalam Tabel 20 adalah keterampilan sosial. Keterampilan ini mengharapkan para remaja dapat menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan menggunakan keterampilan sosial untuk bekerja sama dengan mereka Goleman 1999. Tabel di bawah menjelaskan bahwa lebih dari separuh contoh terkadang merasa canggung untuk bicara di depan orang banyak 65.1 dan tidak tertarik dengan kegiatan ekstrakurikuler di pesantren 63.5. Walaupun contoh merasa mudah bekerja sama dengan orang lain 57.1 tetapi masih merasa sulit jika harus bersikap ramah dengan orang yang baru dikenalnya 54.0. Meskipun demikian, contoh selalu mencium tangan kedua orangtua jika akan pergi keluar rumah 60.8, mudah bergaul dengan siapa saja 58.7, dan mengucapkan kata permisi ketika lewat di depan orang lain 55.6. Hal-hal di atas menjelaskan bahwa contoh dapat membina hubungan yang baik dan bersikap sopan dengan siapa saja walaupun terkadang masih sulit untuk bersikap ramah dengan orang yang baru dikenalnya. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan keterampilan sosial No Pernyataan Selalu Kadang -kadang Tidak pernah Total n n n n 1 Saya merasa mudah untuk bekerja sama dengan orang lain Saya merasa mudah untuk bekerja sama dengan orang lain 23 36.5 36 57.1 4 6.4 58 100 Tabel 20 Lanjutan No Pernyataan Selalu Kadang -kadang Tidak pernah Total n n n n 2 Saya sulit bersikap ramah dengan orang yang baru saya temui 12 19.0 34 54.0 17 27.0 58 100 3 Saya bisa bergaul dengan siapa saja tanpa membedakan latar belakang mereka 37 58.7 19 30.2 7 11.1 58 100 4 Saya merasa canggung untuk berbicara di depan orang banyak 16 25.4 41 65.1 6 9.5 58 100 5 Saya mengucapkan kata permisi ketika lewat di depan orang lain 35 55.6 25 39.7 3 4.7 58 100 6 Saya mencium tangan kedua orangtua jika akan pergi keluar rumah 44 69.8 14 22.2 5 8 58 100 7 Saya tidak tertarik dengan kegiatan ekstrakurikuler di pondok pesantren 4 6.3 40 63.5 19 30.2 58 100 Ket : = pernyataan negatif Tabel 21 yang menjelaskan pengkategorian keterampilan sosial contoh menunjukkan bahwa sebagian besar contoh 77.8 sudah memiliki keterampilan yang baik dalam membina hubungan dengan orang lain. Dan dalam hal ini hanya 22.2 persen dari contoh yang memiliki keterampilan sedang. Dapat dikatakan bahwa contoh menangani emosinya dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi agar dapat berinteraksi dengan lancar. Di dalam kehidupan pesantren, tidak hanya pendidikan formal atau umum saja yang diberikan kepada santrinya melainkan juga pendidikan agama yang salah satunya adalah menciptakan generasi penerus yang dapat menyebarluaskan pengetahuan agama sehingga diperlukan keahlian dalam mencuri perhatian orang lain dan membina suatu hubungan yang sehat agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan kategori keterampilan sosial Keterampilan sosial Jumlah n Kurang 0-7 Sedang 8-14 14 22.2 Baik 15-21 49 77.8 Total 63 100 Min-maks 12-20 Rata-rata ±SD 16.06±2.04 Tabel 22 dibawah ini menjelaskan tingkat kecerdasan emosi contoh yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Hasil uji beda t-test dengan nilai p-value sebesar 0.001 0.05 menunjukkan terdapat perbedaan kecerdasan emosi yang siginifikan antara contoh laki-laki dan perempuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar contoh 84.1 berada pada kategori kecerdasan emosi yang baik. Contoh perempuan 96.8 yang termasuk dalam kategori kecerdasan emosi baik memiliki persentase yang lebih tinggi dibanding contoh laki-laki 71.9. Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan kategori kecerdasan emosi Kategori Laki-laki Perempuan Total n n n Kurang 0-43 Sedang 44-86 9 28.1 1 3.2 10 15.9 Baik 87-129 23 71.9 30 96.8 53 84.1 Total 32 100 31 100 63 100 Min-maks 81-110 86-118 81-118 Rata-rata ±SD 95.87±8.74 99.14±8.18 95.98±8.75 p-value 0.001 Ket : p 0.001 = 0.05 Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Katyal dan Awasthi 2005 yang menjelaskan bahwa terdapat 61.33 persen remaja laki-laki dan 64.00 persen perempuan memiliki kecerdasan emosional yang tergolong baik. Hal tersebut dikarenakan perempuan cenderung lebih ingin mengenal baik dalam suatu hubungan dibanding laki-laki sehingga perempuan diharuskan memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Selain itu, sebuah fakta juga menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur dan mengekspresikan emosi yang dimiliki sebagai kemampuan sosial. Tingginya kecerdasan emosional perempuan dapat dijelaskan dengan karakteristik diri. Hasil penelitian yang sama ditemukan juga oleh Tapia 1999 dan Dunn 2002 diacu dalam Ktyal dan Awasthi 2005 yang menjelaskan bahwa nilai perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki dalam hal empati, tanggung jawab sosial, dan hubungan interpersonal. Mereka juga lebih “sensitif” terhadap hubungan dengan orangtua, teman, dan saudara kandung. Kelima indikator di atas menunjukkan tingkat kecerdasan emosional dari seluruh contoh yang menurut Goleman 2007 dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati, dan berdoa. Kepatuhan Menurut Hartono 2006 kepatuhan pada taraf tertentu dapat menghambat kemandirian seseorang. Hal ini dikarenakan kepatuhan menuntut seseorang untuk mengikuti saja permintaan atau perintah orang lain tanpa memahami tujuan dari permintaan tersebut. Seseorang dikatakan memiliki kepatuhan yang baik jika sudah rela untuk memenuhi dan menerima permintaan dari seorang pemimpin atau yang bersifat mutlak sebagai sebuah tata tertib atau perintah secara rutin McKendry 2009. Tabel 23 di bawah menjelaskan bahwa contoh pernah mengerjakan PR di kelas dan tidak menggunakan bahasa resmi 95.2, terlambat sholat