23 6 Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kepatuhan dan Kemandirian Santri Remaja di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah

Tabel 25 menjelaskan bahwa sebagian besar contoh merasa bersalah karena telah melakukan 12 aspek seperti yang telah disebutkan di atas. Walaupun begitu, lebih dari separuh contoh ternyata masih merasa tidak bersalah ketika menitip piring kepada teman yang sudah berada dalam antrian dan ketika terlambat pada saat kembali ke pondok setelah liburan. Hasil ini menunjukkan sebenarnya contoh sudah mengetahui bahwa hal yang dilakukannya selama ini adalah salah, akan tetapi contoh belum menyadari bahwa hal-hal tersebut sangat bermanfaat bagi dirinya kelak, minimal dalam hal melatih kedisiplinan diri. Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan perasaan bersalah dalam aspek kepatuhan No Pernyataan Ya Tidak Total n n n 1 Terlambat masuk sekolah n=53 50 94.3 3 5.7 53 100 2 Mengerjakan PR di kelas n=60 57 95.0 3 5.0 60 100 3 Terlambat masuk kelas setelah jam istirahat n=40 36

90.0 4

10.0 40 100 4 Tidak melaksanakan piket n=42 36

85.7 6

14.3 42 100 5 Tidak mengikuti pelajaran kabur n=27 16 59.3 11 40.7 27 100 6 Tidak menggunakan seragam yang lengkap n=28 21

75.0 7

25.0 28 100 7 Menitip piring kepada teman yang sedang mengantri makan antrian panjang n=39 15 38.5 24

61.5 39

100 8 Kembali ke pondok tidak tepat waktu Setelah liburan n=29 13 44.8 16 55.2 29 100 9 Tidak mengikuti pelajaran kitab n=40 32

80.0 8

20.0 40 100 10 Terlambat sholat berjama’ah n=57 50

87.7 7

12.3 57 100 11 Menyetor hafalan Al-Qur’an tidak tepat waktu n=48 38 79.2 10 20.8 48 100 12 Tidak menggunakan bahasa yang ditentukan pondok n=60 49

81.7 11

18.3 60 100 Tabel 26 di bawah menunjukkan bahwa contoh memiliki rata-rata tingkat kepatuhan 3.7 dan termasuk dalam kategori rendah yaitu 61.9 persen. Sedangkan jika dilihat berdasarkan jenis kelamin dapat dikatakan bahwa contoh perempuan memiliki kepatuhan sedang 51.6 dibanding contoh laki-laki yang masuk ke dalam kategori rendah 75.0. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zulkifli 1995 yang menjelaskan bahwa dorongan untuk memberontak dan mengeritik pada anak perempuan sudah dilunakkan oleh perasaan terikat kepada aturan-aturan dan tradisi. Selain itu Steinberg 1993 juga menyatakan bahwa remaja perempuan lebih mudah terkena pengaruh orang lain atau figur