Latar Belakang Perencanaan Hutan Kota untuk Meningkatkan Kenyamanan di Kota Gorontalo

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota merupakan sebuah sistem yaitu sistem terbuka, baik secara fisik maupun sosial ekonomi, bersifat tidak statis dan dinamis atau bersifat sementara. Kota merupakan tempat konsentrasi penduduk dan pusat aktivitas perekonomian seperti industri, perdagangan dan jasa. Perkembangan kota sulit untuk dikontrol dan sewaktu-waktu dapat menjadi tidak beraturan. Aktivitas dan perkembangan kota mempunyai pengaruh terhadap lingkungan fisik seperti iklim dan sejauh mana pengaruh itu sangat bergantung kepada perencanaannya Zoer’aini 2004. Perencanaan lingkungan kota saat ini lebih banyak diperlukan dibandingkan masa lalu, karena semakin besar suatu kota semakin kompleks teknologi yang dimiliki. Teknologi yang tidak ramah lingkungan dan aktivitas manusia yang melebihi daya dukung kota akan mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan. Jumlah penduduk kota yang terus bertambah sehingga membuat banyak kota yang mengalami perubahan status dari kota kecil menjadi kota sedang, kota sedang menjadi kota besar, kota besar menjadi kota metropolitan, kota metropolitan menjadi kota megapolitan dan sebagainya. Kota Gorontalo yang masih berstatus kota sedang dengan jumlah penduduk adalah 162.438 jiwa BPS 2007 akan mengalami pertumbuhan jumlah penduduk dan pembangunan di segala bidang yang cenderung menyebabkan tingginya tingkat pencemaran baik dari sektor industri, sektor transportasi dan rumah tangga serta berkurangnya jumlah Ruang Terbuka Hijau RTH. Berkurangnya jumlah RTH memberikan kontribusi terhadap peningkatan suhu udara yang menyebabkan kota menjadi terasa panas dan kurang nyaman. Kota Gorontalo yang terletak di garis lintang nol dengan ketinggian 0 – 500 mdpl, memiliki suhu antara 23,2 o C – 33 o C dan kelembaban antara 61,6 – 93,8 apabila ditetapkan indeks kenyamanan maka Kota Gorontalo termasuk dalam kategori kota kurang nyaman. Manusia berada dalam lingkungan yang secara langsung mempengaruhi kondisi tubuh dan fungsi tubuhnya, pengaruh lingkungan ini ditentukan oleh kondisi iklim mikro sekitar Oliver 1973 dalam Yoyo 1987. Kondisi dari unsur iklim pada tingkat tertentu akan mempengaruhi laju metabolisme, sehingga keadaan unsur iklim yang tidak cocok akan menyebabkan manusia merasakan hidup di lingkungan yang tidak nyaman. Untuk menghindari berkurangnya jumlah RTH dan untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang ada, salah satunya perlu dibangun hutan kota yang sesuai dengan kebutuhan meliputi: kondisi lingkungan, sosial, ekonomi dan kebijakan suatu daerah yang akan dibangun hutan kota tersebut. Hutan kota dapat memberikan kenyamanan dan kenikmatan kepada penduduk kota. Hutan kota yang terdiri dari pohon, semak belukar dan rumput dapat memperbaiki suhu udara di lingkungan perkotaan dengan mongontrol radiasi sinar matahari. Pohon dapat menahan, memantulkan, menyerap dan memancarkan radiasi sinar matahari. Pohon dan vegetasi lain membantu dalam mengatur suhu udara melalui evapotranspirasi. Pohon juga bisa disebut air conditioner AC alami karena satu pohon dapat menguapkan kira-kira 400 liter airhari Kramer Kozlowski 1970 dalam Grey Deneke 1978. Hal ini dapat disamakan kedalam lima buah AC dengan kapasitas 2500 kcalhr terus menerus 20 jam sehari Federer 1970 dalam Grey Deneke 1978. Oleh karena itu, kota yang kurang sampai agak nyaman karena kekurangan luasan daerah yang berpepohonan dapat diubah menjadi kota yang sejuk dan nyaman dengan membangun hutan kota seluas mungkin, yaitu dengan konsep membangun Kota Kebun bernuansa Hutan Kota Dahlan 2004.

1.2. Perumusan Masalah