4.4 Hubungan Suhu Dengan Luasan RTH, Lahan Bervegetasi Pohon dan Lahan Terbangun
Berdasarkan penelitian Effendy, 2007 menyatakan bahwa peningkatan suhu udara terjadi saat RTH berkurang, sebaliknya pada saat penambahan RTH terjadi
penurunan suhu udara. Hal yang penting adalah laju kenaikan suhu udara lebih tajam dibandingkan laju penurunannya, hal ini menunjukkan resiko pengurangan
RTH terhadap peningkatan suhu lebih besar dibandingkan upaya penambahan RTH. Hal ini menjadi masukan yang sangat berharga bagi pengambil kebijakan
tata kota, bahwa setiap pengurangan RTH menyebabkan konsekuensi bagi peningkatan suhu udara dengan derajat yang lebih besar dibandingkan dengan
upaya penambahan RTH. Sehingga harus lebih berhati-hati dalam setiap keputusan mengalihfungsikan RTH menjadi ruang terbangun.
Hasil analisis hubungan dan pengaruh antara suhu dengan luasan RTH dengan menggunakan analisis regresi sederhana didapatkan persamaan Y =
27,421-0,033X
1
RTH dengan nilai R
2
= 38,6. Koefisien negative - menunjukkan semakin luas RTH semakin rendah suhu. Berdasarkan perhitungan
menggunakan hasil analisis regresi antara suhu dan luasan RTH diketahui bahwa setiap penambahan luasan RTH seluas 10 ha dapat menurunkan suhu 0,3
o
C. Cara yang sama dilakukan antara suhu dengan luasan lahan bervegetasi pohon,
didapatkan persamaan Y = 26,334 – 0,070X
2
lahan bervegetasi pohon dengan nilai R
2
= 32,3. Koefisien negative - menunjukkan semakin luas lahan bervegetasi pohon semakin rendah suhu. Berdasarkan perhitungan menggunakan
hasil analisis regresi antara suhu dan luasan lahan bervegetasi pohon diketahui bahwa setiap penambahan lahan bervegetasi pohon seluas 10 ha dapat
menurunkan suhu 0,7
o
C. Artinya penambahan hutan kota yang didominasi vegetasi pohon lebih efektif dalam menurunkan suhu. Persamaan antara suhu
dengan lahan terbangun Y = 24,252 + 0,051X
3
lahan terbangun R
2
= 68,6. Koefisien positif + menunjukkan semakin luas lahan terbangun semakin tinggi
suhu.
4.5 Kondisi saat ini RTH dan Hutan Kota