sempadan pantai mempunyai luas sekitar 23 ha. Kawasan Sempadan pantai tersebar di Kecamatan Kota Selatan dan Kecamatan Kota Timur. Kawasan
sempadan sungai memiliki luas sekitar 119 ha. Kawasan sempadan sungai terdapat di Kecamatan Kota Selatan, Kota Timur, Kota Barat, Kota Utara dan
Dungingi. Kawasan sekitar danau sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ditetapkan dengan
kriteria: a daratan dengan jarak 50 meter sampai dengan 100 meter dari titk pasang air danau tertinggi; atau b daratan sepanjang tepian danau yang lebarnya
proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau. Kawasan sekitar danau di wilayah perencanaan terletak di bagian barat dari Danau Limboto, termasuk
dalam wilayah Kecamatan Kota Barat. Luas kawasan ini sekitar 9 sembilan hektar. Sempadan mata air, radius 200 meter di sekitar mata air. Jadi total
luasannya adalah 2116 ha, ini berarti sudah memenuhi kriteria satu wilayah kota yaitu 1942,8 ha dengan selisih 173, 2 ha. Walaupun data per kecamatan belum
tersedia karena belum selesainya penyusunan RTRW detail. Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhkan pohon-pohon
yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang
berwenang. Akan tetapi luas hutan kota yang sudah ditetapkan berdasarkan SK Walikota No. 359 Tahun 2004 Tentang Penetapan Kawasan Hutan Kota di Kota
Gorontalo baru mencapai luasan 8,39 ha yang berarti masih membutuhkan penambahan 639,21 ha. Pembangunan hutan kota memang tidak mudah, akan
tetapi di Kota Gorontalo masih sangat mungkin untuk memenuhi kriteria tersebut karena lahan yang dibutuhkan masih tersedia. Pembangunan hutan kota
membutuhkan kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak mulai dari pejabat tertinggi di Kota Gorontalo hingga masyarakat.
4.6.2 Berdasarkan Jumlah Penduduk
Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk sesuai dengan kriteria yang dikemukakan oleh Simonds 1983 bahwa jika dilihat dari
tiap kecamatan maka masuk kedalam kriteria komunitas dengan jumlah penduduk wilayah 10.000 dan luas 20 m
2
jiwa. Selengkapnya pada Tabel 17.
Tabel 17. Standar Luas RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Per Kecamatan
No Kecamatan
Luas Kecamatan
Ha Jumlah
Penduduk Standar
Luas RTH Ha
Luas RTH Hasil Citra
2007 ha
1 Kota Utara
1258 17.364
34,73 245,48
2 Kota Timur
1443 18.776
37,55 495,74
3 Kota Selatan
1439 34.277
68,55 343,88
4 Kota Barat
1516 39.838
79,68 471,22
5 Kota Tengah 413
29.195 58,39
77,61 6
Dungingi 410
22.988 45,98
109,82 TOTAL
6476 162.438
324,88 1753,22
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2009
Berdasarkan hasil pengolahan citra tahun 2007 diperoleh luasan RTH perkecamatan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa luas RTH Kota Gorontalo
masih memenuhi standar luas RTH dalam luas perkecamatan. Hal ini karena masih banyak terdapat ladang dan lahan bervegetasi pohon. Akan tetapi lahan
bervegetasi pohon tidak menyebar secara merata di setiap kecamatan. Oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan pembangunan lahan bervegetasi pohon dalam hal
ini hutan kota, agar upaya menciptakan iklim mikro yang lebih nyaman bisa terwujud.
4.6.3 Berdasarkan issu penting yaitu Kenyamanan
Aspek yang menjadi salah satu dasar dalam rencana pembangunan hutan kota yang menjadi kajian dalam penelitian yaitu aspek lingkungan iklim mikro
untuk meningkatkan kenyamanan berdasarkan issu penting yang ada di Kota Gorontalo yang merupakan daerah kajian penelitian. Dalam analisisnya
merupakan hasil olahan citra Landsat. Menurut Tjasyono 2004 Kesehatan, energi dan kenyamanan manusia lebih
ditentukan oleh cuaca dan iklim daripada oleh unsur lingkungan fisis. Fungsi terhadap perubahan cuaca dan timbulnya gejala penyakit tertentu menunjukkan
kaitan yang erat dengan iklim dan musim. Mental dan emosi manusia dipengaruhi oleh keadaan cuaca dan iklim, tidak semua manusia mempunyai reaksi yang sama
terhadap kondisi iklim, hubungannya sangat rumit bergantung pada beda fisis seseorang, usia, makanan dan pengaruh budaya.
Cuaca ekstrim dan perubahan cuaca menyebabkan sejumlah pengaruh pada kesehatan manusia. Suhu ekstrim cuaca sering menimbulkan sakit. Sengatan
panas terjadi jika tubuh tidak mampu menghilangkan panas akibat suhu udara nisbi tinggi di atas suhu tubuh, peristiwa ini dapat menimbulkan kematian.
Gejalanya adalah demam, mual, pusing, dan sakit kelapa Tjasyono, 2004. Kota Gorontalo yang memiliki arah angin terbanyak ke arah utara dan selatan dengan
kecepatan mencapai 12 – 16 knot dan suhu yang mencapai 33
°
C dan lama penyinaran 7,5 jam dapat menimbulkan berbagai penyakit terutama gangguan
pernafasan disebabkan oleh angin yang membawa debu. Suhu dan kelembaban adalah faktor penting dalam pelepasan tepung sari yang menimbulkan penyakit
alergi. Udara sangat kering sebagai penyebab utama karena kulit menjadi merekah-rekah dan hal ini akan menghalangi penyembuhan luka atau rasa sakit.
Hasil analisis spasial dengan menggunakan citra Landsat menggambarkan bahwa Kota Gorontalo terjadi peningkatan suhu udara perkotaan yang merupakan
fenomena Urban Heat Island UHI, yakni suhu udara perkotaan urban lebih tinggi dibandingkan wilayah suburban dan rural. Pada wilayah pusat kota dan
beberapa wilayah sekitar yang merupakan lahan terbangun menunjukkan suhu udara yang tinggi yaitu antara 29
o
C – 32
o
C, angka ini sudah melebihi batas kenyamanan. Untuk itu perlu dibangun hutan kota dalam bentuk kompak dengan
distribusi lokasi diseluruh wilayah Kota Gorontalo. Luasan wilayah sesuai dengan distribusi suhu tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Luasan Distribusi Suhu Permukaan Perkecamatan Tahun 2007
Kecamatan 26-27
27-28 28-29
29-30 30-31
31-32 32-33
----------------------------------------------ha ----------------------------------------------
Kota Barat 240,7
219,2 71,39
17,32 5,04
0,35 0,27
Kota Selatan 149,3
174,6 129,1
123,4 83,40
4,59 0,00
Kota Timur 171,9
289,4 156,0
86,05 17,58
0,00 0,00
Kota Utara 344,1
569,9 92,24
24,92 5,12
0,35 0,00
Kota Tengah 49,21
147,9 108,2
39,23 13,61
1,24 0,00
Dungingi 138,1
182,7 68,74
21,56 4,15
0,00 0,09
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2009
4.7 Kelembagaan dan Kebijakan Hutan Kota dan Persepsi Masyarakat