4.8 Rencana Pembangunan Hutan Kota
Pembangunan hutan kota membutuhkan ketersediaan lahan, yang merupakan faktor paling penting karena hutan kota diperuntukkan untuk
masyarakat luas , maka tentu saja penyediaan lahan tersebut menjadi kewajiban penduduk kota dan pemerintah. Berdasarkan hal tersebut, maka lahan hutan kota
dapat dikategorikan dalam dua kelompok berdasarkan status pemiliknya Fakuara, 1987 yaitu: 1 lahan hutan kota harus disediakan pada lokasi-lokasi atau tempat-
tempat umum, seperti pusat komunitas pertokoan, pasar, sekolah, perkantoran dan lain-lain, jalan raya serta tempat-tempat umum lainnya. Untuk keperluan ini
lahan harus disediakan oleh pemerintah yang dapat berasal dari tanah negara maupun tanah milik; 2 lahan hutan kota yang harus disediakan pada tempat-
tempat perorangan, termasuk dalam kelompok pemukiman, industri dan tempat- tempat lainnya yang dibebani hak milik. Untuk keperluan tersebut lahan harus
disediakan oleh masyarakat, baik secara individu maupun badan hukum seperti pengembang developer, pengusaha dan lain-lain. Rencana pembangunan hutan
kota dalam penelitian ini dibatasi sampai pada penentuan lokasi yaitu memuat rencana teknis tentang tipe dan bentuk hutan kota dan luas hutan kota.
Berdasarkan hasil analisis spasial dengan menggunakan citra Landsat menggambarkan bahwa di Kota Gorontalo terjadi peningkatan suhu udara
perkotaan yang merupakan fenomena Urban Heat Island UHI, yakni suhu udara perkotaan urban lebih tinggi dibandingkan wilayah suburban dan rural. Pada
wilayah pusat kota dan beberapa wilayah sekitar yang merupakan lahan terbangun menunjukkan suhu udara yang tinggi yaitu antara 29
o
C – 32
o
C. Untuk membangun hutan kota dalam bentuk kompak yang memerlukan
lahan minimal 0,25 ha masih mungkin untuk semua wilayah Kota Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Kota Tengah, sebagian Kota
Selatan dan Kota Timur memiliki luasan suhu 29
o
C – 32
o
C yang paling luas yang berarti sangat perlu dibangun hutan kota untuk meningkatkan kenyamanan
diwilayah tersebut. Tiga wilayah lain seperti Kecamatan Kota Utara, Kota Barat dan Dungingi perlu juga dibangun hutan kota untuk mencegah perluasan distribusi
suhu diatas batas kenyamanan. Berdasarkan hal tersebut hasil penelitian ini
merekomendasikan 12 titik lokasi yang selengkapnya dapat dilihat luasan per kecamatan pada Tabel 19 dan dapat dilihat pada peta rencana hutan kota pada
Gambar Lampiran 9. Tabel 19. Rencana Luasan Komponen Hutan Kota Yang Akan Dibangun di Kota
Gorontalo
Kecamatan Hutan
Kota untuk
Menu
runkan suhu
2,1
o
C Jalur
Hijau Jalan
Jalur Hijau
Sem padan
Sungai Jalur
Hijau Sem
padan Pantai
Total Existing
Lahan vegetasi
Pohon PP No.
63 Tahun
2002 Selisih
antara
PP dan Existing
Kota Barat 4,70
19,07 22,32
46,18 94,60
125,8 31,2
Kota Selatan 4,40
34,46 28,9
10,3 77,79
136,37 144,3
7,93 Kota Timur
5,17 71,66
40,92 9,56
127,3 260,35
143,9 +116,45
Kota Utara 5,07
37,41 15,34
56,82 39,11
151,6 112,49
Kota Tengah 5,34
28,9 29,24
13,19 41,3
28,11 Dungingi
5,32 19,08
13,25 28,65
0,80 41,0
40,2 Jumlah
30 210,6
120,73 19,59
366 544,50
647,6 103
Sumber: Hasil Olahan Data Penelitian, 2009
Total luasan rencana pembangunan hutan kota yaitu 366 ha, sesungguhnya apabila mengikuti ketentuan yang berlaku dapat memenuhi selisih kurangnya
lahan bervegetasi pohon yaitu 103 ha. Adanya kelebihan luasan 263 ha tetap harus dibangun karena jalur hijau jalan sangat dibutuhkan untuk penyerap polutan dan
sempadan sungai dan sempada pantai merupakan kawasan lindung yang wajib dihijaukan. Bentuk hutan kota yang paling efektif untuk meningkatkan
kenyamanan yaitu berbentuk kompak mengelompok dalam luasan yang cukup luas karena dapat mendukung dalam membentuk iklim mikro yang sejuk dan
nyaman sedangkan bentuk jalur hijau hanya dapat memberikan efek teduh. Tipe dan bentuk hutan kota yang akan dibangun mengikuti kondisi kawasan
yang akan dibangun. Tipe hutan kota terdiri dari : a. tipe kawasan permukiman; b. tipe kawasan industri; c. tipe rekreasi; d. tipe pelestarian plasma nutfah; e. tipe
perlindungan; dan f. tipe pengamanan. Penentuan bentuk hutan kota disesuaikan dengan karakteristik lahan. Bentuk hutan kota terdiri atas : a. jalur; b.
mengelompok; dan c. menyebar. Penelitian perencanaan hutan kota untuk meningkatkan kenyamanan terdiri
dari beberapa tujuan pokok yaitu menentukan lokasispot, kebutuhan luasan dan kelembagaan. Selain itu manfaat ekonomi hutan kota juga sangat berkaitan
dengan hukum ekonomi supply penawaran dan demand permintaan.
Keberadaan hutan kota dalam pengelolaan kota menuju kota berwawasan lingkungan sangat penting sekali, bukan saja sekedar prestise untuk memperindah
kota dan salah satu upaya untuk mendapatkan penghargaan Adipura. Akan tetapi lebih luas dari itu adalah untuk menghadapi permasalahan peningkatan suhu
global warming yang disebabkan berkurangnya hutan dan meningkatnya pencemaran.
Permintaan terhadap hutan kota di masa mendatang akan menunjukkan kenaikan. Kenaikan permintaan tersebut disebabkan pertumbuhan jumlah
penduduk, meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan semakin meningkatnya pencemaran industri. Demand terhadap hutan kota tersebut perlu diimbangi
dengan supply berupa ketersediaan lahan yang terencana dan teralokasi dimasa mendatang, serta adanya dukungan, partsipasi dan koordinasi dari seluruh
stakeholders. Beberapa komponen pendukung yang diperlukan untuk pembangunan dan
pengembangan hutan kota antara lain Dahlan 1992: 1 Tersedianya kebun pembibitan yang dapat menyediakan bibit secara masal, 2 Ilmu dan teknologi
yang memadai, 3 Pelayanan jasa konsultasi untuk umum, 4 Dukungan dari penentu kebijakan, 5 Peraturan-perundangan, 6 Dukungan masyarakat, 7
Tenaga ahli. Kriteria dan Jenis Tanaman Untuk Ruang Terbuka Hijau
dan Hutan Kota
Tanaman dan atau pohon merupakan salah satu bahan utama untuk konservasi lingkungan. Kemampuan tumbuhan untuk mengkonservasi lingkungan
beraneka antar spesies akibat adanya perbedaan penampilan ekofisiologisnya. Ciri-ciri tumbuhan bernilai konservatif merupakan suatu kebutuhan untuk dapat
memberdayakan kemampuannya secara optimal Purwowidodo 2002. Beberapa kriteria tanaman untuk ruang terbuka hijau dan hutan kota dari
berbagai tipe dan bentuk Tandjung 2002. 1. Kriteria vegetasi untuk kawasan hijau pertamanan kota.
Karakteristik tanaman : tidak bergetahberacun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun setengah rapat sampai
rapat.
Jenis ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain seimbang Kecepatan tumbuh cepat dan jarak tanam sesuai dengan jenis tanaman
2. Kriteria vegetasi untuk kawasan hijau rekreasi kota Karakteristik tanaman : tidak bergetahberacun, dahan tidak mudah patah,
perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun setengah rapat sampai rapat, ketinggian vegetasi bervariasi, warna hijau dan variasi warna
seimbang. Kecepatan tumbuhnya sedang
Jenis tanaman tahunan atau musiman
3. Kriteria vegetasi untuk kawasan kegiatan olah raga Karakteristik tanaman : tidak bergetahberacun, dahan tidak mudah patah,
perakaran tidak mengganggu pondasi. Jenis tanaman tahunan atau musiman
Berupa tanaman lokal dan tanaman budidaya
4. Kriteria vegetasi untuk kawasan hijau pemakaman Karakteristik tanaman : perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur
daun renggang sampai setengah rapat, dominasi warna hijau Jenis tanaman tahunan dan musiman
Berupa tanaman lokal dan tanaman budidaya
5. Kriteria vegetasi untuk kawasan jalur hijau. Karakteristik tanaman ; struktur daun setengah rapat sampai rapat,
dominan warna hijau, perakaran tidak mengganggu pondasi Kecepatan tumbuhnya bervariasi dan dominan jenis tanaman tahunan
Mudah tumbuh pada tanah yang padat Tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah
Tahan terhadap hembusan angin dan serasah yang dihasilkan sedikit Tanaman yang tidak menghasilkan buah yang besar
Tahan terhadap polutan
6. Kriteria vegetasi untuk kawasan hijau pekarangan Kecepatan tumbuh bervariasi dan jenis tanaman tahunan atau musiman
Berupa tanaman MPTS multy purpose tree species yang bisa dimanfaatkan.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan