Arus dan Pasang Surut

Pada gambar menunjukkan sebagian besar lokasi sampling di perairan Pulau Semujur tergolong kedalaman perairan yang sesuai untuk budi daya KJA ikan kerapu. DKP 2007 menjelaskan bahwa kondisi batimetri laut kedalaman perairan di perairan Bangka Tengah dan sekitarnya relatif landai. Di beberapa tempat bahkan dijumpai kondisi laut yang langsung dalam atau curam seperti di Pulau Panjang. Kedalaman di laut ini berkisar antara selang 0–10 m, 10–20 m dan 20–50 m.

4.3.2. Arus dan Pasang Surut

Arus laut yang terukur di stasiun pengamatan tergolong arus yang bergerak di permukaan perairan tersebut. Bila dilihat dari Gambar 16, kecepatan arus permukaan di perairan Pulau Semujur tergolong rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh letak stasiun pengukuran lapang yang berada di antara pulau-pulau sehingga arus cenderung melemah. Nilai kecepatan arus berkisar 0–9 cms dengan arah dominan 120 o –155 o ke arah tenggara. Kisaran optimal kecepatan arus untuk budi daya KJA adalah 15–35 cmdetik Effendi, 2004. Bila kecepatan arus melebihi 100 cmdetik maka sebaiknya tidak dipilih untuk wilayah budi daya KJA. Ini mengindikasikan perairan di lokasi sampling tidak sesuai untuk budi daya KJA kerapu. Skor kesesuaian untuk wilayah tidak sesuai bernilai 1 berdasarkan matriks kesesuaian. Arah dan kecepatan arus merupakan faktor yang berpengaruh dalam pengembangan KJA ikan kerapu. Arus yang kuat dengan arah dominan mampu menghindari efek polusi akibat penumpukan bahan organik yang tersangkut jaring keramba. Namun arus yang terlalu kuat juga dapat merusak keramba. Sebaliknya Gambar 16. Sebaran Kecepatan Arus di Perairan Pulau Semujur pada arus yang lemah dapat mengurangi sirkulasi air di sekitar keramba. Pengkelasan kecepatan arus perairan yang sangat sesuai sebagai wilayah penempatan KJA sebesar 15–35 cm, kelas sesuai dengan kecepatan arus 10–14 cm dan 36–100 cm, dan kelas tidak sesuai dengan kecepatan arus 10cm dan 100 cm. Faktor pembangkit arus permukaan dipengaruhi oleh angin dan pasang surut. Angin yang bertiup cenderung mendorong bagian lapisan permukaan sehingga arus searah dengan arah angin. Berdasarkan profil angin hasil WRPlot pada Gambar 17 diketahui arah angin dominan bergerak dari barat laut menuju tenggara sebesar 36. Pergerakan angin lainnya di perairan Pulau Semujur dari barat menuju timur sebesar 24, dari utara menuju selatan sebesar 14 dan sebagian kecil menuju ke utara, barat, barat daya dan barat laut. Kecepatan angin yang bergerak di perairan tersebut tergolong lemah yang berkisar antara 0,5–5,7 ms. Pengukuran lapang arus laut yang dilakukan pada bulan Maret sedang mengalami musim peralihan pertama atau disebut musim pancaroba satu Nontji, 2006. Pada bulan ini pergerakan angin menjadi lemah dan arahnya yang tidak menentu. Begitu juga halnya dengan Pulau Semujur yang berada di kawasan Laut Natuna dan Laut Cina Selatan dimana komposisi laut dan daratan yang bervariasi sehingga menerima bahang tidak menentu dari energi matahari. Ini juga terlihat dari cuaca yang berganti pada saat pengamatan, yaitu hujan di pagi hari sedangkan sekitar pukul 09.00 WIB hujan berhenti dan cuaca menjadi semakin cerah saat siang sekitar pukul 12.00 WIB. Perbedaan terlihat di stasiun 7 dan 8 dimana tidak ada arus yang bergerak. Ini di tandai dengan tali floating drodge yang tidak meregang saat pengukuran. Pada stasiun ini juga terlihat sampah yang mengumpul karena arus lemah membuat aliran air tidak mampu mambawa sampah bergerak. Kemungkinan arus yang lemah akibat adanya gosong pasir sehingga ombak atau arus yang datang akan tertahan. Gambar 17. Arah dan Kecepatan Angin Bulan Maret 2011 Faktor lain yang berpengaruh terhadap peristiwa terjadinya arus adalah faktor pasang surut. Menurut Subandar et al., 2005 biasanya pada daerah terlindung, arus laut yang bergerak dominan ditimbulkan oleh pasut. Begitu juga halnya dengan arus di perairan Pulau Semujur lebih banyak dipengaruhi oleh pasut. Arus pasut menyebabkan pergerakan air laut menuju ke arah pantai atau sebaliknya Browden,1980 in LIPI, 2004. Grafik pola pasut di perairan Semujur hasil analisis dari perangkat lunak dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 18. Pola Pasut di Perairan Pulau Semujur Berdasarkan konstanta pasut Noatide diperoleh nilai K1, O1, M2 dan S2 yang dihasilkan bilangan Formzahl sebesar 7,42 dengan contoh perhitungan pada Lampiran 1. Tipe pasut berdasarkan bilangan Formzahl 3 merupakan tipe harian tunggal diurnal dimana terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Pola pasut demikian diduga dapat mengurangi sirkulasi air di sekitar budidaya KJA ikan kerapu. Pasut di perairan Pulau Semujur merupakan pegerakan massa air laut dari Laut Cina Selatan dan Laut Natuna yang merambat memasuki pulau-pulau kecil di sekitar perairan timur Bangka. Kawasan Pulau Semujur termasuk wilayah perairan Bangka Tengah dimana sebelah timur berbatasan dengan Selat Karimata. Menurut Nontji 1987, perairan Selat Karimata memiliki jenis pasut harian tunggal. Hal ini juga terlihat pada keempat tipe pasut di perairan Indonesia Gambar 19. Sumber : www.scribd.com Gambar 19. Tipe Pasut di Indonesia

4.3.3. Kecerahan