Oksigen Terlarut Faktor Pendukung Budi Daya KJA Ikan Kerapu 1. Kedalaman

4.3.4. Oksigen Terlarut

Perubahan konsentrasi unsur kimia merupakan indikator perubahan kualitas perairan. Salah satu unsur kimia tersebut adalah kandungan oksigen terlarut. Umumnya oksigen terlarut di perairan laut sebesar ±8 mgl. Sebaran spasial oksigen terlarut diperoleh dengan menginterpolasi titik pengukuran lapangan sebanyak 15 titik yang menyebar di antara perairan Pulau Semujur dan Pulau Panjang Gambar 21. Gambar 21. Sebaran Oksigen Terlarut di Perairan Pulau Semujur Nilai sebaran oksigen terlarut hasil interpolasi di perairan Pulau Semujur memiliki rata- rata 8,36 mgl. Bila dilihat dari segi kandungan DO dinyatakan bahwa perairan Pulau Semujur ideal untuk budi daya KJA ikan kerapu. Untuk kehidupan biota laut secara layak, kandungan oksigen terlarut harus lebih besar daripada 4.0 mgl Sanusi, 2006. DKP 2007, menyebutkan bahwa perairan Pulau Semujur tergolong perairan subur dengan kadar oksigen terlarut sebesar 9.1 mgl yang terletak pada koordinat 106 o 16’10,48” BT dan 2 o 10’5,376” LS. Kondisi geografis pulau ini yang berada di tengah Kepulauan Bangka Belitung sehingga letaknya jauh dari pencemaran limbah pabrik. Kondisi demikian sangat mendukung sebagai lokasi usaha budi daya. Pada saat pengukuran lapang juga diketahui bahwa perairan di sekitar pulau ini berwarna biru. Hal demikian juga menyebabkan kadar oksigen terlaut di perairan tersebut memiliki kisaran yang tidak berbeda. Pengkelasan nilai oksigen terlarut yang diperoleh dari pengkelasan raster ulang Zonal Function dibedakan menjadi kelas sangat sesuai, sesuai dan tidak sesuai. Perairan sangat sesuai memiliki kandungan oksigen terlarut 6 mgl. Kadar oksigen terlarut demikian mampu memenuhi konsumsi oksigen ikan untuk respirasi. Sama halnya dengan kadar oksigen terlarut yang berkisar 4–6 mgl tergolong sesuai untuk wilayah perairan KJA. Sebaliknya, perairan yang mengandung kadar oksigen terlarut 4 mgl tidak sesuai untuk wilayah pengembangan KJA. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian pada kerapu akibat kekurangan oksigen. Selain itu, kadar oksigen terlarut yang rendah juga dapat mendukung kehidupan organisme anaerob.

4.3.5. Salinitas