Nilai pH yang terukur di perairan Pulau Semujur tergolong kelas S1 yaitu perairan yang sangat sesuai untuk budiaya KJA ikan kerapu menurut matriks
kesesuaian. Kelas sangat sesuai berada pada kisaran pH 7,0– 8,5, kelas sesuai memiliki kisaran pH 4– 6,9 dan 8,6–9, sedangkan kelas tidak sesuai memiliki pH
4 dan 9. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH pada kisaran 7,0–8,5 Effendi, 2000. Perairan demikian dapat
menghasilkan pertumbuhan dan reproduksi yang optimal untuk ikan kerapu. Namun, perairan yang memiliki nilai pH rendah akan menurunkan aktivitas
pertumbuhan organisme akuatik. Pertumbuhan yang terhambat akan mempengaruhi tingkat kematangan gonad dan menurunkan laju reproduksi ikan.
Hal ini tentunya akan mengurangi produksi ikan kerapu.
4.3.8. Jarak dari Kawasan Pertambangan
Pengkajian wilayah kelayakan kegiatan budi daya KJA harus mempertimbangkan kegiatan yang berkaitan dengan ekosistem sekitarnya.
Umumnya kegiatan budi daya rentan terhadap pencemaran yang dapat mengganggu kualitas perairan budi daya. Pencemaran tersebut bersumber dari
aktivitas manusia di wilayah pesisir seperti penambangan timah. Kegiatan penambangan timah baik di wilayah pesisir dan penambangan
timah apung merupakan ancaman yang dikategorikan sebagai tekanan tinggi DKP, 2007. Kegiatan ini dapat menyebabkan sedimentasi di perairan dan abrasi
di wilayah pesisir. Ini juga berkaitan dengan pengendapan lumpur di dasar perairan yang sangat tidak baik sebagai substrat ikan Kerapu Sunu. Akibat lainnya
adalah berpengaruh terhadap persyaratan hidup ikan kerapu. Selain arah arus,
penetapan jarak dari kawasan pertambangan pun perlu dilakukan untuk
menghindari pencemaran budi daya.
Jarak dari aktivitas pertambangan terhadap lokasi budi daya dispasialkan dengan memasukkan titik koordinat di atas peta rupa bumi. Lokasi pertambangan
terdiri dari 10 titik stasiun yang berdekatan Gambar 26. Metode yang digunakan adalah Multiple Ring Buffer yang bertujuan untuk menentukan jarak dari stasiun
pengukuran lapang sebagai lokasi budi daya terhadap lokasi koordinat
Gambar 26. Buffer Jarak Pertambangan terhadap Lokasi Budi daya KJA di perairan Pulau Semujur
pertambangan timah apung. Untuk kesesuaian wilayahnya dibagi menjadi 3 kelas yaitu 1500 m sangat sesuai, 500 m dan 1500 m sesuai serta 500 m tidak
sesuai Pasek, 2007. Bila dilihat dari gambar, jarak antara stasiun pengukuran lapang dengan lokasi pertambangan adalah 31000 m. Ini dapat dikatakan bahwa
lokasi pengukuran lapang di perairan Pulau Semujur tergolong sangat sesuai untuk budi daya KJA ikan kerapu.
Arah dan kecepatan arus merupakan faktor yang berpengaruh dalam pengembangan KJA ikan kerapu. Bila kecepatan arus kuat dengan arah yang
dominan mampu membawa material hasil buangan penambangan timah tailing menuju lokasi budi daya dan berdampak pada kegiatan budi daya. Pada Gambar
27 diketahui bahwa arah arus di perairan Timur Laut Bangka dominan bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan berkisar antara 0,69–0,78 ms. Arus yang
demikian tergolong arus yang kuat tetapi masih dalam batas yang diinginkan. Menurut Beveridge 1987 in Subandar et al 2005, bila kecepatan arus melebihi
100 cmdetik maka sebaiknya tidak dipilih untuk wilayah budi daya KJA. Limbah buangan hasil penambangan timah dapat mencemari lingkungan
perairan khususnya wilayah perairan yang akan dijadikan sebagai lokasi budi daya KJA ikan kerapu. Perairan akan menjadi keruh akibat sedimentasi di dasar
perairan dan semakin lama akan menyebabkan substrat dasar yang semula pasir menjadi lumpur. Selain itu, kandungan logam berat di perairan akan menjadi
tinggi dan berbahaya bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan kerapu.
Gambar 27. Arah dan Kecepatan Arus di Perairan Timur Laut Bangka
4.4. Analisis Kesesuaian Wilayah Budi daya KJA dengan Cell Based Modelling