2.4.4. Suhu
Pemilihan lokasi KJA harus terlindung dari perubahan suhu. Perubahan suhu secara ekstrim akan mempengaruhi biota secara tidak langsung melalui
konsumsi oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar 10 °C akan meningkatkan laju metabolisme sehingga konsumsi oksigen akan semakin besar sekitar 2–3 kali
lipat Effendi, 2003. Pada kenyataannya, suhu perairan yang meningkat maka perairan cepat mengalami kejenuhan oksigen atau mengurangi daya larut oksigen
dalam air Ghufran dan Kordi, 2007. Untuk pertumbuhan ikan kerapu memiliki suhu optimal berkisar antara 27–29 °C Akbar dan Sudaryanto, 2002. Kisaran
suhu yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20–30 °C Effendi, 2003.
Suhu di permukaan biasanya mengikuti pola musiman. Pada musim pancaroba dimana angin bertiup lemah dan tidak menentu diikuti permukaan laut
yang sangat tenang mengakibatkan proses pemanasan yang kuat di permukaan Nontji, 2006. Kondisi demikian akan mempengaruhi suhu di lapisan permukaan
mencapai maksimum.
2.4.5. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi total ion dalam 1 kg air laut Boyd, 1988 in Effendi, 2003. Salinitas berpengaruh terhadap tekanan osmotik dimana salinitas
yang tinggi, tekanan osmotik juga akan semakin besar Ghufran dan Kordi, 2007. Pengukuran salinitas dinyatakan dalam unit ppt atau ‰. Salinitas akan meningkat
seiring bertambahnya kedalaman dalam proses homogenitas Sanusi, 2006.
Perairan estuari memiliki salinitas yang sangat berfluktuasi. Hal ini dipengaruhi oleh percampuran antara massa air laut dengan massa air sungai.
Pada perairan estuari dimana aliran sungai bermuara tidak dianjurkan untuk lokasi budi daya ikan kerapu. Lokasi yang berdekatan dengan muara sering mengalami
stratifikasi salinitas yang dapat menghambat masuknya oksigen dari udara ke air. Salinitas perairan yang ideal untuk budi daya ikan kerapu sunu adalah 30–35 ‰
Akbar dan Sudaryanto, 2002.
2.4.6. pH
Derajat keasaman atau yang biasa disebut pH potensial hydrogen menunjukkan nilai aktivitas ion hidrogen dalam air kadar molar. Nilai pH
menggambarkan tingkat asam atau basa suatu perairan. Sifat asam atau basa berada pada kisaran nilai 0–14, dimana pH=7 adalah netral Sanusi, 2006. Pada
pH yang rendah akan mengurangi kandungan oksigen terlarut di perairan sehingga menurunkan konsumsi oksigen oleh ikan dan menurunkan metabolisme. Sebagian
besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH pada kisaran 7,0–8,5 Effendi, 2003. Kisaran pH optimal untuk kerapu adalah 7–8
Ghufran dan Kordi, 2007. pH mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Salah satunya adalah
senyawa ammonia yang tidak terionisasi ditemukan pada perairan yang bersifat basa atau memiliki nilai pH tinggi. Senyawa tersebut lebih mudah terserap ke
jaringan tubuh organisme akuatik dan bersifat racun. Selain itu, nilai pH mempengaruhi proses biokimia perairan seperti proses nitrifikasi akan berakhir
jika pH rendah. Pada pH rendah juga akan meningkatkan toksisitas logam berat. Effendi, 2003.
2.5. Kesuburan Perairan