Matriks Kesesuaian Zona Potensial KJA

3.5. Matriks Kesesuaian Zona Potensial KJA

Klasifikasi tingkat kesesuaian lahan dilakukan dengan menyusun matriks kesesuaian berdasarkan pemberian skor pada parameter pembatas budi daya KJA. Penyusunan matriks ini berkaitan dengan prasyarat hidup ikan kerapu berdasarkan studi pustaka. Dalam penelitian ini, penulis mengkaji beberapa parameter biologi- fisik-kimia perairan yang mempengaruhi budi daya ikan kerapu di antaranya suhu, pH, salinitas, kecerahan, oksigen terlarut, kedalaman, kecepatan arus, substrat dasar perairan, dan keterlindungan lokasi. Faktor lainnya yaitu jarak dari kawasan pertambangan yang dapat menjadi sumber pencemaran. Kriteria yang digunakan merupakan kajian dan modifikasi dari berbagai sumber Akbar dan Sudaryanto, 2002 dan Effendi, 2004; Effendi, 2004 dan Beveridge 1987 in Subandar et al., 2005; Ngangi, 2003; Effendi, 2004 dan Nainggolan et al., 2003; Akbar dan Sudaryanto, 2002; Effendi, 2000; Pasek, 2007. Metode penyusunan matriks kesesuaian yang dipilih adalah metode scoring atau pembobotan. Metode scoring digunakan untuk mengetahui nilai yang menjadi pembatas dimana setiap parameter memiliki pengaruh yang berbeda untuk menunjang perairan budi daya ikan kerapu. Setiap parameter akan disusun dan ditentukan skor dan bobot berdasarkan studi pustaka untuk digunakan dalam penilaian atau penentuan tingkat kesesuaian wilayah budi daya. Parameter yang dapat memberikan pengaruh lebih kuat diberi bobot lebih tinggi dari pada parameter yang lebih lemah pengaruhnya. Dalam kajian ini diberikan bobot yang berkisar 5–20 dan skor 1–3 yang disajikan pada tabel sebelumnya. Nilai bobot dan skor pada keseluruhan parameter KJA ikan kerapu akan diproses lebih lanjut menggunakan perangkat lunak. Selanjutnya dilakukan proses penggabungan pada polygon yang berdekatan atau disebut dengan dissolve untuk mendapatkan klasifikasi kesesuaian berdasarkan kode. Perhitungan tiap kelas dirumuskan sebagai berikut Ariyanti et al., 2007. dimana : Y = total bobot nilai ai = bobot pada tiap parameter Xn = skor pada tiap parameter Setiap parameter yang telah direklasifikasi dengan pemberian bobot dan skor, maka dilakukan input rumus untuk mendapatkan pengkelasan nilai kesesuaian. Interval kelas kesesuaian diperoleh berdasarkan metode Equal Interval guna membagi jangkauan nilai-nilai atribut ke dalam sub-sub jangkauan dengan ukuran yang sama Prahasta, 2002. Klasifikasi kelas kesesuaian dibagi menjadi tiga selang kelas. Tiap selang kelas diperoleh berdasarkan penjumlahan dari perkalian nilai maksimum tiap nilai bobot dan skor dikurangi dengan penjumlahan dari perkalian minimum tiap nilai bobot dan skor kemudian dibagi jumlah kelas. Secara matematis dapat ditulis seperti persamaan berikut Ariyati et al., 2007. dimana : I = interval kelas kesesuaian lahan k = jumlah kelas kesesuaian lahan yang diinginkan Berdasarkan perhitungan dimana N maksimum adalah 2,25 dan N minimum adalah 2,05 maka diperoleh selang kelas sebesar 0,0667. Untuk kelas S3 diperoleh dari skor total kelas S3 2,0500 ditambah 0,0667. Nilai kelas S2 diperoleh dari nilai Xn ai Y × ∑ = k Xn ai Xn ai I ∑ ∑ × − × = min max ……………………............ 7 S3 maksimum 2,1167 ditambah 0,0667. Kelas S1 diperoleh dari nilai S2 maksimum 2,1833 ditambah 0,0667. Setiap tingkat kesesuaian dapat ditetapkan selang nilainya sebagai berikut : 1. Kelas sangat sesuai S1 dengan selang nilai : 2,1834–2,2500 2. Kelas sesuai S2 dengan selang nilai : 2,1168–2,1833 3. Kelas tidak sesuai S3 dengan selang nilai : 2,0500–2,1167 Ketentuan kelas kesesuaian didefinisikan sebagai berikut FAO, 1976: 1. Sangat sesuai S1 Kategori ini menunjukkan bahwa wilayah yang dikaji sangat sesuai untuk perairan budi daya ikan kerapu. Pengembangan budi daya di perairan tersebut tidak memiliki faktor pembatas yang berarti atau bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata. 2. Sesuai S2 Kategori ini menunjukkan bahwa wilayah perairan tergolong cocok untuk kegiatan budi daya. Namun, perairan tersebut mempunyai faktor pembatas yang berpengaruh terhadap produktivitas budi daya sehingga diperlukan perlakuan tambahan dan masukan teknologi. 3. Tidak sesuai S3 Kategori ini merupakan perairan yang tidak sesuai untuk budi daya karena memiliki faktor pembatas bersifat tidak permanen maupun permanen.

3.6. Metode Cell Based Modelling Untuk Penentuan Zona Potensial KJA