Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Spesifik Chlorella sp. dengan

perlakuan kontrol terjadi pada hari ke-10, sedangkan untuk perlakuan pupuk dan tanpa pupuk pada hari ke-13 dan hari ke-9. Sel mengalami penurunan jumlah secara signifikan pada hari ke-15 untuk perlakuan kontrol. Perlakuan menggunakan pupuk dan tanpa pupuk tidak mengalami penurunan jumlah kepadatan sel secara signifikan hingga akhir pengamatan. Jumlah sel media perlakuan kontrol dan perlakuan menggunakan pupuk menunjukkan adanya peningkatan setiap harinya. Hal ini berbeda dengan perlakuan tanpa pupuk dengan jumlah kepadatan sel cenderung stagnan atau tetap. Hal tersebut dapat diduga karena pengaruh nutrisi, serta kualitas air pada media kultur, sehingga mempengaruhi pertumbuhan Chlorella sp. pada media tumbuh.

4.1.1. Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Spesifik Chlorella sp. dengan

Perlakuan Kontrol Kepadatan puncak mikroalga Chlorella sp. untuk perlakuan kontrol tercatat mencapai 30×10 6 selmL, yang merupakan nilai tertinggi dibandingkan dengan kultivasi pada perlakuan lain. Hal tersebut diduga karena keadaan lingkungan yang terkontrol meliputi suhu, salinitas, dan pH yang optimum untuk pertumbuhan mikroalga. Sesuai dengan penelititan yang dilakukan Sylvester et al. 2002 bahwa keadaan mikroalga laut yang dapat hidup normal pada salinitas optimum 25-35 ‰, suhu optimum 25-32 o C, dan pH optimum berkisar 7-8. Chlorella sp. dengan perlakuan kontrol memiliki adaptasi yang sangat baik terhadap media kultur, dapat dilihat dari nilai laju pertumbuhan spesifik pada hari ke-1 sebesar 2,751. Hal tersebut menggambarkan bahwa dalam waktu yang kurang dari satu hari, Chlorella sp. memiliki adaptasi yang sangat baik terhadap lingkungan kultur. Fase lag pada pertumbuhan Chlorella sp. ini berlangsung selama kurang dari 24 jam. Hal tersebut dibuktikan pada hari ke-2, jumlah populasi mikroalga terus meningkat hingga memasuki fase pertumbuhan eksponensial. Salah satu faktor yang menentukan lamanya fase adaptasi adalah umur kultur yang digunakan sebagai inokulum. Fase adaptasi akan menjadi lebih singkat atau bahkan tidak terlihat apabila sel-sel yang diinokulasikan berasal dari kultur yang berada dalam fase eksponensial Fogg dan Thake, 1987 dalam Prihantini et al., 2005. Fase adaptasi tidak terlihat secara jelas pada media perlakuan kontrol yang mungkin disebabkan oleh cepatnya kemampuan sel mikroalga menyesuaikan dirinya terhadap media kultur yang baru, sehingga mampu tumbuh dan berkembang dengan cepat. Pertumbuhan sel terus bertambah hingga hari ke-10, dan diikuti Chlorella sp. fase stasioner pada hari ke-11 dan ke-12, karena jumlah sel yang bertambah seimbang dengan jumlah sel yang mati. Chlorella sp. mulai memasuki fase kematian pada hari ke-13, ditandai dengan jumlah sel yang menurun secara drastis, karena ketersediaan nutrien yang telah jauh berkurang di dalam media kultur. Turunnya laju pertumbuhan Chlorella sp. juga dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya toksik yang dihasilkan oleh mikroalga sebagai hasil dari metabolisme yang meracuni mikroalga itu sendiri dan berkurangnya proses fotosintesis akibat bertambahnya jumlah sel sehingga hanya bagian tertentu saja yang memperoleh cahaya.

4.1.2. Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Spesifik Chlorella sp. dengan