Deskripsi Logam Berat Logam Berat

Pupuk yang digunakan pada skala laboratorium terbuat dari bahan kimia PA Pro Analis dengan dosis pemakaian 1mlL volume kutur. Jenis dan formula pupuk adalah yang telah distandarkan dan umum digunakan yaitu Conwy Walne’s Media, Guilard, dan Rhyter modifikasi F. Penggunaan pupuk pada skala laboratorium dimanfaatkan agar pertumbuhan mikroalga optimal sehingga didapatkan bibit starter yang bermutu tinggi untuk skala kultur selanjutnya.

2.4. Logam Berat

2.4.1. Deskripsi Logam Berat

Keberadaan logam berat dalam lingkungan dapat berasal dari dua sumber, yaitu berasal dari proses alamiah seperti pelapukan secara kimiawi dan kegiatan geokimiawi serta dari tumbuhan dan hewan yang membusuk, dan berikutnya berasal dari hasil aktivitas manusia terutama hasil limbah industri. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, dimana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr, dan lain-lain. Logam berat yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan mengalami pengendapan, pengenceran dan dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut. Pengendapan logam berat di suatu perairan terjadi karena adanya anion karbonat hidroksil dan klorida Hutagalung, 1995. Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibanding dalam air Hutagalung, 1995. 2.4.2. Pencemaran Logam Berat Aktivitas Penambangan di Pulau Bangka Pulau Bangka dikenal sebagai daerah penghasil timah sejak 3 abad silam yang dimulai pada pemerintahan Kolonial Belanda. Seiring bergulirnya roda pemerintahan, yang pada awalnya penambangan timah tidak diperbolehkan untuk skala rakyat. Berdasarkan Perda No. 6 Tahun 2001, Pemprov Bangka membolehkan penambangan timah rakyat untuk tujuan kemakmuran, sehingga aktivitas penambangan tumbuh pesat, khususnya oleh penambang skala kecil. Keadaan ini terlihat dengan semakin maraknya kegiatan penambangan rakyat yang sifatnya ilegal, dan cenderung mengabaikan pengelolaan hasil samping penambanganyang dapat mencemari lingkungan. Eksplorasi timah di daerah laut secara besar-besaran telah menghasilkan limbah tailing yang besar pula dan dibuang langsung ke laut tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hal tersebut menyebabkan terjadinya sedimentasi pada sebagian Laut Bangka. Di samping limbah tailing, tumpahan oli dan solar dari aktivitas penambangan juga turut memperparah pencemaran terutama berkaitan dengan pencemaran logam berat di perairan Pulau Bangka. Kegiatan penambangan timah di pulau Bangka ini telah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda hingga sekarang. Pulau Bangka merupakan pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Dari luas Pulau Bangka sebesar 1.294.050 ha, sekitar 27,56 daratan pulau ini merupakan areal Kuasa Penambangan KP timah PT. Tambang Timah menguasai lahan seluas 321.577 ha dan PT. Kobatin seluas 35.063 ha. Selain kedua perusahan tersebut, izin kuasa penambangan KP timah juga diberikan kepada perusahaan swasta. Sampai dengan pertengahan tahun 2007, jumlah KP timah mencapai 101 izin dengan luas pencadangan 320.219 ha, dan yang telah ditambang 6.084 ha.

2.4.3. Beberapa Karakteristik Logam Berat, Sumber, dan Dampaknya