Kultivasi Chlorella sp. dengan Nannochloropsis sp. Menggunakan

4.3.2. Kultivasi Chlorella sp. dengan Nannochloropsis sp. Menggunakan

Pupuk dalam Media Limbah Logam Berat Kepadatan sel Chlorella sp. cenderung lebih besar dibanding Nannochloropsis sp. Hal tersebut ditunjukkan dengan kepadatan sel maksimum sel Chlorella sp. mencapai 16,72×10 6 selmL, sedangkan sel Nannochloropsis sp. 9,30×10 6 selmL. Laju pertumbuhan spesifik Chlorella sp. juga lebih tinggi dibandingkan Nannochloropsis sp., yang dibuktikan dari hari ke-6 memasuki fase eksponensial, laju pertumbuhan Chlorella sp. masih menunjukkan peningkatan dibandingkan sel Nannochloropsis sp. Fase lag Chlorella sp. dimulai dari hari ke-1 hingga hari ke-5. Kultivasi mulai memasuki fase eksponensial pada hari ke-6 yang ditandai dengan perubahan laju pertumbuhan spesifik dari 0,189 menjadi 0,468. Gambar 14. Grafik kepadatan sel Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. dengan menggunakan pupuk Berbeda dengan Nannochloropsis sp. yang memiliki adaptasi lebih cepat terhadap lingkungannya. Adaptasi yang baik ini ditandai pada hari ke-5 kultur, sel Nannochloropsis sp. mulai memasuki fase eksponensial, dengan perubahan 2 4 6 8 10 12 14 16 18 1 3 5 7 9 11 13 15 Chlorella Nannochloropsis laju pertumbuhan spesifik menjadi 0,531 dari hari ke-4 yaitu 0,431. Dengan demikian, proses tersebut menegaskan bahwa Nannochloropsis sp. memiliki sifat adaptasi terhadap lingkungan kultur lebih baik daripada Chlorella sp. Masa eksponensial dapat terjadi apabila ditandai dengan penambahan jumlah sel yang dimulai secara signifikan. Pertambahan jumlah kepadatan sel Chlorella sp. memasuki periode eksponensial berlangsung dari hari ke-6 sampai hari ke-10, dengan kepadatan sel meningkat hingga 15,17×10 6 selmL. Pertumbuhan ini berbeda dengan sel Nannochloropsis sp. yang memasuki periode fase eksponensial dari hari ke-5 hingga hari ke-8, dengan kepadatan sel mencapai 9,28×10 6 selmL. Fase deklinasi terjadi pada hari ke-11 dari sel Chlorella sp. dan hari ke-9 untuk sel Nannochloropsis sp. Perbedaan pada fase deklinasi dapat disebabkan oleh pemanfaatan nutrisi di dalam media kultur. Sel Nannochloropsis sp. telah memaksimalkan pemanfaatan nutrisi dari pertama kultur hingga hari ke-5, dengan kepadatan sel lebih besar daripada Chlorella sp., sehingga kepadatan sel cenderung sedikit untuk meningkat pada hari-hari berikutnya. Sel Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. mulai mengalami pertumbuhan kembali pada hari ke-12, dengan pemanfaatan lisis sel-sel dari sisa metabolisme yang telah mati. Selanjutnya sel memasuki fase kematian yang ditandai dengan jumlah kepadatan sel menurun dari hari ke-14 sampai ke-15, dengan jumlah kepadatan sel Chlorella sp. turun hingga 15,27×10 6 selmL, dan 8,00×10 6 selmL untuk Nannochloropsis sp. Pertumbuhan sel di dalam media kultur logam berat sangat dipengaruhi oleh nilai pH. Dapat dilihat perbandingan antara grafik media kontrol dengan perlakuan media logam berat pada Gambar 12. Grafik perlakuan kontrol menunjukkan jumlah kepadatan sel jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan logam berat. Hal tersebut dapat disebabkan karena rendahnya nilai derajat keasaman pH asam yang menyebabkan laju pertumbuhan menjadi lambat serta jumlah kepadatan sel akan semakin kecil. Penelitian Wong dan Lay 1980 dalam Prihantini et al. 2005 menunjukkan bahwa Chlorella pyrenoidosa yang ditumbuhkan dalam media Bristol dengan pH 7 memiliki kerapatan sel yang lebih tinggi daripada media dengan pH 6,4. Selain hal tersebut, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kepadatan sel Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp., yaitu kadar salinitas. Salinitas dapat mempengaruhi kinerja proses fotosintesis dan pembentukan sel individu baru. Menurut Sutomo 1991, pertumbuhan Chlorella sp. menurun sejalan dengan meningkatnya salinitas, yaitu dari 40–60 ‰, maupun dengan menurunnya salinitas dari 20-5 ‰. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa naik atau turunnya salinitas sangat berpengaruh terhadap tekanan osmosis dalam tubuh dan mekanisme osmoregulasi yang secara langsung dapat mempengaruhi sistem metabolisme yang berakibat terhadap penurunan jumlah populasi sel mikroalga.

4.3.3. Kultivasi Chlorella sp. dengan Nannochloropsis sp. Tanpa Pupuk