dari satu. Oleh karena itu, semakin tinggi omzet karena memiliki mobil lebih dari satu unit maka akan semakin besar pula dana perawatan dan uang bensin setiap
bulannya. Ditambah dengan upah yang harus dibayarkan untuk para supir dan orang yang membantu dalam pengangkutan menaikkan dan menurunkan barang
ke dan dari mobil. 7. Hubungan antara penggunaan bahan bakar per hari dengan respon terhadap
kenaikan harga BBM Hubungan penggunaan bahan bakar per hari dengan respon terhadap
kenaikan harga BBM dianalisis dengan menggunakan crosstab memperoleh nilai Asymp. Sig 2-sided
yang terdapat pada chi-square test adalah 0.360 lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Nilai tersebut menyatakan bahwa keputusan pengujian
variabel tersebut adalah penggunaan bahan bakar per hari tidak berhubungan nyata dengan respon terhadap kenaikan harga BBM. Hal ini dikarenakan
penggunaan bahan bakar per harinya sesuai dengan banyaknya sewa yang didapatkan per hari. Semakin besar sewa yang didapatkan maka akan semakin
besar omzet per harinya. Bahan bakar yang digunakan juga tidak selamanya untuk mengangkut barang-barang, tetapi jika tidak terdapat sewa bahan bakar hanya
digunakan untuk perjalanan pergi dan pulang ked an dari tempat pangkalan. 8. Hubungan antara kesediaan membayar WTP dengan respon terhadap
kenaikan harga BBM Hubungan kesediaan dengan respon terhadap kenaikan harga BBM dianalisis
dengan menggunakan crosstab memperoleh nilai Asymp. Sig 2-sided yang terdapat pada chi-square test adalah 0.005 lebih kecil dari taraf nyata 5 persen.
Nilai tersebut menyatakan bahwa keputusan pengujian variabel tersebut adalah kesediaan membayar berhubungan nyata dengan respon terhadap kenaikan harga
BBM, dikarenakan semakin besar kesediaan membayar maka akan semakin setuju responden terhadap kenaikan harga BBM.
4.3.2 Analisi Respon Pemilik Jasa Usaha Angkutan Barang Terhadap
Kenaikan Harga BBM dengan Menggunakan Model Logit
Variabel respon yang digunakan dalam analisis ini adalah bentuk pilihan responden setuju atau tidak setuju dengan kenaikan harga BBM yang dilakukan
pada jasa angkutan barang mobil pick up di wilayah Jakarta dan Bogor. Jika mereka setuju dengan kenaikan harga BBM maka akan diberi nilai satu,
sedangkan jika mereka tidak setuju maka akan diberikan nilai nol. Estimasi faktor-faktor yang memengaruhi responden setuju atau tidak setuju dengan
kenaikan harga BBM dilakukan dengan menggunakan alat analisis model logit. Variabel-variabel penjelas yang digunakan dalam model logit terdiri dari sembilan
variable antara lain variabel tingkat pendidikan, kesediaan membayar harga premium WTP per liter, jumlah mobil yang dimiliki, frekuensi sewa per minggu,
omzet per bulan, pemakaian premium per hari, jumlah tanggungan, umur dan CC mobil. Hasil logit mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap respon
kenaikan harga BBM dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Respon Jasa Angkutan Barang terhadap Kenaikan Harga BBM di Jakarta dan Bogor Tahun
2012
Variabel Bebas Koefisien
P-value Rasio Odd
Jumlah Tanggungan
-0,260 0,351
0,771
Tingkat Pendidikan
1,309 0,037
3,701
Jumlah Mobil
2,147 0,259
8,560
Frekuensi Sewa
0,361 0,084
1,435
Omzet
-0,82 0,111
0,438
Pemakaian BBM Per Hari
-0,11 0,217
0,892
Kesediaan Membayar WTP
2,997 0,006
20,030
CC Mobil
-0,005 0,087
0,995
Constant
-10,24 0,105
0,000 Keterangan :
Nyata pada taraf kepercayaan 95 Nyata pada taraf kepercayaan 90
Berdasarkan hasil output pada Tabel 21 maka model logit yang doperoleh adalah :
Logit p
i
= -10,24 - 0,260 JTG
i
+ 1,309 PDK
i
– 0,82 OMZ
i
- 0.11 PBH
i
+ 2,997 WTP
i
– 0,005 CM
i
+ 0,361 FS
i
+ 2,147 JM
i
4.2
Hasil Hosmer and Lemeshow Test dapat dilihat nilai dari p-value sebesar 0,375 lebih besar dari taraf nyata 5 persen maka tolak H
yang artinya model logit adalah Fit. Nilai Overall Precentage sebesar 70,0 yang artinya model logit mampu
mengklasifikasikan secara tepat sebesar 70 persen. Tabel 21 adalah hasil output yang menjelaskan faktor-faktor yang
memengaruhi respon terhadap kenaikan harga BBM, antara lain: 1. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap respon pemilik jasa angkutan barang
mengenai kenaikan harga BBM Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,037 lebih kecil dari taraf
nyata 5 persen, yang artinya signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen maka tolak H
. Artinya pendidikan berpengaruh nyata terhadap respon setuju atau tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM. Semakin tinggi pendidikan
responden maka akan semakin mengerti dan mengikuti perkembangan akan keadaan ekonomi negara. Hal ini juga dapat dilihat dari tanda pada koefisien
yang positif. Variabel tingkat omzet memiliki nilai Odd Ratio 3,701 artinya semakin tinggi tingkat pendidikan maka peluang untuk setuju adalah 3,701
kalinya dibandingkan dengan tidak setuju. Kesimpulan yang diperoleh adalah semakin rendah tingkat pendidikan semakin tidak setuju dengan kenaikan
harga BBM. Sebaliknya, semakin tinggi pendidikan maka responnya semakin setuju dengan kenaikan harga BBM. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat
pengetahuan yang semakin tinggi terhadap perekonomian dan situasi di negara, ini juga tercermin dari hasil koefisien yang dihasilkan dari analisis
logit. Jadi, untuk menimbulkan kesadaran akan hasil minyak bumi yang semakin menurun seiring dengan menuanya bumi, didapat dari pendidikan.
2. Pengaruh tingkat omzet terhadap respon pemilik jasa angkutan barang mengenai kenaikan harga BBM
Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,111 lebih besar dari taraf nyata 5 persen, yang artinya tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95
persen maka tolak H . Artinya omzet tidak berpengaruh nyata terhadap
respon setuju atau tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM. Variabel tingkat omzet memiliki nilai Odd Ratio 0,438 artinya semakin tinggi omzet
maka peluang untuk tidak setuju adalah 0,438 kalinya dibandingkan dengan
setuju. Tanda pada koefisien yang negatif mengindikasikan semakin tinggi omzet maka semakin tidak setuju dengan kenaikan harga BBM. Responden
dengan tingkat omzet yang tinggi memiliki mobil pick up lebih dari satu. Hal ini menyebabkan biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan uang bensin
yang semakin besar jika memiliki lebih dari satu unit mobil pick up. 3. Pengaruh kesediaan membayar terhadap respon pemilik jasa angkutan barang
mengenai kenaikan harga BBM Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,006 lebih kecil dari taraf
nyata 5 persen, yang artinya signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen maka tolak H
. Artinya pengaruh kesediaan membayar berpengaruh nyata terhadap respon setuju atau tidak setuju kenaikan harga BBM. Semakin
besar kesediaan membayar maka akan semakin setuju terhadap kenaikan harga BBM. Variabel kesediaan membayar memiliki nilai Odd Ratio 20,030
artinya semakin tinggi kesediaan membayar maka peluang untuk setuju adalah 20,030 kalinya dibandingkan dengan tidak setuju terhadap kenaikan
BBM. Semakin tinggi kesediaan membayar maka akan semakin setuju dengan kenaikan harga BBM. Kesediaan membayar yang lebih besar
memiliki arti bahwa kemampuan atau kemauan responden untuk mendapatkan BBM bersubsidi premium yang lebih besar. Sebenarnya
sudah jelas, dengan WTP yang lebih besar dan pengaruh terhadap setuju atau tidak setuju dengan kenaikan harga BBM. Hal tersebut dipengaruhi oleh
preferensi mereka terhadap premium sebagai bahan bakar. 4. Pengaruh jumlah tanggungan terhadap respon pemilik jasa angkutan barang
mengenai kenaikan harga BBM Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,351 lebih besar dari
taraf nyata 5 persen maka terima H . Artinya pengaruh jumlah tanggungan
tidak berpengaruh nyata terhadap respon setuju atau tidak setuju kenaikan harga BBM. Jika dilihat dari tanda koefisien pada hasil analisis logit maka
diperoleh tanda negatif. Tanda tersebut mengindikasikan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan maka semakin tidak setuju dengan kenaikan harga
BBM. Semakin banyak jumlah tanggungan maka akan semakin besar penggeluaran untuk kebutuhan sehari-hari. Jika harga BBM naik maka akan
menaikkan harga barang-barang atau bahan pokok. Nilai Odd Ratio 0,711 artinya semakin banyak jumlah tanggungan maka peluang untuk setuju adalah
0,711 kalinya dibandingkan dengan tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM. Artinya semakin banyak jumlah tanggungan maka akan semakin tidak
setuju dengan kenaikan harga BBM. 5. Pengaruh jumlah penggunaan bahan bakar per hari terhadap respon pemilik
jasa angkutan barang mengenai kenaikan harga BBM Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,217 lebih besar dari
taraf nyata 5 persen maka tolak H . Artinya jumlah penggunaan bahan bakar
per hari tidak berpengaruh nyata terhadap respon setuju atau tidak setuju kenaikan harga BBM. Dilihat dari tanda koefisiennya yang negatif ini artinya
semakin besar pemakaian bahan bakar per hari maka akan semakin tidak setuju dengan kenaikan harga BBM. Penggunaan bahan bakar per harinya
sesuai dengan banyaknya sewa yang didapatkan per hari. Nilai Odd Ratio 0,892 artinya semakin banyak jumlah penggunaan BBM per hari maka
peluang untuk tidak setuju adalah 0,892 kalinya dibandingkan dengan setuju terhadap kenaikan harga BBM. Secara garis besar, semakin besar jumlah
penggunaaan BBM per hari maka akan semakin tidak setuju dengan kenaikan harga BBM.
6. Pengaruh CC mobil terhadap respon pemilik jasa angkutan barang menegnai kenaikan harga BBM
Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,087 lebih kecil dari taraf nyata 10 persen, yang artinya signifikan pada taraf kepercayaan 90 persen
maka tolak H . Artinya CC mobil berpengaruh nyata terhadap respon setuju
atau tidak setuju kenaikan harga BBM. Semakin besar CC mobil maka akan semakin boros dalam penggunaan bahan bakarnya. Walaupun tergantung
pada mesin mobil yang digunakannya serta seberapa besar jauh jarak yang ditempuh. Semakin boros penggunaan bahan bakarnya maka pemilik mobil
pick up akan semakin tidak setuju dengan kenaikan harga BBM, hal ini dapat
dilihat dari tanda koefisien yang negatif. Nilai Odd Ratio 0,995 artinya semakin besar CC mobil maka peluang untuk tidak setuju adalah 0,995
kalinya dibandingkan dengan setuju terhadap kenaikan harga BBM. Kesimpulannya adalah semakin besar CC mobil pick up yang digunakan
maka akan semakin tidak setuju dengan kenaikan harga BBM. 7. Pengaruh frekuensi sewa per minggu terhadap respon pemilik jasa angkutan
barang mengenai kenaikan harga BBM Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,084 lebih kecil dari taraf
nyata 10 persen, yang artinya signifikan pada taraf kepercayaan 90 persen maka tolak H
. Artinya frekuensi sewa berpengaruh nyata terhadap respon setuju atau tidak setuju kenaikan harga BBM. Tanda koefisien yang positif
mengartikan bahwa semakin banyak frekuensi sewa per harinya maka akan semakin setuju dengan kenaikan harga BBM. Frekuensi sewa untuk setiap
mobil sangat berbeda, ada yang menyewa mobil untuk jarak jauh dan ada yang menyewa mobil untuk jarak dekat. Hal tersebut akan menyebabkan
perbedaan pula dalam omzet. Nilai Odd Ratio 1,435 atinya semakin banyak frekuensi sewa maka peluang untuk setuju adalah 1,435 kalinya dibandingkan
dengan tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM. Kesimpulannya adalah semakin banyak sewa per hari maka akan semakin setuju terhadap kenaikan
harga BBM.
8. Pengaruh jumlah mobil terhadap respon pemilik jasa angkutan barang mengenai kenaikan harga BBM
Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,259 lebih besar dari taraf nyata 5 persen maka tolak H
. Artinya jumlah mobil tidak berpengaruh nyata terhadap respon setuju atau tidak setuju kenaikan harga BBM. Tanda
koefisien yang diperoleh adalah positif. Artinya semakin banyak mobil pick up
yang dimiliki maka akan semakin setuju terhadap kenaikan harga BBM. Nilai Odd Ratio 8,560 artinya semakin banyak mobil yang dimiliki maka
peluang untuk setuju adalah 8,560 kalinya dibandingkan dengan tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM. Kesimpulannya adalah semakin banyak mobil
pick up yang dimiliki maka akan semakin besar peluang untuk setuju terhadap
kenaikan harga BBM.
4.4 Implikasi Kebijakan