II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Subsidi
Menurut Mangkoesoebroto 2001 bahwa subsidi kepada konsumen dapat diberlakukan apabila manfaat sosial marjinal lebih besar dibandingkan manfaat
privat marginal. Sebaliknya, subsidi kepada produsen dapat diberlakukan bila manfaat privat marjinal lebih besar dibandingkan manfaat sosial marginal.
Dalam Spencer dan Amos 1993 bahwa subsidi adalah pembayaran yang dilakukan pemerintah kepada perusahaan atau rumah tangga untuk mencapai
tujuan tertentu yang membuat mereka dapat memproduksi atau mengkonsumsi suatu produk dalam kuantitas yang lebih besar atau pada harga yang lebih murah.
Secara ekonomi tujuan subsidi adalah untuk mengurangi harga atau menambah keluaran output. Menurut Suparmoko 2003, subsidi adalah salah satu bentuk
pengeluaran pemerintah yang juga diartikan sebagai pajak negatif yang akan menambah pendapatan mereka yang menerima subsidi atau mengalami
peningkatan pendapatan riil apabila mereka mengkonsumsi atau membeli barang- barang yang disubsidi oleh pemerintah dengan harga jual yang rendah.
Subsidi dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu subsidi dalam bentuk uang cash transfer dan subsidi dalam bentuk barang in kind subsidy. Subsidi
dalam bentuk uang atau cash transfer diberikan kepada konsumen sebagai tambahan penghasilan atau kepada produsen untuk dapat menurunkan harga
barang. Sementara subsidi dalam bentuk barang adalah subsidi yang dikaitkan dengan jenis barang tertentu yaitu pemerintah menyediakan suatu jenis barang
tertentu dengan jumlah yang tertentu pula kepada konsumen tanpa dipungut bayaran atau pembayaran di bawah harga pasar Suparmoko, 2003.
2.2 Bahan Bakar Minyak BBM BBM bahan bakar minyak adalah jenis bahan bakar fuel yang
dihasilkan dari pengilangan refining minyak mentah crude oil. Minyak mentah dari perut bumi diolah dalam pengilangan refinery terlebih dulu untuk
menghasilkan produk-produk minyak oil products, yang termasuk di dalamnya
adalah BBM. Selain menghasilkan BBM, pengilangan minyak mentah menghasilkan berbagai produk lain terdiri dari gas, hingga ke produk-produk
seperti naphta, light sulfur wax residue LSWR dan aspal. Bahan bakar minyak seperti didefinisikan oleh pemerintah Indonesia untuk
keperluan pengaturan harga dan subsidi sekarang meliputi: i bensin premium gasoline
, ii solar IDO ADO: industrial diesel oil automotive diesel oil, iii minyak bakar FO: fuel oil serta iv minyak tanah kerosene. Definisi ini
merupakan perkembangan dari periode sebelumnya yang masih mencantumkan avgas aviation gasoline dan avtur aviation turbo gasoline, yaitu jenis-jenis
bahan bakar yang dipergunakan untuk mesin pesawat terbang, dalam kategori sebagai BBM.
Secara umum bahan bakar minyak BBM memiliki dua pengertian. Pertama, secara umum BBM adalah semua jens bahan bakar cair yang dihasilkan
dari pengolahan minyak bumi. Pengertian kedua, BBM yang dimaksud oleh pemerintah atau PT Pertamina adalah semua jenis bahan bakar cair dari
pengolahan minyak bumi yang harganya ditentukan oleh pemerintah atau PT Pertamina. BBM yang dimaksud dalam pengertian kedua adalah minyak tanah,
bensin, minyak solar, minyak diesel, dan minyak bakar Said, 2001. Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan
yang jernih. Premium merupakan BBM untuk kendaraan bermotor yang paling populer di Indonesia. Premium di Indonesia dipasarkan oleh PT Pertamina dengan
harga yang relatif murah karena memperoleh subsidi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Pada umumnya, premium digunakan untuk bahan
bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti: mobil, sepeda motor, motor tempel, dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau
petrol. Berdasarkan kajian Badan Pengatur Hilir BPH Migas, ketidaktepatan
sasaran dari subsidi BBM dikarenakan oleh tidak adanya pengawasan dalam pendistribusian baik BBM bersubsidi maupun BBM tidak bersubsidi. Lemahnya
pengawasan ini terjadi karena tidak adanya koordinasi lintas sektoral antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hal ini menyebabkan kelangkaan
BBM dan penyalahgunaan BBM bersubsidi.
2.3 Harga Bahan Bakar Minyak BBM Bersubsidi Harga BBM di Indonesia adalah harga yang diatur oleh pemerintah dan
berlaku sama di seluruh wilayah Indonesia. Pada dasarnya pemerintah bersama DPR menetapkan harga BBM setelah memperhatikan biaya-biaya pokok
penyediaan BBM yang diberikan PT Pertamina serta tingkat kemampuan willingness to pay masyarakat. Belakangan ini dalam upaya menyesuaikan harga
BBM di dalam negeri dengan perkembangan harga BBM internasional, dikeluarkan Keputusan Presiden yang memungkinkan PT Pertamina untuk secara
berkala menyesuaikan penyesuaian harga otomatis tersebut tidak terus dapat dipertahankan.
Subsidi BBM di Indonesia pertama kali diperkenalkan pada tahun 1977. Subsidi BBM sendiri yang umumnya dilakukan oleh negara-negara berkembang
cenderung mensubsidi tingkat konsumsi energi terutama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengembangkan pertumbuhan di bidang industri,
dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di negara-negara tersebut. Subsidi energi kita pada umumnya ditekankan pada bahan bakar fosil
seperti, bahan bakar minyak dan batubara Santosa, 2002. Teori ilmu ekonomi menyatakan bahwa tingkat harga suatu barang
ditentukan oleh tingkat permintaan dan penawaran di pasar, namun teori tersebut tidak berlaku untuk harga BBM di suatu negara. Nilai strategis BBM sangat
tinggi, sehingga memaksa campur tangan pemerintah dalam menetapkan harganya karean alasan ekonomi maupun politik Hasyim, 2000. Alasan ekonomi yang
mengakibatkan perlunya campur tangan pemerintah dalam penetapan harga BBM adalah:
1. Untuk meningkatkan pendapatan negara yang akan dipergunakan untuk pembangunan yang telah dirancang sebelumnya
2. Melindungi industri dalam negeri untuk berkompetisi dengan industri luar negeri
3. Mendukung daya saing komoditi ekspor dengan komoditi dari negara lain dalam perdagangan internasional
4. Menyesuaikan harga dengan perkembanhan harga minyak dunia
Selain alasan ekonomi juga terdapat alasan politik yang menyebabkan perlunya campur tangan pemerintah yaitu:
1. Mengatasi persoalan polusi melalui penetapan harga BBM yang lebih tinggi dan pengolahan dengan kualitas yang lebih baik dengan menggunakan
kelebihan pendapatan yang didapat dari penetapan harga minyak tersebut 2. Melindungi masyarakat berpendapatan rendah
3. Menggalakkan konservasi sumber-sumber energi, terutama energi yang tidak terbarukan
Di Indonesia subsidi BBM merupakan salah satu pengeluaran rutin pemerintah yang dianggarkan dalam APBN. Dalam APBN jumlah subsidi BBM
diperkirakan dengan menggunakan asumsi-asumsi seperti asumsi harga minyak internasional dan asumsi penerimaan negara, sehingga tidak jarang terjadi
perbedaan antara jumlah yang ditargetkan dengan jumlah subsidi yang terealisasi. Jumlah subsidi BBM yang terealisasi cenderung terus meningkat dari tahun ke
tahun, baik dalam jumlah nominal maupun dalam presentasenya terhadap pengeluaran negara secara total. Dilihat dari sisi beban fiskal, subsidi BBM
memiliki beban fiskal yang lebih tinggi dibandingkan dengan subsidi yang lain. Hal ini dikarenakan subsidi BBM memiliki efek pengganda yang lebih luas
dibandingkan dengan subsidi non BBM Handoko, 2005. Kebijakan penurunan subsidi BBM merupakan kebijakan pemerintah yang
kurang populer. Hal ini dikarenakan penurunan subsidi BBM cenderung mengakibatkan dampak inflationary yang cukup tinggi yang terlihat dari naiknya
harga-harga barang kebutuhan masyarakat. Kebijakan penurunan atau penghilangan subsidi termasuk ke dalam kebijakan fiskal yang konstraktif.
Kebijakan penurunan subsidi BBM memiliki dilema yang sangat kuat. Menaikkan harga produk-produk minyak dalam negeri agar menyamai atau mendekati tingkat
harga dunia dari segi politik akan sukar dan dari segi ekonomi akan meningkatkan inflasi. Namun kebijakan untuk menaikkan harga BBM ini akan menyediakan
rupiah dalam jumlah besar yang dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran dalam negeri dengan pengaruh inflasi yang sedang saja Papanek, 1987.
Beberapa alasan yang mendasari kebijakan penghapusan subsidi BBM adalah sebagai berikut:
a. Apabila laju pertumbuhan pemakaian minyak bumi pada masa mendatang masih sebesar laju saat ini, diperkirakan Indonesia akan menjadi negara
pengimpor minyak bumi netto net oil importer country sehingga subsidi tidak dapat lagi diberlakukan.
b. Pendapatan negara dari migas hampir setengahnya dialokasikan untuk membiayai subsidi BBM
c. Manfaat subsidi BBM lebih dirasakan oleh golongan masyarakat mampu, karena tingkat konsumsi BBM golongan tersebut dengan harga subsidi lebih
besar dibandingkan dengan kelompok miskin d. Perbedaan yang cukup besar antara harga BBM domestik dan harga BBM
internasional mendorong terjadinya penyelundupan BBM dan praktek pengoplosan minyak tanah dengan solar atau bensin
Kenaikan harga minyak mentah internasional sangat memengaruhi alokasi anggaran untuk subsidi BBM. Hal ini dikarenakan biaya produksi BBM
ditentukan oleh harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah. Saat ini penyediaan BBM dalam negeri tidak dapat seluruhnya dipenuhi oleh kilang minyak
domestik, untuk membantu memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri sudah harus diimpor dari luar negeri Said, 2001.
Pada kurva permintaan D yang memengaruhi pergerakan pada kurva tersebut adalah harga barang itu sendiri. Jika harga barang tersebut mengalami
penurunan maka akan meningkatkan kuantitas permintaan. Dalam hal ini penurunan harga terjadi karena pemerintah melakukan subsidi pada suatu
komoditas tertentu. Pada harga P1 jumlah yang diminta sebesar G1, jika terjadi penurunan harga karena adanya subsidi maka akan terjadi penurunan harga
menjadi P2 dan jumlah yang diminta akan semakin meningkat menjadi G2. Untuk subsidi BBM merupakan barang publik tidak murni yang disediakan oleh
pemerintah karena BBM bias didapat oleh siapapun, tetapi dalam memperolehnya diperlukan pengorbanan, yaitu ada harga yang harus dibayarkan.
Gambar 1. Pengaruh Subsidi terhadap Permintaan Barang
Sumber : Hanley and Spash 1993
2.4 Tranportasi