Obyek dan Atraksi Wisata

9 penting adalah menjamin promosi akan berisi dengan benar pada waktu yang tepat dan untuk segmen perjalanan yang tepat. Komponen promosi meliputi semua ajakan dan bujukan yang biasa digunakan untuk mempengaruhi wisatawan mengikuti sebuah perjalanan. Ada empat bentuk promosi yaitu iklan berbayar, publisitas, hubungan masyarakat, dan insentif.

2.2.2.2. Demand Wisata

Demand adalah permintaan. Dalam wisata, permintaaan yang dimaksud adalah orang-orang yang memiliki ketertarikan dan memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan wisata. Dengan kata lain, wisatawan merupakan komponen dari demand. Gunn 1997 menyatakan bahwan wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan wisata dengan berbagai motivasi dan tujuan. Karakteristik paling penting dari wisatawan adalah aktivitas dan hal yang menarik mereka untuk melakukan sebuah perjalanan wisata. Lundberg dalam Gunn 1997 mengelompokkan wisatawan berdasarkan motivasi wisatawan dalam berwisata. Pengelompokkan tersebut antara lain motivasi pendidikan dan budaya, motivasi untuk bersantai dan bersenang-senang, serta motivasi kesukuan etnik dan motivasi lainnya seperti faktor cuaca, olahraga, ekonomi, petualangan.

2.2.3. Obyek dan Atraksi Wisata

Yoeti 1997 berpendapat bahwa atraksi wisata berbeda dengan obyek wisata, karena obyek wisata dapat dilihat atau disaksikan tanpa membayar sedangkan atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukkan shows yang khusus diselenggarakan untuk para wisatawan. Selain itu, dalam atraksi wisata untuk menyaksikannya harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan oyek wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu. Menurut Wardiyanta 2006, obyek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan dan dapat memberikan kepuasan kepada wisatawan. Obyek wisata ini juga dapat berupa kegiatan, misalnya kegiatan keseharian masyarakat, tarian, karnaval, dan lain-lain. 10 Damanik 2006 menyatakan bahwa atraksi wisata diartikan sebagai obyek wisata baik yang bersifat tangible maupun intangible yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Atraksi ini terbagi menjadi tiga yakni alam, budaya, dan buatan.

2.3. Perencanaan Lanskap

Nurisjah dan Pramukanto 2007 menyatakan bahwa merencanakan suatu lanskap adalah suatu proses pemikiran dari suatu ide, gagasan, atau konsep ke arah bentuk lanskap atau bentang alam yang nyata. Nurisjah dan Pramukanto 2007 melanjutkan bahwa perencanaan lanskap merupakan suatu bentuk kegiatan penataan yang berbasis lahan land based planning melalui kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses untuk pengembalian keputusan berjangka panjang, guna mendapat suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetik, dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan. Menurut Gunn 1994, perencaanaan kawasan wisata merupakan proses pengintegrasian komponen-komponen kawasan yang meliputi daya tarik, pelayanan, informasi, transportasi, dan promosi. Pada proses ini ditujukan untuk memberikan kepuasan bagi pengunjung, meningkatkan aspek ekonomi, melindungi sumber daya alam, dan integrasi aspek sosial ekonomi dari komuniti dan kawasan. Hal ini dapat dicapai dengan perencanaan yang baik dan terintegrasi pada semua aspek pengembangan wisata. Simonds 2006 menyatakan bahwa perencanaan yang baik harus dapat melindungi badan air, menjaga air tanah, mengkonservasi hutan dan sumber mineral, menghindari erosi, menjaga kestabilan iklim, menyediakan tempat yang cukup untuk rekreasi dan suaka margasatwa, serta melidungi tapak yang memiliki nilai keindahan dan ekologis. Penilaian yang baik mempertimbangkan aspek- aspek seperti: ekosistem alami, kualitas dan kuantitas air, kualitas udara, tingkat kebisingan, erosi, banjir, tapak bersejarah, bentukan lanskap, flora dan fauna, serta keterkaitan dengan ruang terbuka.